Mendag: Sanksi Ekonomi untuk Rusia Bisa Akhiri Globalisasi

Mendag berpandangan sanksi ekonomi terhadap Rusia bisa berdampak negatif terhadap proses globalisasi yang telah digiatkan sejak periode 1990-an.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 10 Mar 2022, 14:30 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2022, 14:30 WIB
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. (Arfandi/Liputan6.com)
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi. (Arfandi/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menilai, sanksi ekonomi berupa larangan impor energi dari Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa, bisa berdampak negatif terhadap proses globalisasi yang telah digiatkan sejak periode 1990-an.

"Perang Rusia-Ukraina telah memicu sanksi ekonomi, dan beberapa negara diprediksi akan melemahkan proses globalisasi yang dimulai lebih dari 30 tahun lalu," kata Mendag Lutfi saat rapat kerja Kementerian Perdagangan 2022, Kamis (10/3/2022).

"Saya tadi dikirim artikel, mengatakan global value chain yang kita terapkan 30 tahun terakhir mungkin bisa berakhir pada hari ini dengan invasi tersebut. Terutama dengan adanya sanksi-sanksi yang diberikan oleh negara-negara Eropa dan Amerika terhadap Rusia," ungkapnya.

Menurut dia, pelemahan proses globalisasi ini tergambar lewat pertumbuhan pengiriman barang dari beberapa negara yang alami penurunan. Seperti angka ekspor Amerika Serikat, yang sudah turun -3 persen.

"Bahkan Eropa sudah double digit turunnya, menyebabkan ini akan menjadi mata rantai yang langsung bersentuhan dengan Indonesia," imbuh Mendag Lutfi.

 


Tak Ingin Ganggu Ekonomi RI

Mendag Lutfi meninjau Pasar Wonokromo dan Pasar Induk Hortikultura Osowilangun di Surabaya, Jawa Timur
Mendag Lutfi meninjau Pasar Wonokromo dan Pasar Induk Hortikultura Osowilangun di Surabaya, Jawa Timur (dok: Kemendag)

Mendag Lutfi tak ingin pelemahan globalisasi ini turut mengganggu aktivitas ekonomi Indonesia. Sebab pada 2021 lalu, ekspor non-migas Indonesia berhasil mencapai lebih dari USD 231,5 miliar, mengalahkan rekor per 2011 senilai USD 203,5 miliar. Sementara surplus di sektor non-migas ini mencapai USD 48 miliar.

Lebih menggembirakannya lagi, ia mengabarkan, sebanyak 4 dari 5 barang yang diekspor merupakan produk industri. Sedangkan pada 2011, sebanyak 4 dari 5 barang ekspor merupakan komoditas mentah.

"Jadi, sekarang kita lagi berinteraksi untuk memastikan bagaimana kejadian di luar negeri harus menjadi bagian juga dari yang kita selesaikan di dalam negeri," ujar Mendag Lutfi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya