Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara memiliki Menteri luar negeri baru. Ia adalah seorang diplomat veteran perempuan yang fasih berbicara bahasa Inggris dan familiar bagi AS.
Sosok Choe Son Hui diketahui berpengalaman dalam berunding puluhan tahun dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara besar lainnya.
Baca Juga
Film 2nd Miracle In Cell No. 7 Disambut Antusiasme Ryu Seung Ryong, Kal So Won hingga Lee Hwan Kyung
Kyuhyun Mengawali Tur Asia COLORS di Seoul dengan Suasana Natal, Siap Konser di Jakarta pada 8 Februari 2024
Kaleidoskop 2024: Deretan Berita Menggemparkan Dunia, Pernikahan Sesama Jenis Menlu Australia hingga Darurat Militer Korsel
Media pemerintah pada Sabtu 11 Juni 2022 mengumumkan ditunjuknya Choe Son Hui menjadi menteri luar negeri perempuan pertama Korea Utara. Seperti juga dikutip dari VOA Indonesia, Minggu (12/6/2022), ia juga termasuk salah satu pejabat perempuan tertinggi dalam sejarah.
Advertisement
Sejauh ini tidak jelas apakah dipilihnya Choe, yang dilakukan dalam pertemuan politik besar selama beberapa hari di Pyongyang, menunjukkan perubahan yang lebih luas dalam pendekatan Korea Utara terhadap AS.
Seperti diketahui, Korea Utara meninggalkan pembicaraan nuklir pada 2019 dan berulang kali mengabaikan undangan untuk berdialog oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Sebaliknya, Korea Utara meluncurkan 31 rudal balistik tahun ini, memecahkan rekor peluncuran yang dilakukan pada 2019 sebanyak 25 rudal. Selain itu, juga terdapat sejumlah tanda bahwa Korea Utara sedang bersiap untuk melakukan uji coba nuklir lagi, kata Badan Energi Atom Internasional pada pekan ini.
Selama periode ketegangan AS-Korea Utara pada masa lalu, Choe mengambil pendekatan yang lebih lembut.
Dalam perjalanan karirnya, para analis mengatakan, kenaikan pangkat Choe bisa mewakili kesediaan Korea Utara untuk berdialog dengan Washington.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Korea Selatan, Jepang dan AS Kecam Uji Coba Rudal Korea Utara:
Sementara itu, Korea Utara melakukan uji coba peluncuran rudal baru-baru ini. Uji coba rudal itu dinilai merupakan provokasi yang "serius dan melanggar hukum," kata para wakil menteri luar negeri dari Korea Selatan, Amerika Serikat dan Jepang, Rabu (8/6/2022).
Mereka pun mendesak Pyongyang untuk kembali ke meja perundingan dan menerima tawaran bantuan kemanusiaan COVID-19.
Desakan itu disampaikan Wakil Menlu Korea Selatan Cho Hyun-dong, Wakil Menlu AS Wendy Sherman dan Wakil Menlu Jepang Takeo Mori usai bertemu di Seoul, tiga hari setelah Korea Utara melakukan uji coba rudal baru-baru ini.
Pertemuan tiga hari ketiga menlu itu –pertama kali sejak November– menegaskan urgensi dan gawatnya uji coba senjata Korea Utara yang terus meningkat.
Para pejabat Seoul dan Washington sebelumnya mengatakan Korea Utara siap melakukan uji coba senjata nuklir pertama sejak 2017, seperti dikutip dari Antara. Sherman ketika itu mengatakan uji coba semacam itu akan mengundang reaksi keras dan tegas.
Korea Utara telah menguji coba delapan rudal balistik jarak pendek ke arah laut di lepas pantai timurnya, sehari setelah Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan angkatan laut di Laut Filipina.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan rudal-rudal itu ditembakkan dari daerah Sunan di ibu kota Korea Utara, Pyongyang, pada Minggu 5 Juni 2022, seperti dikutip dari Al Jazeera. Rudal-rudal itu terbang antara 110 km-600 km (70-370 mil) pada ketinggian antara 25 km hingga 90 km (15-55 mil).
Advertisement
Balas Korea Utara, Amerika Serikat dan Korea Selatan Luncurkan Delapan Rudal
Korea Selatan dan Amerika Serikat meluncurkan delapan rudal permukaan ke permukaan (surface to surface) pada Senin 6 Juni 2022 pagi sebagai tanggapan atas serangan rudal balistik jarak pendek Korea Utara sehari sebelumnya.
Dilansir dari laman DW Indonesia, Senin (6/6/2022), peluncuran itu mencakup satu rudal Angkatan Darat AS dan tujuh milik Korea Selatan, yang ditembakkan selama 10 menit mulai pukul 4:45 pagi waktu setempat pada hari Senin.
"Aliansi ROK-AS tetap berkomitmen untuk perdamaian dan kemakmuran di Semenanjung Korea dan di seluruh Indo-Pasifik. Komitmen AS untuk pertahanan ROK tetap kokoh," kata Komando Indo-Pasifik AS, menggunakan nama resmi Korea Selatan.
Tokyo dan Washington juga melakukan latihan militer bersama pada hari Minggu 5 Juni sebagai tanggapan atas uji coba rudal terbaru Pyongyang.
Korea Utara menembakkan setidaknya delapan rudal balistik jarak pendek di lepas pantai timurnya pada hari Minggu 5 Juni selama periode 35 menit, kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan. Tindakan tersebut merupakan peluncuran rudal putaran ke-18 Korea Utara pada tahun ini saja, yang mengarah ke lebih banyak spekulasi tentang dorongan negara itu untuk melakukan uji coba nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Pada April lalu, Pyongyang menguji coba setidaknya tiga rudal, termasuk kemungkinan rudal balistik antarbenua terbesarnya, Hwasong-17.
Tunjukkan Kekuatan Sekutu
Pada acara Memorial Day pada hari Senin (06/06), Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan program rudal dan senjata nuklir Pyongyang telah mencapai tingkat di mana mereka menimbulkan ancaman bagi perdamaian regional dan dunia.
Uji coba itu dilakukan beberapa hari setelah Presiden Korea Selatan yang baru terpilih bertemu dengan Presiden AS Joe Biden di Seoul. Mereka telah sepakat untuk meningkatkan latihan militer bilateral untuk mencegah ekspansionisme nuklir Korea Utara.
Peluncuran rudal terbaru Pyongyang terjadi sehari setelah kedua negara menyelesaikan manuver angkatan laut AS-Korea Selatan termasuk pertahanan udara, anti-kapal, anti-kapal selam, dan operasi larangan maritim.
USS Ronald Reagan, kapal induk bertenaga nuklir dengan berat 100.000 ton, termasuk di antara kapal perang utama yang ambil bagian dalam latihan bersama.
Advertisement