Liputan6.com, Jakarta - Bebek yang terkontaminasi oleh polusi merkuri secara signifikan lebih mungkin terkena flu burung, sebuah penelitian menemukan pada Rabu (7/9).
Peneliti juga menyebutkan ada kemungkinan bahwa perubahan yang didorong oleh manusia ke alam meningkatkan risiko penyebaran virus.
Flu burung jarang menginfeksi manusia tetapi wabah yang terjadi terus-menerus di AS dan Inggris di antara negara-negara lain telah menyebabkan jutaan unggas dimusnahkan sepanjang tahun ini, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Rabu (7/9).
Advertisement
Unggas liar seperti bebek diyakini sebagai penyebar super virus sebagian karena mereka melakukan perjalanan sejauh mereka bermigrasi, berpotensi menginfeksi burung lain di sepanjang jalan.
Untuk studi baru, para ilmuwan menembak jatuh hampir 750 bebek liar dari 11 spesies berbeda di Teluk San Francisco California, yang berada di jalur migrasi yang membentang dari Alaska ke Patagonia.
Mereka kemudian menguji bebek untuk kontaminasi merkuri dan apakah mereka terinfeksi flu burung, atau memiliki antibodi untuk virus dalam sistem mereka.
Hasilnya, yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B, menunjukkan bahwa bebek yang terkontaminasi merkuri hingga 3,5 kali lebih banyak kemungkinan rentan terkena flu burung.
Penulis utama studi tersebut, Claire Teitelbaum, seorang ahli ekologi kuantitatif di USGS Eastern Ecological Science Center, mengatakan kontaminasi merkuri "dapat menekan sistem kekebalan, dan membuat infeksi dengan apa masalah pun -- termasuk influenza.
Teluk San Francisco merupakan "titik panas yang signifikan untuk kontaminasi merkuri di Amerika Utara, sebagian besar adalah wilayah penambangan emas, di mana merkuri adalah bagian dari proses pertambangan", katanya kepada AFP.
Namun, bebek-bebek tersebut diuji negatif terhadap strain flu burung H5N1.
Lebih Mungkin Terkena Flu Burung
Teitelbaum mengatakan bahwa wabah flu burung di Amerika Serikat telah melambat selama musim panas "karena banyak burung liar berada di tempat berkembang biak."
Tapi "saat mereka mulai turun kembali, kita mungkin akan melihat lebih banyak aktivitas", katanya memperingatkan.
Penyebaran terjadi ketika para peneliti semakin membunyikan alarm bahwa perubahan iklim, penggundulan hutan, peternakan, dan faktor-faktor lain yang disebabkan oleh manusia meningkatkan kemungkinan virus berpindah dari hewan ke manusia.
Polusi dan kontaminasi juga dianggap mempengaruhi risiko penyebaran penyakit. Daniel Becker, seorang ahli biologi di University of Oklahoma yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, memuji penelitian yang ia anggap sebagao "mengesankan".
Advertisement
Cerita Unik Seekor Bebek
Pusat persalinan di sebuah rumah sakit Florida, Amerika Serikat menyambut hal yang tidak biasa.
Pasalnya, kala itu ada seekor induk bebek menetaskan telurnya di halaman fasilitas pusat persalinan rumah sakit Florida, demikian dikutip dari laman UPI.com, Sabtu (26/3/2022).
Beaches OBGYN, pusat persalinan dan persalinan di Baptist Medical Center Beaches di Jacksonville Beach, mengatakan dalam sebuah posting Facebook bahwa staf mengawal induk bebek tersebut.
Tak hanya induk. Ia juga membawa 10 anak itiknya melalui gedung setelah telurnya menetas di halaman berpagar pusat persalinan tersebut.
Pusat persalinan di Florida mengatakan, bebek itu berjalan melalui gedung untuk keluar dari halaman, yang tidak memiliki jalan keluar.
"Kami masih menyambut baik atas cerita manis ini," tulis postingan tersebut.
"Selamat, Mama! Sampai jumpa enam minggu lagi untuk tindak lanjutmu."
Mengapa Bebek Tidak Tenggelam Saat Berenang di Air? Ini Penjelasannya
Meskipun sama-sama tergolong hewan unggas, ayam tak sejago bebek dalam urusan berenang. Mereka begitu tenang, bergerak di air dan mengapung.
Dikutip dari laman stanforddaily, Sabtu (29/1/2022) Bebek tidak mendayung untuk tetap mengapung.
Mereka mengapung karena tubuh mereka secara alami stabil dalam air dan beratnya kurang dari berat air.
Untuk mencapai daya apung ini, bebek memiliki, antara lain, tulang berongga dan kantung udara di dalam tubuhnya.
Bebek juga memiliki adaptasi khusus untuk membantunya mengapung; kelenjar uropygial, yang terletak di dekat ekor, mengeluarkan minyak yang kemudian disebarkan bebek secara manual ke bulunya.
Tanpa minyak ini, bulu akan menampung air, meningkatkan massa bebek dan berpotensi menyebabkannya tenggelam.
Advertisement