Akankah Jepang Memiliki Kaisar Perempuan?

Sedikitnya anggota laki-laki di keluarga kekaisaran Jepang membuka alternatif adanya kaisar perempuan.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 04 Apr 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2021, 21:00 WIB
Putra Mahkota Kekaisaran Jepang Pangeran Naruhito dan istri, Putri Masako
Putra Mahkota Kekaisaran Jepang Pangeran Naruhito dan istri, Putri Masako (AP)

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang mulai melaksanakan diskusi formal tentang penerus Tahta Bunga Seruni (Chrysanthemum Throne). Topik diskusi adalah mengenai kaisar perempuan.

Kaisar perempuan menjadi opsi karena berkurangnya jumlah penerus di keluarga kekaisaran, serta kemungkinan kaisar yang berasal dari keturunan anggota perempuan.

Dilaporkan Kyodo, Minggu (4/4/2021), isu ini dibahas panel dengan enam anggota pemerintah bersama Atsushi Seike, mantan presiden Universitas Keiko. Diskusi dilaksanakan secara hati-hati.

Berdasarkan hukum tahun 1947, garis keturunan dibatasi hanya untuk laki-laki dari kaisar. Sementara, Kaisar Naruhito hanya memiliki anak tunggal, yakni Putri Aiko (19).

Saat ini, keluarga kekaisaran Jepang hanya memiliki tiga keturunan laki-laki, sebab keturunan perempuannya menikahi rakyat biasa sehingga harus meninggalkan gelar kekaisaran.

Tiga laki-laki itu adalah Pangeran Fumihito (55), Pangeran Hisahito (14), dan Pangeran Hitachi (85). Hisahito yang baru beranjak remaja adalah putra dari Fumihito, sementara Hitachi adalah paman dari Kaisar Naruhito.

Seorang mantan pejabat pemerintah senior berkata garis keturunan kaisar Jepang terancam berakhir jika pemerintah tidak mengambil tindakan cepat.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Debat Lama Bersemi Kembali

Kemeriahan Perayaan Penobatan Kaisar Jepang Naruhito
Dua wanita berselfie saat mengikuti perayaan nasional untuk menandai penobatan Kaisar Jepang Naruhito di depan Istana Kekaisaran di Tokyo (9/11/2019). Kaisar Naruhito menjalankan ritual penobatannya setelah dilantik pada 1 Mei 2019. (AFP Photo/Charly Triballeau)

Perdebatan tentang kaisar wanita sudah muncul pada 2005 di era pemerintahan Perdana Menteri Junichiro Koizumi. Sayang, perbedatan itu redup ketika Pangeran Hisahito lahir pada September 2006.

Perdana Menteri Yoshiko Noda pada 2012 juga sempat mengajukan proposal agar anggota perempuan boleh meneruskan garis keturunan kekaisaran, bahkan setelah mereka menikah dengan rakyat biasa.

Proposal itu juga layu sebelum berkembang karena pemerintahan Noda digantikan oleh Shinzo Abe.

Pada sejarahnya, Jepang memiliki total delapan kaisar perempuan antara abad keenam dan abad ke-18. Namun, mereka berasal dari garis keturunan laki-laki.

Berdasarkan survei Kyodo pada musim semi 2020, sebanyak 85 persen responden mendukung adanya kaisar perempuan.

Selain itu, 79 persen juga mendukung adanya kaisar di garis keturunan perempuan.

Opsi Adopsi

Perayaan Ulang Tahun Kaisar Jepang Dibatalkan Akibat COVID-19
Simpatisan mengibarkan bendera nasional Jepang di dekat Istana Kekaisaran untuk merayakan ulang tahun ke-60 Kaisar Naruhito di Tokyo, Minggu, (23/2/2020). Kaisar Jepang Naruhito menandai ulang tahun dengan simpatinya kepada mereka yang terkena virus COVID-19. (AP Photo/Koji Sasahara)

 

Pemerintahan PM Yoshihide Suga juga dianggap kurang berminat terkait masalah kekaisaran, dan ia hati-hati terkait perubahan besar.

Ketika tahun lalu, pemerintah secara tidak resmi mengadakan dengar pendapat terkait isu ini, ada beberapa pihak yang menolak ide kaisar perempuan atau kaisar dari keturunan perempuan, sebab itu dianggap bisa menghancurkan tradisi Jepang.

Ada pula pakar yang menyarankan untuk mengadopsi beberapa anggota cabang keluarga kaisar yang meninggalkan status mereka setelah Perang Dunia II berakhir.

UU Kekaisaran di Jepang melarang adopsi ke keluarga kaisar. Namun, kelompok konservati dari Partai Demokrat Liberal mendukung gagasan adopsi.

Infografis Kaisar Jepang:

Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang
Infografis Naruhito Kaisar Baru Jepang. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya