Kasus Varian COVID-19 Afrika Selatan Meningkat di Filipina, 52 Orang Terinfeksi

Filipina menemukan 52 kasus lagi varian virus korona yang sangat menular yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan, kata Kementerian Kesehatan, Jumat (5/3).

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Mar 2021, 14:02 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2021, 14:02 WIB
FOTO: Infeksi COVID-19 di Filipina Melonjak Melewati 500 Ribu Kasus
Penumpang asing yang mengenakan pakaian pelindung berbaris untuk penerbangan mereka ke China di Bandara Internasional Manila, Filipina, Senin (18/1/2021). Infeksi virus corona COVID-19 di Filipina telah melonjak melewati 500 ribu kasus. (AP Photo/Aaron Favila)

Liputan6.com, Manila - Filipina menemukan 52 kasus lagi varian baru COVID-19 yang sangat menular yang pertama kali teridentifikasi di Afrika Selatan, kata Kementerian Kesehatan, Jumat (5/3).

Dari seluruh kasus baru varian, yang dikenal sebagai B.1.351 ini, Kementerian Kesehatan mengatakan 41 terdeteksi di Manila, sementara yang lainnya masih dalam proses verifikasi, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (6/3/2021).

Filipina pertama kali melaporkan enam kasus baru varian Afrika Selatan itu, Selasa.

Filipina baru memulai program vaksinasi vaksinasi COVID-19, Senin (1/3). Banyak pakar kesehatan khawatir, penemuan varian baru bisa mempersulit usaha negara Asia Tenggara tersebut dalam mengatasi pandemi,

Pihak berwenang kesehatan Filipina, Jumat (5/3), juga melaporkan penemuan 31 kasus baru infeksi varian yang pertama kali teridentifikasi di Inggris, sehingga meningkatkan totalnya menjadi 118.

Selain dua varian tersebut, Kementerian Kesehatan mengatakan telah mendeteksi 42 kasus baru mutasi klinis virus corona dari sampel-sampel yang dikumpulkan dari orang-orang Filipina yang baru kembali dari luar negeri dan dari warga yang tinggal di Manila dan Filipina Tengah.

Kementerian Kesehatan Filipina, Jumat (5/3), melaporkan 3.045 kasus baru COVID-19, peningkatan harian tertinggi dalam kurun waktu lebih dari empat bulan.

Presiden Rodrigo Duterte, Kamis (4/3), menegaskan keamanan vaksin COVID-19 saat mengimbau masyarakat untuk menjalani proses vaksinasi sesegera mungkin. Ia mengatakan, vaksin tersebut merupakan kunci untuk membuka kembali ekonomi yang mengalami kontraksi paling tajam pada 2020.

Filipina, yang memiliki stok 600.000 vaksin yang dibuat oleh Sinovac Biotech, China, Kamis, menerima kedatangan 480.000 dosis vaksin AstraZeneca lewat program COVAX.

Filipina lebih lambat dibanding beberapa negara tetangganya dalam menggelar program vaksinasi karena kekurangan pasokan vaksin. Untuk bisa mewujudkan kekebalan komunitas (herd immunity) tahun ini, negara itu harus berhasil memvaksinasi sedikitnya 70 juta dari 108 juta penduduknya.

Simak video pilihan berikut:

2 Maret, Filipina Melaporkan Temuan Awal Kasus COVID-19 Mutasi Afrika Selatan

FOTO: Infeksi COVID-19 di Filipina Melonjak Melewati 500 Ribu Kasus
Penumpang asing yang mengenakan pakaian pelindung berjalan untuk penerbangan mereka ke China di Bandara Internasional Manila, Filipina, Senin (18/1/2021). Infeksi virus corona COVID-19 di Filipina telah melonjak melewati 500 ribu kasus. (AP Photo/Aaron Favila)

Sebelumnya pada 2 Maret, Kementerian Kesehatan Filipina mengonfirmasi kasus mutasi COVID-19 yang berasal dari Afrika Selatan.

Dikutip dari laman Nikkei Asia, Selasa (2/3/2021), otoritas setempat juga mengkhawatirkan soal keampuhan vaksin yang saat ini tengah dilakukan di negara yang berbatasan dengan Indonesia tersebut.

Dari enam kasus mutasi COVID-19 Afrika Selatan, tiga adalah transmisi lokal dan sisanya di antara orang Filipina yang kembali dari luar negeri.

Sejak 1 Maret, Filipina telah melakukan vaksinasi pada warga negaranya.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte serta Menteri Kesehatan Francisco Duque III tidak akan memakai vaksin COVID-19 merek Sinovac. Alasannya, Filipina melarang warga usia 60 tahun ke atas untuk memakai Sinovac.

Filipina baru mendapat donasi Sinovac dari China pada Minggu, 28 Februari.

"FTD (Fransisco T. Duque) tidak akan divaksinasi dengan Sinovac sebagaimana ketentuan EUA (emergency use authorization) tidak menyertakan usia 60 tahun ke atas," ujar pihak Kemenkes Filipina , seperti dikutip Inquirer.

Sementara itu, usia Presiden Duterte juga sudah 75 tahun, sehingga dia juga tidak akan memakai Sinovac.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya