Liputan6.com, Seoul - Perjuangan tengah berlangsung bagi pelajar dan mahasiswa di seluruh dunia, termasuk di antara lapisan warga untuk bisa bebas dari penyakit COVID-19Â dengan mengupayakan vaksinasi.
Di Korea Selatan, terdapat cara unik untuk mendapatkan vaksinasi bagi para mahasiswa dan generasi milineal di sana, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (3/8/2021).
Baca Juga
Kalangan muda di sana memperoleh vaksin melalui sebuah aplikasi bernama Vaccimon Go.
Advertisement
Salah satu cerita mengenai pencarian vaksin via aplikasi didapatkan dari seorang mahasiswa universitas Korea Selatan bernama Ryu Chaeyeon.
Ryu Chaeyeon, menghabiskan sebagian besar musim panas dengan terpaku pada ponselnya, mencoba mencari sumber vaksin COVID-19.
"Saya memperbaharui aplikasi sepanjang hari. Saya mulai keluar rumah jam 10 pagi dan memperbaharuinya sepanjang hari," ungkap Ryu Chaeyeon kepada Associated Press.
Aplikasi yang dimaksud Ryu adalah aplikasi messenger Korea Selatan 'Kakao' yang mengirimkan alarm pemberitahuan ketika ada sisa vaksin di klinik-klinik.
Ryu Chaeyeon adalah salah satu dari banyak kaum milenial dan mahasiswa Korea Selatan yang berlomba-lomba untuk mendapatkan sisa vaksin karena di negara tersebut, yang langkah-langkah pencegahan pandeminya sebelumnya disebut berhasil, sedang berjuang untuk memvaksinasi warganya.Â
Diketahui bahwa negara itu baru memvaksinasi penuh, kurang dari seperlima populasinya karena kekurangan stok vaksin, sehingga warganya yang lebih muda berebut untuk mendapatkan sisa vaksin.
"Saya rasa, saya mengecek dan memperbaharui aplikasi ini ratusan, ribuan kali," kata Ryu Chaeyeon.
Dalam laporan media baru-baru ini, yang menyoroti persaingan sengit untuk memperoleh vaksin COVID-19 telah membuat kalangan muda Korea Selatan yang canggih internet, bermain apa yang diistilahkan sebagai "Vaccimon Go" kata-kata yang mirip aplikasi game populer "Pokemon Go."
Seorang penerjemah yang berbasis di Incheon, bernama Anton Hur, berhasil memperoleh sisa vaksin melalui aplikasi ini.
"'Vaccimon Go' membutuhkan waktu yang lama," ungkapnya.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pemantauan yang Sulit, Slot Vaksinasi Bisa Ludes Dalam Hitungan Detik
Hur mengatakan karena ia seorang pekerja lepas, ia "sedikit beruntung" karena bisa memeriksa aplikasi itu kapan saja. Namun, itu tidak mudah, karena banyak sandungannya.
Seseorang diizinkan untuk mendaftar hingga di lima klinik pada aplikasi vaksin itu dan akan diberi tahu ketika ada sisa vaksin di klinik terdekat.
Hur mengungkapkan strateginya, yaitu dengan memilih "daerah yang lebih luas" dengan banyak klinik.
Alih-alih menunggu alarm, dia terus memperbaharui peta yang menunjukkan bendera yang mengindikasikan jumlah vaksin yang tersedia.
"Jika berwarna abu-abu, itu berarti ... tidak ada vaksin yang tersedia saat ini. Jadi kita harus terus memantaunya. Meskipun prosesnya melelahkan, semuanya berjalan sangat lancar setelah mendapatkan vaksin," bebernya.Â
Dengan cepatnya penyebaran COVID-19 varian Delta, menyebabkan Korea Selatan melaporkan rekor 1.842 kasus baru pada 22 Juli, dan banyak mahasiswa pasca sarjana milenial seperti Charli Jin, di Seoul, frustrasi dengan kemajuan program vaksinasi di sana.
"Saya terus-menerus memeriksa untuk melihat apakah ada tempat yang tersedia dan jika ada dan saya mengkliknya, tapi langsung hilang. Sudah terlambat. Begitu pemberitahuan muncul, saya mengira sudah merespons dalam waktu kurang dari satu detik ... tapi tetap saja masih belum berhasil. Jadi itu pasti membuat frustrasi," ungkap Charli Jin.
 Charli Jin pun menghapus kode sandi dari ponselnya sehingga ia bisa mengklik pemberitahuan vaksin lebih cepat.
"Setengah detik sekalipun untuk pengenalan wajah atau mengetuk kode telepon, masih terlambat. Saya mengorbankan keamanan ponsel saya untuk mendapatkan vaksin," pungkasnya.
Terlepas dari banyaknya tantangan, pelajar dan mahasiswa di Korea Selatan menyadari upaya mereka menggunakan aplikasi ini perlu untuk menyelamatkan diri dan masa depan mereka sebagai generasi muda.
Advertisement