Lebih dari 200 Migran Meninggal dalam 10 hari, Tunisia Krisis Kamar Mayat

Tunisia telah mengambil alih posisi Libya sebagai titik utama keberangkatan para migran dari Afrika menuju Eropa.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 29 Apr 2023, 10:14 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2023, 10:14 WIB
20151220-Ilustrasi Kapal Tenggelam-AFP Photo
Ilustrasi kapal tenggelam (AFP Photo)

Liputan6.com, Tunis - Penjaga pantai menemukan 41 mayat migran di lepas pantai Tunisia. Penemuan tersebut terjadi di tengah melonjaknya kematian orang-orang dari Afrika yang mencoba mencapai Eropa.

Seorang pejabat senior menuturkan bahwa lebih dari 200 orang tenggelam dalam kurang lebih 10 hari terakhir.

"Kamar mayat di Tunisia kehabisan ruang dan pihak berwenang berjuang untuk menahan lonjakan upaya penyeberangan," ungkap pejabat senior tersebut seperti dilansir BBC, Sabtu (29/4/2023).

Negara Afrika Utara itu telah mengambil alih posisi Libya sebagai titik utama keberangkatan para migran yang melarikan diri dari konflik dan kemiskinan di Afrika.

Sebagian garis pantai Tunisia hanya berjarak sekitar 130 kilometer dari Lampedusa, sebuah pulau Italia yang kerap digunakan sebagai titik penyeberangan ke daratan.

"Pada Selasa, kami memiliki lebih dari 200 jenazah, jauh di luar kapasitas rumah sakit. Itu memicu isu kesehatan," ungkap pejabat kehakiman di kota pelabuhan Sfax Faouzi Masmoudi, tempat di mana pusat kamar mayar berlokasi untuk wilayah berpenduduk sekitar satu juta orang.

"Ada masalah dengan sejumlah besar mayat yang tiba di pantai. Kami tidak tahu siapa mereka atau dari kapal karam mana mereka berasal dan itu jumlahnya terus bertambah."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


824 Migran Meninggal Sepanjang Tahun 2023

Ilustrasi jenazah atau mayat. (Unsplash)
Ilustrasi jenazah atau mayat. (Unsplash)

Badan migrasi PBB mengatakan bahwa ketika orang-orang yang berangkat dari pantai Libya dimasukkan, total hampir 300 orang telah meninggal selama satu setengah minggu terakhir dan 824 orang telah meninggal sepanjang tahun ini.

Masmoudi mengungkapkan bahwa pemakaman diadakan hampir setiap hari untuk mengurangi tekanan pada rumah sakit. Sampel DNA pun diambil dari masing-masing jenazah sebelum dimakamkan untuk membantu proses identifikasi oleh kerabat.

"Jenazah ditemukan berada dalam keadaan membusuk, menunjukkan bahwa mereka berada di dalam air selama beberapa hari," kata seorang pejabat penjaga nasional Houssem Eddine Jebabli.

Menurut Jebabli, total kumulatif kematian belum pernah terjadi sebelumnya dalam waktu sesingkat itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya