Profil Jadon Sancho
Jadon Malik Sancho adalah pesepakbola asal Inggris yang saat ini memperkuat Manchester United. Lahir pada 25 Maret 2000 di Distrik Camberwell, Inggris Selatan, Sancho memang memiliki cita-cita sebagai pemain sepak bola sejak belia.
Sancho yang tumbuh di Kota London begitu menyukai Chelsea sejak pandangan pertama. Sehingga, ia kerap menonton pertandingan Chelsea melalui layar kaca guna melihat pemain idolanya merumput di atas lapangan.
Sancho diketahui menyukai Frank Lampard sebagai jagoannya di Chelsea. Selain itu, ia juga menyukai Ronaldinho karena pemain berpaspor Brasil itu kerap menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah si kulit bundar.
Pemain bertinggi 180 cm ini mulai mengawali karier sepak bolanya di Akademi Watford saat berusia 7 tahun. Sayce Holme-Lewis, seorang pelatih asal Inggris, menjadi pembuka jalan bagi Sancho agar bisa bergabung ke akademi ini.
Holme-Lewis secara kebetulan melihat Sancho bermain sepak bola bersama teman sebayanya di sekitar lingkungan rumahnya. Karena Holme-Lewis melihat bakat alamiah yang dimiliki Sancho, ia pun menawari pemain keturunan Trinidad dan Tobago ini untuk menimba ilmu di Akademi Watford.
Akibat keputusan ini, Sancho pun harus berpindah sekolah dari Sekolah Dasar Crampton ke Harefield Academy agar lebih mudah berlatih ke Akademi Watford. Namun, konsekuensi lainnnya, ia harus tinggal di asrama agar tidak membuang banyak waktu untuk pulang ke rumahnya di Distrik Kennington.
Meski saat itu usia Sancho terbilang cukup belia, tetapi tekad Sancho untuk menimba ilmu di Akademi Watford begitu besar. Sehingga, ia menyanggupi untuk tinggal di asrama dan memulai petualangan barunya sebagai calon pemaik sepak bola profesional.
Holme-Lewis yang juga menjadi bagian dari Harefield Academy akhirnya mengajak Sancho untuk mengikuti sebuah turnamen U-11. Sancho, yang memang memiliki bakat alami seperti yang diungkap Holme-Lewis berhasil melalui turnamen ini dengan baik. Bahkan Sancho berhasil membawa timnya untuk menjuarai turnamen bergengsi tersebut.
Tak hanya membantu timnya meraih gelar juara, penampilan apik Sancho turut menarik perhatian para pemandu bakat klub-klub besar Liga Inggris, seperti Chelsea hingga Arsenal yang memang memiliki markas di London. Namun, pertimbangan akademik menjadi alasan Sancho untuk tidak menggubris tawaran yang ada, sebab dirinya sudah merasa nyaman dengan ekosistem di Akademi Watford dan Harefield Academy.
Bergabung ke Akademi Manchester
Usai tamat sekolah dasar, Sancho mulai menatap kariernya di masa depan. Sebagai pemain berbakat, tawaran dari akademi lainnya yang dimiliki klub-klub Inggris selalu datang silih berganti.
Namun, dari sekian tawaran yang hadir, Sancho akhirnya menetapkan satu pilihan sebagai pelabuhan anyarnya guna mengarungi perjalanan kariernya. Ia memutuskan untuk bergabung bersama Manchester City ketika usianya genap 14 tahun.
The Citizen menebus Sancho dengan mahar 66.000 poundsterling karena Sancho termasuk ke dalam pemain Elite Player Performance Plan (EPPP) alias wadah pembinaan pemain muda asli Inggris yang diinisasi Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA).
Sancho memilih untuk bergabung ke Manchester Biru karena dirinya diiming-imingi bakal dipromosikan ke tim senior jika permainannya menunjukan progres. Hal ini bahkan disampaikan langsung oleh Khaldoon Al Mubarak, salah satu eksekutif di manajemen Manchester City.
Benar saja, Sancho pada awalnya memang mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya di Manchester City. Ia bahkan berhasil menembus skuad U-18 hanya dalam kurun waktu satu tahun atau tepatnya pada tahun 2016.
Manajer Manchester City saat itu, Pep Guardiola bahkan terkesan dengan kemampuan Sancho. Pep juga sempat memberi garansi kepada Sancho bahwa dirinya akan diberi menit bermain di tim utama.
Namun, hingga tahun 2017, omongan Pep tampaknya hanya bualan semata bagi Sancho. Sebab, rekan satu timnya di U-18, Phil Foden dan Brahim Diaz sudah dipromosikan terlebih dahulu oleh Pep.
Sehingga, di tahun yang sama, Sancho merasa perlu mengambil keputusan terkait kariernya. Ia bahkan menolak ajakan tim utama Manchester City kala ingin melakukan tur pra-musim ke Amerika Serikat. Sancho menolak tawaran tersebut secara baik-baik karena merasa tidak ada garansi bermain bagi dirinya di musim baru nanti.
Hijrah ke Bundesliga
Sancho yang melewatkan tawaran Pep untuk melakukan tur pra-musim nampaknya membuat manajer asal Spanyol itu kecewa. Padahal, Pep telah menyiapkan sebuah kontrak untuk Sancho agar bisa merumput bersama Manchester City jika berhasil menunjukkan permainan terbaiknya di Amerika Serikat.
Alhasil, Sancho yang sejak awal tidak berminat ikut tur pra-musim memilih mencari tantangan lain di klub lain. Waktu itu, tawaran datang dari raksasa Bundesliga, Borussia Dortmund. Sancho yang sudah gerah di Manchester City akhirnya memutuskan untuk keluar dari zona nyamannya.
Ia hengkang ke Borussia Dortmund pada Agustus 2017 dengan mahar sekitar 8 juta poundsterling. Langkah yang dibuat Sancho bisa dibilang cukup berani, mengingat banyak pemain muda yang memilih hengkang ke Inggris demi memuluskan kariernya.
Namun, Sancho tetap percaya diri dan memutuskan memulai karier profesionalnya bersama Borussia Dortmund. Sancho sendiri melakukan debut perdananya bersama Die Borussien pada laga kontra Eintracht Frankfurt. Ia bermain sebagai pemain pengganti di laga yang berakhir imbang 2-2.
Pada debut tersebut, Sancho juga menuliskan rekor sebagai pemain Inggris pertama yang membela Borussia Dortmund. Maklum, pemain Inggris lebih tertarik bermain di kompetisi sendiri dibanding mencari tantang ke liga lainnya di Eropa.
Di musim perdananya, Sancho berhasil menembus skuad utama di beberapa laga. Tercatat ia bermain dalam 12 pertandingan dan mencetak 1 gol di musim 2017/18 di ajang Bundesliga.
Permainan Sancho sendiri mulai meningkat pesat pada musim selanjutnya. Ia berhasil menembus skuad utama dan dipercaya untuk bermain sejak awal pertandingan. Bahkan pada musim 2018/19, Sancho kerap dijuluki ‘raja assist’ karena dirinya begitu aktif mengirimkan umpat matang ke lini depan penyerangan.
Selama tiga musim membela Borussia Dortmund, Sancho pun mulai dilirik oleh klub besar Eropa. Salah satunya adalah Manchester United (MU). MU berhasrat mendatangkan Sancho karena Setan Merah tengah mengalami krisis identitas.
Semenjak ditinggalkan Sir Alex Fergusson, MU perlahan-lahan mengalami penuruan performa dan menjelma menjadi tim yang tidak ditakuti di Liga Inggris dan Eropa. Sehingga, untuk mengembalikan muruah MU, Ole Gunnar Solskjaer, manajer Setan Merah waktu itu, menginginkan Sancho untuk mengisi posisi pemain sayap.
Bermain di Theater of Dreams
Ketertarikan MU kepada Sancho dimulai pada tahun 2020. MU santer dihubungkan dengan Sancho sejak bursa transfer musim dingin. Namun, Borussia Dortmund nampaknya enggan melepas Sancho dengan harga murah.
Sehingga, Sancho dipagari dengan harga mahal. Sebab, di satu sisi Borussia Dortmund masih membutuhkan jasa Sancho, disisi yang lain Die Borussien bakal melepas Sancho jika ada tim yang berani menawar Sancho dengan harga mahal.
Tercatat, Sancho dipagari dengan mahar 120 juta euro atau sekitar Rp 2 triliun. Manajemen MU yang merasa harga tersebut terlalu tinggi akhirnya mencoba bernegosiasi dengan manajemen Dortmund.
Namun, hingga bursa transfer musim dingin ditutup, manajemen Dortmund tidak menurunkan harga jual dan menetapkan angka yang disodorkan sudah sesuai dengan kualitas Sancho. Alhasil, MU gagal mendapatkan Sancho di tahun 2020.
Tapi, kegagalan ini tidak menurunkan niat MU. Setan Merah malah membuat penawaran ulang pada bursa transfer musim panas di tahun 2021. Kali ini, MU mencoba bermanuver dengan melakukan berbagai negosiasi kepada pihak Dortmund.
Akhirnya, setelah tarik-ulur, Dortmund menyepakati biaya 73 juta poundsterling sebagai mahar Sancho. Namun Sancho tidak langsung resmi menjadi pemain MU. Sancho ketika itu masih sibuk membela timnas Inggris di Euro 2020. The Three Lions melaju sampai partai final.
Baru pada 23 Juli 2021, momen yang ditunggu-tunggu fans MU akhirnya tiba. Sancho resmi sepenuhnya meniadi pemain MU. Pemuda 21 tahun itu meneken kontrak sampai 2026 setelah lolos tes medis.
"Kesempatan untuk bergabung dengan Manchester United adalah mimpi yang menjadi kenyataan dan saya tidak sabar untuk tampil di Liga Premier. Ini adalah skuat yang muda dan menarik dan saya tahu, bersama-sama, kami dapat berkembang menjadi sesuatu yang istimewa untuk membawa kesuksesan yang pantas didapatkan oleh para penggemar," ujar Sancho usai diresmikan sebagai pemain MU.
"Saya menantikan untuk bekerja dengan Manajer dan tim pelatihnya untuk lebih mengembangkan permainan saya," lanjut Sancho.
Belum Menemukan Performa Terbaik
Sancho yang datang ke Old Trafford dengan segudang harapan dari para pendukung nampaknya kurang bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Bahkan semenjak musim 2021/22 bergulir, Sancho baru mencetak 2 gol dari 23 penampilannya.
Kini, dibawah manajer sementara MU, Ralf Rangnick, Sancho mencoba bangkit dari keterpurukan. Terlebih, dirinya telah mendapat menit bermain yang lebih banyak di era Rangnick.
Sancho sendiri nampaknya ingin mengamankan posisinya bersama Timnas Inggris di Piala Dunia Qatar 2022. Alhasil, ia mencoba mengejar ketertinggalan dan memperbaiki performa buruknya.
Berita Terbaru
Polri Bentuk Satgas Khusus Hadapi Potensi Bencana di Momen Natal dan Tahun Baru
Kapten Filipina Gembira Lolos ke Semifinal Piala AFF 2024, Tak Bisa Berkata-kata Usai Kalahkan Timnas Indonesia
Sambut Tahun Baru, Ini Hari Keberuntungan dan Buruk untuk Setiap Zodiak di 2025
Tak Hanya Bekerja, Inilah 4 Cara Allah Memberikan Rezeki kepada Manusia
Wajah Asli Rey Mysterio, Pegulat Legendaris yang Identik dengan Topengnya
Fokus Pagi : Kebakaran Melanda Rumah Sakit di Kab. Bekasi
Pemain Baru Timnas Indonesia Minta Maaf Karena Gagal Mencapai Semifinal di Piala AFF 2024
Menkomdigi Meutya Hafid: Ini 5 Fokus Strategi AI Nasional untuk Indonesia Maju
Langka, Song Joong Ki Bicara soal Keluarga Istrinya Saat Promosi Film Terbaru
Dikira Boneka, Mayat Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tersangkut di Dekat Pintu Air Cengkareng
Erick Thohir Kecewa, Timnas Indonesia Seharusnya Bisa Melindas Laos dan Filipina serta Lolos Semifinal Piala AFF 2024
Harga Bitcoin Merosot, Bukti Euforia Donald Trump Berakhir