Liputan6.com, Kiev - Korban tewas akibat serangan udara di Kiev Ukraina bertambah menjadi delapan warga sipil.
Tak hanya itu, serangan dari Rusia ini juga membuat 24 luka-luka, kata seorang Rostyslav Smyrnov, asisten Menteri Dalam Negeri Ukraina, dikutip dari laman BBC, Senin (10/10/2022).
Baca Juga
Enam mobil terbakar setelah serangan roket itu mendarat dan lebih dari 15 kendaraan lainnya rusak, kata Rostyslav Smyrnov dalam sebuah posting Facebook.
Advertisement
Dia menambahkan bahwa 30 pekerja layanan darurat dan enam unit tanggap darurat datang ke tempat kejadian di distrik Shevchenkivskyy Kiev.
Walikota Kiev Vitaliy Klitschko mengatakan, ledakan menghantam distrik Shevchenkivskyy di pusat kota.
Dua ledakan terdengar di pusat Kiev sekitar pukul 08:00 waktu setempat. Ledakan tersebut direkam oleh jurnalis BBC yang kala itu tengah berada di balcon hotel.
"Kami menyaksikan salah satu serangan rudal. Sirene serangan udara terdengar sekitar 90 menit sebelumnya," kata jurnalis BBC.
Ini adalah pertama kalinya Kiev dihantam serangan selama beberapa bulan, seperti dikutip dari BBC, Senin (10/10/2022).
Gambar dan video di media sosial menunjukkan asap membubung di atas gedung-gedung di beberapa bagian kota Kiev.
Ledakan itu digambarkan jauh lebih sentral daripada serangan Rusia pada awal perang.
Serangan Serupa di Lviv
Selain menyerang ibu kota Kiev, Rusia dilaporkan turut melakukan serangan di Lviv, wilayah barat Ukraina.
Serangan ini dilakukan di hari yang sama setelah Kiev dihantam serangan udara yang menewaskan warga sipil.
"Sejauh ini kami telah menerima laporan tentang serangan di pusat negara, Zaporizhizia dan sekarang Lviv, di barat Ukraina," lapor BBC, Senin (10/10/2022).
Gubernur Lviv telah mengkonfirmasi di Telegram bahwa kota dekat perbatasan dengan Polandia itu terkena serangan pagi ini.
Andriy Sadovy memberikan peringatan kepada penduduk di kota tersebut untuk mengungsi ke luar bangunan.
Dia juga mengatakan bahwa pemadaman sinyal ponsel bersifat sementara dan akan dipulihkan sesegera mungkin.
Advertisement
Ledakan di Jembatan Krimea
Sebelum serangan udara di Kiev, jembatan yang menghubungkan Krimea ke Rusia terbakar pada Sabtu pagi dan menyebabkan lalu lintas terhenti.
Jembatan Kerch, sepasang jembatan paralel untuk jalan dan jalur kereta api, adalah rute pasokan utama bagi Rusia yang dibangun setelah pencaplokan Krimea pada 2014, Anadolu Ajansi mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Minggu (10/9/2022).
Rekaman dan gambar yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan bahwa bagian jalan runtuh dan gerbong kereta api terbakar di jembatan terpanjang di Eropa itu.
Sebuah ledakan besar terdengar sebelum kebakaran besar terjadi, menurut saksi mata dan rekaman video.
Layanan kereta api ke Krimea untuk sementara dihentikan setelah ledakan dan penjualan tiket dihentikan sementara, menurut Russian Railways.
Pihak berwenang juga membatalkan perjalanan bus dari Krimea.
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pembentukan komisi negara untuk menyelidiki insiden tersebut, menurut laporan kantor berita resmi TASS berdasarkan keterangan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Oleg Kryuchkov, seorang penasihat kepemimpinan Krimea, mengatakan di Telegram bahwa tangki penyimpanan bahan bakar telah terbakar, menurut laporan awal.
"Terlalu dini untuk berbicara tentang penyebab dan konsekuensinya. Pemadaman api sedang berlangsung," kata dia.
Penyelidikan oleh Kementerian Transportasi Rusia
Kementerian Transportasi Rusia mengatakan mereka sedang menilai kerusakan yang terjadi di jembatan tersebut.
Kementerian Energi Rusia mengatakan Krimea memiliki cadangan bahan bakar sedikitnya untuk 15 hari dan pasokan bahan-bahan penting selama dua bulan.
Meskipun Ukraina tidak secara langsung mengeklaim bertanggung jawab atas serangan di jembatan tersebut, beberapa pernyataan oleh pejabat tinggi Ukraina menunjukkan kemungkinan itu.
Mykhailo Podolyak, penasihat senior Presiden Ukraina, mengatakan apa yang terjadi di jembatan itu hanyalah "permulaan."
"Semua yang ilegal harus dihancurkan, semua yang dicuri harus dikembalikan ke Ukraina, semua yang diduduki Rusia harus diusir," kata Podolyak di Twitter.
Advertisement