Liputan6.com, Glasgow - Industri fashion memiliki peran dalam mengurangi karbon dan mencegah perubahan iklim. Pada 2019, Bank Dunia pernah merilis laporan bahwa industri ini menyumbang 10 persen emisi karbon tiap tahunnya.
Angka itu lebih tinggi ketimbang emisi dari semua maskapai internasional dan kapal maritim. Sekitar 20 persen air limbah dunia juga berasal dari industri ini.
Advertisement
Baca Juga
Pada ajang iklim COP26 Glasgow, industri fashion menegaskan kembali komitmen mereka melalui Fashion Industry Charter for Climate Action. Charter tersebut memahami bahwa manusia memang memiliki pernah yang mengakibatkan perubahan iklim.
Industri akan menyelaraskan diri dengan tujuan internasional untuk melawan perubahan iklim agar kenaikan suhu tak tembus 1,5 derajat.
"Ini adalah pijakan penting bagi Fashion Charter karena ini menambah level ambisi dalam upaya untuk menyelaraskan industri dengan (tujuan) 1,5 derajat," ujar Stefan Seidel dari PUMA dalam keterangan resmi di COP26, Selasa (9/11/2021).
Seidel menjadi co-Chairs the Fashion Industry Charter Steering Committee.
Beberapa merk yang ikut tanda tangan adalah Burberry, H&M Group, VF Corporation, adidas, Kering, Chanel, Nike, PUMA serta suplai seperti Crystal Group, TAL Apparel.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Target 2030
Fashion Charter tersebut juga mendukung adanya 100 persen sumber listrik yang terbarukan pada 2030. Bahan-bahan raw mereka juga ditargetkan menjadi yang ramah lingkungan.
Mereka juga berkomitmen agar meninggalkan batu bara dari rantai suplai mereka di 2030. Batu bara merupakan salah satu target utama di COP26.
Inggris ingin memimpin komunitas internasional dalam menyetop penggunaan batu bara yang merusak lingkungan.
"Ini merupakan sebuah sinyal bahwa kita perlu bekerja dengan lebih erat dengan rekan-rekan kita, rantai suplai kita, pembuat kebijakan dan konsumer untuk berada di jalur menuju net-zero," ujar Seidel dari PUMA.
Advertisement