Studi Pencegahan DBD di RI Jadi Sorotan, Disebut Bisa Tekan Infeksi 77 Persen

Penelitian DBD tersebut dilakukan oleh World Mosquito Program di Monash University di Australia dan Universitas Gadjah Mada Indonesia.

oleh Hariz Barak diperbarui 12 Jun 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD)
Ilustrasi nyamuk demam berdarah (DBD). (Photo by FotoshopTofs on Pixabay)

Liputan6.com, Yogyakarta - Infeksi demam berdarah dengue turun drastis dalam sebuah studi di Indonesia, di mana bakteri dimasukkan ke dalam nyamuk pembawa penyakit, menawarkan harapan dalam pertempuran melawan penyakit yang menjadi momok setiap tahun di seluruh dunia.

Hasil penelitian tiga tahun, yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine pekan ini, menemukan bahwa menginfeksi nyamuk pembawa demam berdarah dengan bakteri tidak berbahaya yang disebut Wolbachia menyebabkan penurunan 77 persen dalam kasus manusia, demikian seperti dikutip dari France24, Sabtu (12/6/2021).

Infeksi DBD yang membutuhkan rawat inap juga turun sebesar 86 persen di daerah yang menggunakan metode itu di Yogyakarta, sebuah kota di pulau Jawa tempat percobaan dilakukan, kata para peneliti.

Penelitian dilakukan oleh World Mosquito Program di Monash University di Australia dan Universitas Gadjah Mada Indonesia.

"Angka 77 persen jujur cukup fantastis untuk penyakit menular dan kami sangat berterima kasih dengan hasilnya," kata Adi Utarini, peneliti kesehatan masyarakat dari Universitas Gadjah Mada yang menjadi co-lead dalam penelitian itu.

Uji coba ini melibatkan pelepasan Wolbachia ke dalam populasi nyamuk di seluruh bagian tertentu di Yogyakarta untuk mengukur bagaimana hal itu berdampak pada insiden infeksi di antara anak berusia tiga hingga 45 tahun.

Sekarang telah diperluas ke bagian lain kota.

Wolbachia menekan kemampuan virus untuk mereplikasi nyamuk Aedes aegypti yang membawa demam berdarah dan menyebabkan infeksi ketika mereka menggigit manusia.

Senjata dalam Pertempuran Global Melawan DBD

infografis beda DBD dan Malaria
Apa bedanya DBD dan Malaria?

Uji coba sebelumnya yang melibatkan Wolbachia -- yang biasa ditemukan pada lalat buah dan serangga lainnya -- juga menunjukkan hasil positif dalam mengurangi kasus demam berdarah, kata para peneliti.

Para ilmuwan berharap metode ini bisa menjadi pengubah permainan dalam pertempuran global melawan penyakit, yang kadang-kadang bisa berakibat fatal.

Gejala biasanya termasuk nyeri tubuh, demam dan mual.

"Ini adalah hasil yang kami tunggu-tunggu," kata direktur Program Nyamuk Dunia Scott O'Neill.

"Kami memiliki bukti metode Wolbachia kami aman, berkelanjutan dan secara dramatis mengurangi insiden demam berdarah.

"Ini memberi kita kepercayaan besar pada dampak positif yang akan ditimbulkan metode ini di seluruh dunia ketika diberikan kepada masyarakat yang berisiko terhadap penyakit yang ditularkan nyamuk ini," tambahnya.

Demam berdarah adalah penyakit yang paling cepat menyebar nyamuk di dunia dengan lebih dari 50 juta kasus secara global setiap tahun, termasuk sekitar delapan juta di Indonesia.

Penelitian juga menunjukkan metode Wolbachia dapat efektif dalam mencegah penularan Zika, chikungunya, demam kuning dan penyakit yang ditularkan nyamuk lainnya, kata para peneliti.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya