Ilmuwan Jerman Prediksi COVID-19 Varian Omicron BA.4 dan BA.5 Melonjak

Sub-varian COVID-19 Omicron BA.5 juga telah muncul di Indonesia. India pun sedang menghadapi hal serupa.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 14 Jun 2022, 11:02 WIB
Diterbitkan 14 Jun 2022, 11:02 WIB
Jerman Catat Rekor 80.000 Kasus COVID-19 Baru Sehari
Orang-orang mengenakan masker yang menjadi mandat di stasiun kereta bawah tanah di pusat kota Essen, Jerman, Rabu (12/1/2022). Jerman pada Rabu melaporkan lebih dari 80.000 kasus corona covid-19 dalam sehari yang merupakan tertinggi sejak pandemi. (AP Photo/Martin Meissner)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar kesehatan Jerman memprediksi lonjakan sub-varian dari COVID-19 Omicron, yakni varian BA.5. Lonjakan kasus diprediksi akan terjadi pada musim panas ini.

Sub-varian BA.5 juga telah terjadi di Indonesia. India pun sedang menghadapi hal serupa.

Menurut laporan DW, Selasa (14/6/2022), Robert Koch Institute (RKI) menyebut sub-varian BA.4 dan BA.5 meningkat lebih cepat ketimbang varian-varian lainnya. Kesimpulan RKI adalah dua sub-varian ini bisa menjadi mayoritas kasus di Jerman.

Varian BA.5 di Jerman sudah mencapai 10 persen dari infeksi terkini di Jerman. Angka itu meningkat dua kali lipat dari pekan sebelumnya.

Varian BA.5 mulai memicu kekhawatiran di Afrika Selatan pada Mei lalu, namu kini kasusnya mulai turu. Namun, negara lain mencatat kenaikan.

Di Portugal, kasus BA.5 telah menjadi 80 persen dari kasus-kasus baru. Varian ini lebih sulit dideteksi oleh antibodi dan lebih menular ketimbang sub-varian Omicron lain.

Dampak kematian dan perawatan karena sub-varian ini lebih sedikit. Pakar kesehatan menilai karena jutaan masyarakat sudah divaksin dan mendapat antibodi. Alhasil, imunitas lebih tinggi ketimbang awal pandemi.

Namun, perlindungan dari vaksin COVID-19 atau antibodi COVID-19 bisa berkurang seiring berjalannya waktu. RKI lantas memberikan rekomendasi bookster lagi bagi para lansia dan orang-orang di kelompok risiko tinggi.

Selain itu, masih belum diketahui pula dengan jelas apa konsekuensi jangka panjang dari varian Omicron ini.

CDC menyebut bahwa dampak long COVID termasuk masalah pernapasan, brain fog, nyeri dada, kelelahan, dan berbagai gejala lain.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Menkes Budi: Confirm, Kenaikan Kasus COVID-19 Imbas Subvarian BA.4 dan BA.5

Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Puncak Hari Gizi Nasional ke-61 tahun 2021 (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Kesehatan)
Menkes Budi Gunadi Sadikin dalam Puncak Hari Gizi Nasional ke-61 tahun 2021 pada Senin (25/1/2021) (Tangkapan Layar Youtube Kementerian Kesehatan)

Sebelumnya dilaporkan, sub-varian Omicron BA.4 dan BA.5 sudah masuk RI. Temuan subvarian tersebut berimbas pada kenaikan kasus harian COVID-19 di Tanah Air. Bila di akhir Mei kasus COVID-19 sempat di angka 200-an, menilik beberapa hari belakangan, kasus positif sempat berada di angka 500 bahkan 600 dalam sehari.

Banyak yang menduga kenaikan kasus akibat libur Lebaran 40 hari yang lalu. Namun, Menteri Kesehatan RI mengatakan bahwa kenaikan kasus akhir-akhir ini terjadi karena adanya varian baru yakni BA.4 dan BA.5.

"Confirm, dipicu oleh varian baru. Ini juga terjadi di negara lain," kata Budi usai Rapat Terbatas pada Senin, 13 Juni 2022.

Memang pada libur Lebaran tahun lalu dan Natal dan Tahun Baru kemarin ada kenaikan kasus. Namun, kenaikan kasus terjadi pada hari 24-37.

Lalu, Budi juga mengatakan setiap ada lonjakan besar di suatu negara itu bukan karena hari raya tapi karena ada varian baru.

Beberapa negara yang sudah kemasukan BA.4 dan BA.5 juga melaporkan kenaikan kasus seperti disampaikan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kesempatan yang sama.

Airlangga menyebut Australia dalam sehari bisa mencapai 16 ribuan, India 8.500, Singapura 3.100, Thailand 2.400 dan Malaysia 1.700.

BA.4 Tingkatkan Kasus tapi Hospitalisasi dan Kematian Rendah

Menkes Budi Ungkap Biang Kerok Kasus Covid-19 Naik Lagi
Akhirnya terungkap biang kerok kasus Covid-19 naik kembali. Simak penjelasan Menkes Budi berikut ini! (unsplash/martin sanchez).

Berkaca dari pengalaman Afrika Selatan menghadapi dua subvarian Omicron, laju penularan BA.4 dan BA.5 sepertiga dari puncak kasus Delta dan Omicron.

Lalu, tingkat hospitalisasi sekitar sepertiga dari kasus Delta dan Omicron. Lalu, angka kematian sekitar 1/10 dari kasus kematian dari gelombang Delta dan Omicron.

"Jadi, memang BA.4 dan BA.5 menyebabkan kenaikan kasus di beberapa negara dunia tapi puncak dari kenaikan kasus, hospitalisasi dan kematian jauh lebih rendah dari Omicron awa-awal-awal," kata Budi.

Hingga Senin, 13 Juni 2022, sudah terdeteksi 8 orang terpapar BA.4 dan BA.5 yang terdiri dari 3 WNA dan 5 WNI asal Jakarta berdasarkan hasil pemeriksaan whole genome sekuencing 6 dan 10 Juni 2022.

Salah satu pasien di atas adalah pria WNI 27 tahun yang terkonfirmasi BA.4 saat berada di Bali untuk meliput acara The Global Platform for Disaster Risk Reduction 23-28 Mei 2022. Pasien pria tersebut ternyata berasal dari Jakarta. Hal ini menandakan bahwa penularan anak Omicron telah terjadi di ibu kota RI.

"Jadi, memang transmisi lokal ini sudah terjadi di Jakarta," kata Budi.

Bila dilihat data per provinsi sebenarnya kenaikan tidak terjadi di semua provinsi. Hanya beberapa yang mengalami kenaikan seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten dan Bali. Namun, secara keseluruhan Budi bakal terus memonitor.

"Kami akan terus memonitor kondisinya, masih relatif baik dibandingkan dengan negara lain," katanya.

Siap-Siap Puncak Gelombang BA.4 dan BA.5

Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)
Menkes Budi Gunadi Sadikin tentang pengadaan vaksin COVID-19. (Foto: jabarprov.go.id)

Puncak kasus gelombang Omicron BA.4 dan BA.5 terjadi pada pekan kedua atau ketiga Juli 2022.

"Pengamatan kami nih, puncak gelombang BA.4 dan BA.5 itu terjadi satu bulan setelah penemuan kasus pertama. Jadi, minggu kedua atau ketiga Juli kita akan lihat puncak dari kasus BA.4 dan BA.5," katanya.

Jika benar-benar masyarakat siap termasuk disiplin dalam menjalankan protokol kesehant dan sudah mendapatkan vaksinasi booster, kemungkinan puncak kasus gelombang BA.4 dan BA.5 tidak akan tinggi.

Meski saat ini kondisi Indonesia relatif baik, lebih baik tetap waspada dan berhati-hati kata Presiden Joko Widodo yang disampaikan Budi.

"Kewaspadaan kita, konservatifnya kita, kehati-hatian kita sudah memberikan hasil. Penanganan pandemi kita relatif baik dibandingkan negara lain," katanya.

Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Cara Lindungi Diri dan Cegah Penyebaran Covid-19 Varian Omicron. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya