Liputan6.com, Kabul - Klaim Pangeran Harry dalam memoarnya yang bertajuk "Spare" bahwa dia membunuh 25 anggota Taliban saat bertugas di Afghanistan menuai aksi protes. Demonstrasi digelar di sebuah universitas lokal di Helmand, provinsi tempat sebagian besar pasukan Inggris terkonsentrasi selama operasi NATO dan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan, pada Minggu (8/1/2023).
"Kami mengutuk tindakannya yang bertentangan dengan semua norma kemanusiaan," ujar salah seorang demonstran seperti dikutip dari AP, Selasa (10/1).
Baca Juga
Sementara itu, demonstran lainnya mengusung poster yang memperlihatkan potret Pangeran Harry dengan tanda "X" merah.
Advertisement
Sayed Ahmad Sayed, seorang dosen di universitas tersebut, mengutuk Pangeran Harry atas perannya dalam operasi militer Inggris di Afghanistan.
"Kekejaman yang telah dilakukan Pangeran Harry, teman-temannya atau siapapun di Helmand atau di manapun di Afghanistan tidak dapat diterima. Kejam. Tindakan ini akan dikenang oleh sejarah," ungkap Sayed.
Pasukan NATO dan AS ditarik dari Afghanistan pada Agustus 2021 setelah 20 tahun berperang melawan Taliban. Penarikan pasukan tersebut dengan cepat memuluskan jalan Taliban untuk kembali ke tampuk kekuasaan.
Bidak Catur
Dalam memoarnya, Pangeran Harry mengklaim bahwa dia membunuh 25 anggota Taliban saat bertugas sebagai ko-pilot helikopter Apache. Dia menulis bahwa dia tidak merasa puas atau malu atas tindakan tersebut.
Pangeran Harry mengatakan bahwa di tengah panasnya pertempuran dia mengganggap musuh adalah bidak yang harus disingkirkan dari papan catur.
"Baddies dihilangkan sebelum mereka bisa membunuh goodies," tulis sang pangeran.
Keputusan Pangeran Harry untuk menyebutkan angka anggota Taliban yang dibunuhnya dan membandingkan kematian mereka dengan bidak catur memicu kemarahan dari Taliban serta kekhawatiran dari para veteran Inggris.
"Kami meminta komunitas internasional untuk mengadili orang ini (Pangeran Harry) dan kami harus mendapat kompensasi atas kerugian yang kami derita," ungkap Mullah Abdullah yang kehilangan empat anggota keluarga dalam serangan udara Inggris di Helmand pada tahun 2011.
Direktur media untuk kegubernuran Taliban di Helmand, Mawlavi Mohammad Qasim, menyebutkan bahwa klaim Pangeran Harry dalam memoarnya telah mengungkap wajah asli dunia Barat.
"Ini adalah indikasi yang jelas dari tindakan kejam dan mengerikan mereka," katanya.
Advertisement
Reputasi Buruk
Klaim Pangeran Harry tidak hanya memicu demonstrasi di Afghanistan, namun juga reaksi dari anggota komunitas militer. Sejumlah tokoh terkemuka mengatakan bahwa pengakuan Pangeran Harry tidak hanya dapat membahayakan keselamatannya, namun juga memberi reputasi buruk kepada Angkatan Darat Inggris.
Mantan penasihat keamanan nasional Inggris Kim Darroch, yang juga merupakan Duta Besar Inggris untuk AS pada 2016-2019, mengatakan kepada Sky News bahwa dia akan menyarankan Pangeran Harry untuk tidak membuat pernyataan tersebut. Sementara itu, pensiunan tentara Inggris Kolonel Richard Kemp menuturkan bahwa pernyataan Pangeran Harry menodai reputasinya dan secara tidak adil melekatkan Angkatan Darat Inggris pada citra negatif.
"Pengakuannya bahwa dia membunuh 25 orang akan membangkitkan kembali hasrat orang-orang yang ingin mencelakainya," ujar Kemp. "Mari berharap mereka tidak berhasil dan saya yakin dia menangani isu keamanan dengan cukup baik. Namun, itu baru satu masalah saja."
"Masalah lain terkait pengakuannya adalah bahwa dia mencirikan Angkatan Darat Inggris melatih dia dan tentara lainnya untuk melihat musuh sebagai bidak catur yang harus disingkirkan, bukan manusia. Padahal tidak demikian," imbuhnya.
Reaksi Taliban
Taliban, yang kembali berkuasa pada tahun 2021, juga merespons pengakuan Pangeran Harry dengan murka.
"Tuan Harry! Orang-orang yang Anda bunuh bukanlah bidak catur, mereka manusia! Mereka punya keluarga yang menunggu kepulangan mereka," ujar Anas Haqqani, salah seorang penasihat menteri dalam negeri Afghanistan yang juga putra pendiri jaringan Haqqani, Jalaluddin Haqqani, seperti dikutip dari CNN.
"Di antara para pembunuh warga Afghanistan, tidak banyak yang memiliki sopan santun seperti Anda... yang mengakui kejahatan perang mereka," imbuhnya.
Pangeran Harry mengabdi di Angkatan Darat Inggris selama 10 tahun. Dia bertugas dua kali di Afghanistan. Pertama pada tahun 2007-2008 dan kedua pada tahun 2012-2013.
Suami dari Meghan Markle itu mencapai pangkat kapten pada tahun 2011. Kapten Harry Wales, demikian dia dikenal di kalangan Angkatan Darat, pensiun pada tahun 2015.
Pengakuan lain Pangeran Harry adalah dia biasanya menonton kembali rekaman setiap pembunuhan yang dilakukannya setibanya di pangkalan.
Seorang mantan marinir Inggris Ben McBean, yang juga pernah bertugas di Afghanistan mentwit, "Saya mencintai Anda #PangeranHarry tapi Anda harus tutup mulut! Penasaran dengan siapa saja dia bergaul. Jika dia bergaul dengan orang baik maka akan ada yang menyuruhnya untuk berhenti."
Tidak jelas apakah McBean hanya merujuk pada klaim Harry terkait masa tugasnya di Afghanistan atau pada seluruh pernyataan sang pangeran dalam memoarnya, yang mayoritas menyudutkan keluarga kerajaan Inggris.
Advertisement