Liputan6.com, Kiev - Menteri luar negeri Rusia Sergey Lavrov bertemu dengan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba di Turki pada Kamis (10/2/2022). Pertemuan digelar saat invasi Rusia ke Ukraina memasuki minggu ketiga.
Menjelang pertemuan tatap muka dengan Sergey Lavrov, Dmytro Kuleba mengaku harapannya "terbatas" atas hasil yang akan dicapai, seperti dilansir BBC. Hal itu terjadi setelah Ukraina menuduh Rusia mengebom rumah sakit anak-anak - serangan yang dikatakan Kiev adalah "kejahatan perang".
Advertisement
Baca Juga
Ukraina mengatakan 17 orang terluka dalam serangan di Mariupol pada hari Rabu.
Pemboman itu telah dikecam secara luas, dengan Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menggambarkan serangan itu sebagai "mengerikan", dan AS menuduh Rusia "menggunakan kekuatan militer secara biadab untuk mengejar warga sipil yang tidak bersalah".
Tetapi wakil duta besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy, mengatakan rumah sakit yang dibom telah "diubah menjadi objek militer oleh radikal (Ukraina)."
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Serangan di Mariupol
Mariupol - tempat tinggal sekitar 400.000 orang - telah dikepung oleh pasukan Rusia selama beberapa hari, dan upaya gencatan senjata berulang kali untuk mengizinkan warga sipil pergi telah gagal.
"Seluruh kota tetap tanpa listrik, air, makanan, apa pun dan orang-orang sekarat karena dehidrasi," kata Olena Stokoz dari Palang Merah Ukraina kepada BBC.
Pesawat-pesawat tempur Rusia juga menghantam daerah pemukiman dalam serangan semalam di wilayah Sumy timur laut Ukraina, kata pejabat setempat.
Kementerian luar negeri Ukraina mengatakan bahwa Kiev sedang mencari "penghentian permusuhan dan perang melawan Ukraina oleh Rusia" segera.
Sementara itu, Rusia menuntut agar Ukraina membatalkan rencananya untuk bergabung dengan aliansi militer NATO, dan menjadi negara dengan status netral. Ia juga mengatakan Kiev harus menerima yurisdiksi Moskow atas Krimea - semenanjung selatan Ukraina yang dianeksasi oleh Rusia pada tahun 2014.
Rusia mendesak Kiev untuk mengakui dua wilayah pemberontak yang memproklamirkan diri di Ukraina timur.
Dua putaran pembicaraan sebelumnya yang diadakan dalam beberapa hari terakhir gagal menemukan terobosan, meskipun kedua pihak yang bertikai sepakat untuk membangun koridor kemanusiaan untuk membantu mengevakuasi warga sipil dari beberapa kota yang terkepung.
Ukraina mengatakan pihaknya memperkirakan lebih banyak warga sipil akan diizinkan meninggalkan kota-kota yang dikepung oleh pasukan Rusia pada Kamis malam.
Advertisement