Liputan6.com, Taipei - Taiwan telah melaporkan 38 jet militer China terbang ke zona pertahanan udaranya pada hari Jumat 1 Oktober 2021 --menjadikan aksi itu sebagai intrusi terbesar Beijing di Pulau Formosa hingga saat ini.
Kementerian pertahanan Taiwan mengatakan, pesawat-pesawat yang termasuk di antaranya merupakan bomber nuklir, memasuki zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) dalam dua gelombang.
Baca Juga
Taiwan menanggapi dengan menyiagakan jet dan sistem rudal pertahanan udara mereka, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (2/10/2021).
Advertisement
China melihat Taiwan yang demokratis sebagai provinsi yang memisahkan diri, tetapi Taiwan melihat dirinya sebagai negara berdaulat.
Taiwan telah mengeluh selama lebih dari setahun tentang misi berulang oleh angkatan udara China di dekat pulau itu.
"China telah secara ceroboh terlibat dalam agresi militer, merusak perdamaian regional," kata Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang kepada wartawan pada hari Sabtu.
Pemerintah di Beijing - yang menandai 72 tahun sejak berdirinya Republik Rakyat China - sejauh ini tidak membuat komentar publik.
Tetapi sebelumnya dikatakan penerbangan semacam itu untuk melindungi kedaulatannya dan juga menargetkan "kolusi" antara Taiwan dan AS.
Â
Terbang Siang dan Malam
Dalam sebuah pernyataan, kementerian pertahanan Taiwan mengatakan 25 pesawat Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) memasuki bagian barat daya ADIZ pada siang hari, terbang di dekat atol Kepulauan Pratas.
Ini diikuti oleh gelombang kedua dari 13 pesawat PLA di daerah yang sama pada Jumat malam. Mereka terbang di atas perairan antara Taiwan dan Filipina.
Kementerian itu mengatakan pesawat China termasuk empat pembom H-6, yang dapat membawa senjata nuklir, serta pesawat anti-kapal selam.
Zona identifikasi pertahanan udara adalah area di luar wilayah suatu negara dan wilayah udara nasional - tetapi di mana pesawat asing masih diidentifikasi, dipantau, dan dikendalikan untuk kepentingan keamanan nasional.
Ini dideklarasikan sendiri dan secara teknis tetap menjadi wilayah udara internasional.
Beijing sering meluncurkan misi semacam itu untuk mengekspresikan ketidaksenangan pada komentar yang dibuat oleh Taiwan.
Tidak jelas apa yang mendorong misi terbaru.
Advertisement
Sekilas Ketegangan China - Taiwan
China dan Taiwan terbagi selama perang saudara pada 1940-an, tetapi Beijing menegaskan pulau itu akan direklamasi di beberapa titik, dengan paksa jika perlu.
Pulau ini memiliki konstitusi sendiri, pemimpin yang dipilih secara demokratis, dan sekitar 300.000 tentara aktif di angkatan bersenjatanya.
Hanya beberapa negara yang mengakui Taiwan. Sebagian besar mengakui pemerintah China di Beijing sebagai gantinya. AS tidak memiliki hubungan resmi dengan Taiwan tetapi memiliki undang-undang yang mengharuskannya untuk menyediakan pulau itu dengan sarana untuk mempertahankan diri.