Liputan6.com, London - Lantaran gagal mengeksekusi adu penalti dengan hasil 3-2, pemain Inggris Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, menerima serangan pelecehan rasis di media sosial.
Dikutip dari BBC, Senin (12/7/2021), The Football Association (FA) mengatakan bahwa mereka "terkejut dengan pelecehan" tersebut.
Baca Juga
Pihak berwenang setempat juga sedang menyelidiki serangan tersebut dan mengatakan bahwa aksi itu "tidak akan ditoleransi".
Advertisement
Serangan kepada ketiga pemain tersebut bertolak belakang dengan aksi berlutut kedua tim sebelum pertandingan dimulai dalam upaya untuk menyoroti perjuangan melawan ketidaksetaraan rasial.
"Kami tidak bisa menjelaskan bahwa siapa pun di balik perilaku menjijikkan seperti itu tidak diterima untuk mengikuti tim," kata FA dalam sebuah pernyataan.
"Kami akan melakukan semua yang kami bisa untuk mendukung para pemain yang terkena dampak sambil mendesak hukuman seberat mungkin bagi siapa pun yang bertanggung jawab."
FA juga mengatakan bahwa mereka akan terus berupaya untuk menghapus diskriminasi dari pertandingan. Namun, mereka "memohon" pemerintah untuk melakukan tindakan cepat dengan membuat undang-undang yang sesuai sehingga dapat membuat konsekuensi nyata bagi mereka yang melakukan pelecehan rasial di media sosial.
"Perusahaan media sosial perlu meningkatkan dan mengambil akuntabilitas dan tindakan untuk melarang pelaku dari platform mereka," tambah mereka. "Mengumpulkan bukti yang dapat mengarah pada penuntutan dan dukungan untuk membuat platform mereka bebas dari jenis penyalahgunaan yang menjijikkan ini."
Kejadian yang Berulang
At least 70 racial slurs on my social accounts counted so far. For those working to make me feel any worse than I already do, good luck trying 👍🏾
— Marcus Rashford MBE (@MarcusRashford) May 26, 2021
Saat Manchester United kalah di final Liga Eropa pada Mei lalu, Rashford juga sempat menyoroti pelecehan rasial yang ia terima di media sosial.
Selain Rashford, dalam upaya ingin mencapai kesetaraan rasial, Sancho adalah salah satu di antara atlet lainnya yang ikut protes setelah pembunuhan George Floyd.
Perusahaan media sosial telah dikritik karena kurang bertindak dalam untuk menghentikan pelecehan rasis yang dilakukan oleh penggunanya.
Pada April tahun ini, Instagram mengumumkan alat yang memungkinkan pengguna untuk secara otomatis menyaring pesan kasar dari akun yang mereka tidak ikuti.
Menyusul banyak contoh pelecehan secara daring, sejumlah klub, atlet, dan badan olahraga mengambil bagian dalam pemboiktan media sosial selama empat hari pada April untuk mendorong perusahaan tersebut agar mengambil sikap yang lebih tegas terhadap pelecehaan rasis serta seksis.
Reporter: Paquita Gadin
Advertisement