Liputan6.com, Paris - Marlene Schiappa, Menteri Sosial Ekonomi dan Asosiasi Prancis, tengah menjadi sorotan setelah muncul di sampul depan Majalah Playboy.
Kritik atas penampilan Schiappa di Majalah Playboy, salah satunya disampaikan oleh Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne, yang mengatakan bahwa tindakan Schiappa tidak pantas, terutama ketika Prancis tengah dilanda gejolak politik.Â
Baca Juga
Advertisement
Perempuan usia 40 tahun itu menanggapi kritik terhadapnya melalui Twitter pada Sabtu. Dia men-twit, "Pembelaan terhadap hak perempuan untuk memiliki kendali atas tubuh mereka, itu ada di mana-mana dan sepanjang waktu. Di Prancis, wanita bebas. Dengan segala hormat kepada para pencela dan orang munafik."
Tidak hanya kritik, namun Schiappa juga mendapat dukungan dari rekan sesama menteri. Oleh Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, Schiappa disebut sebagai perempuan berkarakter.
"Saya ingin mengatakan bahwa Marlene Schiappa adalah politikus perempuan pemberani yang memiliki karakter dan gaya yang tidak sesuai selera saya, tapi saya menghormatinya," ujar Darmanin kepada saluran berita lokal CNews.
Terlepas dari kontroversi tersebut, Schiappa diketahui sudah lama menjadi advokat untuk hak-hak perempuan dan LGBT. Kariernya di pemerintahan, di mulai pada tahun 2014, di mana ia menjabat sebagai wakil wali kota Le Mans dan fokus menangani isu kesetaraan dan diskriminasi gender.Â
Pada tahun 2016, Schiappa menjabat sebagai penasihat bagi menteri keluarga, hak anak dan perempuan saat itu, Laurence Rossignol. Kemudian pada tahun 2017, dia diangkat sebagai menteri kesetaraan gender pertama Prancis.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah sepak terjang Schiappa yang menjadi sorotan luas:
Â
1. Mempelopori UU Baru terkait Pelecehan Seksual
Saat masih menjabat jadi menteri kesetaraan gender pada 2018, Schiappa mengajukan rancangan undang-undang (RUU) yang termasuk melarang pelecehan seksual verbal. RUU yang berhasil lolos menjadi undang-undang ini kemudian dikenal dengan sebutan Loi Schiappa.Â
UU tersebut memungkinkan denda langsung kepada pelaku catcalling, pelecehan, atau mengikuti perempuan di jalan.
Berdasarkan RUU tersebut pula, hukuman untuk kejahatan seksual yang dilakukan terhadap anak di bawah umur juga akan meningkat menjadi 30 tahun, naik dari 20 tahun.
"Penting bahwa undang-undang Prancis menjelaskan hitam di atas putih bahwa mengintimidasi perempuan di depan umum dilarang," kata Schiappa saat itu.
Advertisement
2. Menentang Tes Keperawanan
Pada tahun 2021, Schiappa yang menjabat sebagai menteri kewarganegaraan Prancis, menulis surat protes keras kepada komisi pengawasan audiovisual publik negara itu, atas topik yang diliput dan video yang ditampilkan selama reality show "Incredible Gypsy Weddings".
Adegan-adegan tersebut berkaitan dengan apa yang disebut "upacara sapu tangan" di beberapa komunitas gipsi di selatan negara itu, sebuah praktik yang bertujuan untuk menunjukkan keperawanan calon pengantin.
"Seluruh institusi pernikahan republik kita diinjak-injak, tanpa komentar yang tepat. Praktik itu... menghina hukum republik," kata dia seraya menambahkan bahwa apa yang ditampilkan dalam reality show itu semakin menunjukkan sifat memberontak karena Majelis Nasional telah melarang tes keperawanan.
Schiappa sebelumnya juga mengeluhkan tentang seksisme di televisi Prancis.
Â
3. Potong Rambut untuk Penderita Kanker
Schiappa pernah menyumbangkan rambutnya ke badan amal yang membuat rambut palsu untuk wanita penderita kanker. Bersama saudara perempuannya, yang rutin menyumbangkan rambutnya setiap dua tahun sekali, Schiappa mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Dia berbagi alasan di balik tindakannya memotong rambutnya, yaitu selain tagihan medis, biaya wig bisa menjadi persoalan tersendiri bagi penderita kanker.
Advertisement