Liputan6.com, Bangkok - Penembakan dan penikaman massal di tempat penitipan anak Thailand menyisakan duka yang mendalam. Sebanyak 37 orang dilaporkan meninggal dunia akibat peristiwa tersebut.
Kerabat-kerabat yang berduka karena kehilangan yang mengejutkan, Jumat 7 Oktober 2022, meletakkan karangan-karangan bunga di sebuah pusat penitipan anak di kawasan pedesaan timur laut di Thailand. Lokasi pembantaian oleh seorang polisi yang dipecat karena kasus penyalahgunaan narkoba.
Baca Juga
Korban tewas termasuk anak-anak berusia 2 tahun yang sedang tidur siang.
Advertisement
Tragedi mengejutkan itu tidak hanya mengguncang rakyat negara tersebut, tapi juga dunia. Sedikitnya 24 dari 36 orang yang tewas dalam aksi penembakan yang paling banyak menelan korban jiwa di Thailand itu adalah anak-anak.
"Saya menangis sampai tidak ada lagi air mata yang keluar,” kata Seksan Sriraj, 28, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (8/10/2022).
Sriraj kehilangan istrinya yang sedang hamil dan akan melahirkan bulan ini, dalam serangan di Uthai Sawan. "Istri dan anak saya telah pergi ke tempat yang damai. Saya hidup dan harus hidup. Jika saya tidak bisa melanjutkan, istri dan anak saya akan mengkhawatirkan saya, dan mereka tidak akan dilahirkan kembali di kehidupan berikutnya,” katanya.
Perwakilan kerajaan dan pemerintah berseragam putih terlihat meletakkan karangan bunga di meja upacara di depan pintu utama pusat penitipan anak itu pada Jumat pagi. Mereka diikuti oleh keluarga-keluarga yang menangis, yang saling bergenggaman tangan, sebelum meletakkan bunga-bunga putih di lantai kayu.
Bendera Thailand yang berkibar setengah tiang terlihat di lokasi itu.
Penduduk desa terlihat berbaris di jalan-jalan ketika iring-iringan ambulans membawa jasad-jasad itu kembali ke pusat penitipan anak sehingga kerabat yang menunggu dapat mengambilnya.
Raja Thailand Maha Vajiralongkorn dan Ratu Suthida pada hari yang sama mengunjungi rumah sakit, di mana tujuh dari 10 orang yang terluka dirawat. Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengunjungi pusat penitipan anak dan rumah sakit itu.
Pelaku Mantan Polisi Bunuh Istri dan Anaknya Juga
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Panya Kamrap, 34, mantan sersan polisi yang dipecat awal tahun ini karena tuduhan narkoba. Ia dijadwalkan hadir di pengadilan pada hari Jumat.
Seorang karyawan pusat penitipan anak itu mengatakan kepada sebuah stasiun TV Thailand bahwa putra Panya memang biasa dititipkan di sana, tetapi tidak pernah berada lagi di sana selama sekitar satu bulan terakhir.
Sejumlah saksi mata mengatakan penyerang menembak seorang pria dan anak di depan pusat penitipan itu sebelum memasukinya. Para guru mengunci pintu kaca depan, tetapi pria bersenjata itu menembak dan menendangnya.
Anak-anak, terutama berusia 2 dan 3 tahun, sedang tidur siang ketika itu, dan foto-foto yang diambil oleh petugas pertolongan menunjukkan tubuh-tubuh mungil mereka masih terbaring di atas selimut. Dalam beberapa foto, terlihat luka gores di wajah korban dan tembakan di kepala.
Panya bunuh diri setelah membunuh istri dan anaknya di rumah. Serangan itu terjadi di Provinsi Nongbua Lamphu, salah satu daerah termiskin di negara itu.
Advertisement
Kesaksian Korban Selamat Penembakan Massal di Penitipan Anak Thailand: Hanya 1 Balita Selamat
Orang-orang yang menyaksikan pembantaian di sebuah tempat penitipan anak Thailand menggambarkan momen mengerikan, ulah seorang mantan polisi masuk yang mulai menyerang staf dan anak-anak.
Menurut kesaksian Nanticha Panchum, kepala sekolah di pusat pengasuhan anak itu, dia akan membuat makan siang setelah mengantar anak-anak tidur siang dan mendengar suara lima tembakan.
Dia mengatakan kepada BBC bahwa biasanya ada 92 anak-anak di tempat itu, tetapi karena bus bersama mogok dan cuaca hujan, hanya ada 24 anak di lokasi pada saat serangan itu --penembakan dan penikaman massal.
Hanya satu anak yang selamat, menurut Nanticha.
"Ini adalah sesuatu yang tidak pernah saya impikan... Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Saya benar-benar tidak bisa memikirkan apa pun saat ini," katanya seperti dikutip dari BBC, Jumat (7/10/2022).
Salah satu guru lain mengenali penyerang sebagai orang tua dari seorang anak di tempat penitipan anak tersebut, katanya - meskipun anak itu tidak bersekolah selama sebulan.
Dia mengatakan pria itu tidak pernah terlihat tidak sehat, menambahkan bahwa dia selalu sopan saat mengantar putranya dan terkadang terlalu banyak bicara.
Tetapi pada Kamis 6 Oktober, dia mengatakan rekannya mengatakan kepadanya bahwa matanya juling dan pendiam.
"Para guru berusaha mengunci pintu, tetapi pelaku mendobrak masuk ke kamar tempat anak-anak tidur, kata Nanticha.
Nanticha mengatakan kepada AFP beberapa staf sedang makan di luar ketika penyerang memarkir mobilnya dan menembak mati empat dari mereka.
Dia kemudian "mendobrak pintu dengan kakinya dan kemudian masuk ke dalam" dan mulai menyerang anak-anak, katanya.
Korban Tewas Termuda Berusia 2 Tahun
Seorang guru yang putus asa di tempat penitipan anak itu menceritakan bagaimana dia mengunci pintu dan mencoba meminta bantuan sebelum si pembunuh, bersenjatakan pistol dan pisau, menembak masuk dan menyerang anak-anak yang sedang tidur.
Dia gemetar ketika mengatakan kepada TV Thailand Thairath bagaimana dia mendengar suara "mirip dengan petasan", dan melihat dua rekannya terbaring di lantai sebelum melihat penyerang berjalan ke arahnya.
Dia mengatakan kepada rekan-rekan lain untuk masuk ke sebuah ruangan dan telah mengunci pintu sebelum memanjat tembok untuk mendapatkan bantuan.
Guru itu menangis ketika dia berkata dia tidak tepat waktu.
Anak-anak berusia dua tahun termasuk di antara korban serangan di pusat di Provinsi Nong Bua Lamphu.
Ada lebih sedikit anak-anak dari biasanya di pusat itu ketika pria itu tiba karena hujan lebat membuat banyak orang tak datang, menurut pejabat distrik Jidapa Boonsom, yang bekerja di sebuah kantor di dekatnya.
"Penembak datang sekitar waktu makan siang dan menembak empat atau lima petugas di pusat penitipan anak terlebih dahulu," kata Jidapa kepada kantor berita Reuters.
Penyerang kemudian memaksa masuk ke ruangan terkunci di mana anak-anak sedang tidur dan menyerang mereka, kata pejabat itu.
Awalnya orang mengira tembakan itu adalah kembang api, ujar Jidapa.
"Ini benar-benar mengejutkan. Kami sangat takut dan berlari untuk bersembunyi begitu kami tahu itu penembakan. Begitu banyak anak terbunuh, saya belum pernah melihat yang seperti itu."
Advertisement