Australia Akan Hidup Berdampingan dengan COVID-19 Layaknya Flu

Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemimpin politik negara itu ingin beralih ke fase baru, yakni hidup berdampingan dengan COVID-19 seolah-olah seperti flu.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2022, 18:00 WIB
Australia Kembali Berlakukan Pembatasan Covid
Pelanggan duduk di luar kafe di Pantai Bondi di Sydney, Australia, Sabtu (8/1/2022). Negara bagian terpadat di Australia itu telah memberlakukan kembali beberapa pembatasan dan menangguhkan operasi elektif ketika kasus COVID-19 melonjak ke rekor baru lainnya. (AP Photo/Mark Baker)

Liputan6.com, Canberra - Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemimpin politik negara itu ingin beralih ke fase baru, yakni hidup berdampingan dengan COVID-19 seolah-olah seperti flu, namun akan berkonsultasi dengan pakar kesehatan.

Sehari setelah pertemuan dengan kabinet negara bagian dan pemimpin federal, Morrison pada Sabtu pagi mengatakan kepada awak media bahwa mereka telah membahas sejumlah langkah untuk ke "Fase D" rencana penanggulangan pandemi nasional.

"Bandara kami kembali dibuka, kedatangan internasional bisa masuk, saat ini terdapat pelonggaran karantina bagi orang-orang yang kembali dari luar negeri, jadi sangat banyak (penghapusan aturan) di Fase D," katanya.

Para pejabat ingin menghapus kewajiban isolasi bagi kontak erat kasus COVID-19 dan akan mencari nasehat lebih lanjut soal ini dari panel kesehatan, katanya.

"Kami yakin kami cukup banyak di Fase D sekarang, ada beberapa pengecualian. Fase D, ingat, artinya kita hidup berdampingan dengan virus seperti flu," katanya sebagaimana diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Sabtu (12/3/2022).

Australia Barat dan Wilayah Utara satu bulan lebih lama dari negara bagian timur mencabut pembatasan COVID-19, kata PM menambahkan.

Pejabat kesehatan di negara bagian paling padat penduduk New South Wales pekan ini khawatir dengan lonjakan sub-varian Omicron BA.2, yang menurut mereka pada akhir Maret bisa dua kali lipat dari jumlah kasus harian saat ini yang berjumlah sekitar 15.000 kasus.

Kematian Global Akibat COVID-19 Tembus 6 Juta

Suasana Taman di Melbourne saat Lockdown Diperpanjang
Seorang pria berolahraga di dalam taman kota di Melbourne, Australia (3/6/2021). Pihak berwenang mengumumkan Lockdown di Melbourne diperpanjang tujuh hari lagi ketika negara itu berusaha untuk membasmi sekelompok kasus Covid-19 di Melbourne. (AFP Photo/William West)

Lebih dari 18 juta orang - tiga kali lebih tinggi dari catatan resmi - mungkin meninggal karena COVID-19, kata para peneliti.

Dilansir BBC, Sabtu (12/3/2022), laporan mereka datang dua tahun sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali mendeklarasikan pandemi.

Tim peneliti di Universitas Washington AS mempelajari 191 negara dan wilayah untuk apa yang mereka sebut sebagai angka kematian global yang sebenarnya.

Selengkapnya...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya