Liputan6.com, Jakarta - Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman tiba di Yunani pada Selasa (26 Juli) dan akan menuju ke Prancis akhir pekan ini, dalam perjalanan Eropa pertamanya sejak pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Dilansir dari laman Channel News Asia, Rabu (27/7/2022), pembunuhan Khashoggi oleh agen Saudi di konsulat kerajaan di Istanbul pada Oktober 2018 membawa kecaman internasional terhadap putra mahkota yang kuat.
Baca Juga
Cek Fakta: Tidak Benar Video Cristiano Ronaldo Nonton Langsung di Stadion Laga Arab Saudi Vs Timnas Indonesia
Terinspirasi Suporter Jepang, Fans Timnas Indonesia Bersihkan Sampah di GBK Usai Laga Lawan Arab Saudi
Top 3 Berita Bola: Shin Tae-yong Ungkap Strategi Timnas Indonesia Bisa Kalahkan Arab Saudi
Pangeran Mohammed akan bertemu dengan para pemimpin Prancis dan Yunani "untuk membahas hubungan bilateral dan cara-cara untuk meningkatkannya di berbagai bidang," lapor kantor berita resmi Saudi Press Agency, mengutip pernyataan dari istana kerajaan.
Advertisement
Perjalanan itu dilakukan kurang dari dua minggu setelah Presiden AS Joe Biden mengunjungi kota Saudi Jeddah untuk pertemuan puncak para pemimpin Arab dan bertemu satu lawan satu dengan Pangeran Mohammed, menyapanya dengan tinju.
Langkah itu menyegel mundurnya Biden dari janji kampanye pemilihan presiden untuk mengubah kerajaan menjadi "paria" atas urusan Khashoggi dan kontroversi hak asasi manusia yang lebih luas.
Badan-badan intelijen AS menetapkan bahwa Pangeran Mohammed, penguasa de facto Arab Saudi, telah "menyetujui" operasi yang menyebabkan kematian Khashoggi, meskipun Riyadh menyangkal hal ini, menyalahkan operasi nakal.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Temui PM Yunani
Ditemani oleh tiga menteri dan delegasi bisnis besar, Pangeran Mohammed mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis di Athena.
Pangeran Mohammed mengatakan kedua negara akan menyelesaikan serangkaian proyek bilateral, termasuk pemasangan kabel listrik yang menghubungkan Arab Saudi ke Yunani yang akan memberi Eropa "energi yang jauh lebih murah".
Pada hari Rabu (27/7), perjanjian tentang transportasi laut, energi dan teknologi pertahanan antara lain akan ditandatangani, menurut kementerian luar negeri Yunani.
Advertisement
Langkah Simbolis
Kunjungan Pangeran Mohammed di Eropa merupakan "langkah yang sangat simbolis melewati isolasi pasca-Khashoggi", kata Kristian Ulrichsen, seorang peneliti di Baker Institute di Rice University.
"Meskipun belum ada koordinasi kebijakan formal di 'Barat' terhadap Mohammed bin Salman sejak 2018, faktanya dia belum mengunjungi negara Eropa atau Amerika Utara sejak pembunuhan Khashoggi," kata Ulrichsen.
Pangeran Mohammed juga menerima dorongan baru-baru ini dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang mengunjungi Arab Saudi pada bulan April, kemudian menyambut Pangeran Mohammed di Ankara pada bulan Juni.
Erdogan telah membuat marah Saudi dengan mengejar kasus Khashoggi, membuka penyelidikan dan memberi pengarahan kepada media internasional tentang rincian pembunuhan yang mengerikan.
Tetapi dengan hubungan yang membaik, pengadilan Istanbul menghentikan persidangan in absentia dari 26 tersangka Saudi yang terkait dengan kematian Khashoggi, mentransfer kasus itu ke Riyadh pada bulan April.
Arab Saudi Dapat Tekanan
Setelah invasi Rusia ke Ukraina memicu lonjakan harga energi awal tahun ini, Arab Saudi mendapat tekanan dari Amerika Serikat dan kekuatan Eropa untuk memompa lebih banyak minyak.
Kenaikan harga minyak telah menjadi faktor kunci dalam inflasi di AS yang melonjak ke level tertinggi 40 tahun, memberikan tekanan pada pemerintahan Biden menjelang pemilihan paruh waktu akhir tahun ini.
Tetapi eksportir minyak mentah terbesar dunia telah menolak tekanan untuk membuka keran pasokan, mengutip komitmennya terhadap jadwal produksi yang ditentukan oleh blok pengekspor OPEC+ yang dipimpinnya bersama Rusia.
Pada bulan Mei, Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyatakan bahwa kerajaan telah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk pasar minyak.
Pekan lalu Presiden Prancis Emmanuel Macron menerima presiden baru Uni Emirat Arab yang kaya energi, Sheikh Mohamed bin Zayed Al-Nahyan, di Paris.
Advertisement