Houthi Bajak Kapal Milik UEA, Ada ABK WNI Jadi Sandera

Tujuh dari awak adalah orang India dan yang lainnya berasal dari Ethiopia, Indonesia, Myanmar dan Filipina, kata perwakilan tetap UEA dalam sebuah surat.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Jan 2022, 13:50 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2022, 13:04 WIB
20160329-Ilustrasi-Pembajak-Kapal-AFP
Ilustrasi Pembajak Kapal (HO / EU NAVFOR / AFP)

Liputan6.com, Laut Merah - Sebuah kapal milik Uni Emirat Arab (UEA) dibajak oleh kelompok pemberontak Houthi di Laut Merah yang membawa 11 awak dari lima negara, kata UEA kepada presiden Dewan Keamanan PBB, Senin 11 Januari 2022.

Tujuh dari awak dilaporkan merupakan orang India dan yang lainnya berasal dari Ethiopia, Indonesia, Myanmar dan Filipina, kata perwakilan tetap UEA dalam sebuah surat.

Mereka mengecam "tindakan pembajakan" terhadap kapal Rwabee yang berbendera UEA, yang direbut oleh milisi Houthi pada 2 Januari 2021.

Dikutip dari laman The Arab Weekly, Rabu (12/1/2022), Houthi mengatakan mereka merebut Rwabee di perairan Yaman dan telah merilis sebuah video yang menunjukkan peralatan militer di atas kapal.

"Tindakan pembajakan ini bertentangan dengan ketentuan dasar hukum internasional," kata surat yang ditandatangani oleh duta besar UEA Lana Nusseibeh tertanggal 9 Januari 2022.

"Ini juga merupakan ancaman serius terhadap kebebasan dan keselamatan navigasi serta perdagangan internasional di Laut Merah dan keamanan dan stabilitas regional."

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Situasi Tak Kondusif di Yaman

FOTO: Potret Pejuang Yaman di Garis Depan Pertempuran
Seorang pejuang Yaman yang didukung oleh koalisi pimpinan Arab Saudi bersiap untuk menembakkan senjatanya selama bentrokan dengan pemberontak Houthi di garis depan Kassara dekat Marib, Yaman, 20 Juni 2021. (AP Photo/Nariman El-Mofty)

Nusseibeh menggambarkan Rwabee sebagai "kapal kargo sipil" yang disewa oleh perusahaan Saudi dan membawa peralatan yang digunakan oleh rumah sakit.

Koalisi yang dipimpin Saudi melakukan intervensi di Yaman untuk mendukung pemerintah yang diakui secara internasional pada Maret 2015 setelah Houthi merebut ibu kota, Sana'a, pada September 2021.

PBB memperkirakan bahwa perang akan menewaskan sekitar 377.000 orang secara langsung atau tidak langsung pada akhir tahun 2021, dan menyebutnya sebagai bencana kemanusiaan terburuk di dunia.

Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman

Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman
Infografis Bencana Kelaparan di Tengah Perang Yaman (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya