29 Agustus 1987: 33 Anggota Kultus Agama di Korea Selatan Bunuh Diri Massal

Tragedi mengguncang pernah terjadi ketika 33 jenazah ditemukan tewas di sebuah pabrik pada hari Sabtu, 29 Agustus 1987.

oleh Erina Putri diperbarui 29 Agu 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2023, 06:00 WIB
Park Soon Ja, CEO Five Oceans. Park Soon Ja dan para pengikutnya bunuh diri massal.
Park Soon Ja, CEO Five Oceans. Park Soon Ja dan para pengikutnya bunuh diri massal. Dok: YouTube Netflix Asia

Liputan6.com, Yongin - Tragedi mengejutkan pernah terjadi ketika 33 jenazah ditemukan tewas di sebuah pabrik pada Sabtu, 29 Agustus 1987. 

Polisi menyebut kejadian ini sebagai pembunuhan-bunuh diri yang berkaitan dengan kultus agama.

Jenazah itu ditemukan di loteng sebuah pabrik di Yongin, sekitar 80 kilometer selatan Seoul, Korea Selatan

Pemilik pabrik, Park Soon Ja, dan tiga anaknya turut menjadi korban, demikian dilaporkan oleh televisi KBS yang dikelola negara.

Polisi menyatakan korban telah meninggal selama dua hari.

"Meski investigasi masih berlangsung, ada dugaan kuat bahwa ini berkaitan dengan insiden keagamaan," ujar seorang petugas polisi setempat melalui telepon.

Melansir dari The Washington Post, otoritas menginformasikan bahwa Park (48), dikenal sebagai "Ibu Penyayang" oleh para pengikutnya. Ia mengklaim menerima wahyu dari Tuhan untuk mencari murid.

Kelompok tersebut mengaku sebagai aliran Kristen dan menyampaikan bahwa dunia sedang menuju kehancuran atau kiamat. Mereka juga mengajarkan disiplin spiritual yang ekstrim serta ketaatan tanpa ragu, demikian dijelaskan oleh polisi.

Pada Rabu sebelumnya, 26 Agustus 1987, Park menghilang setelah polisi mulai menyelidiki tuduhan penipuan senilai US$ 8,7 juta atau sekitar Rp132 miliar yang dilakukannya terhadap lebih dari 220 orang. 

Banyak dari mereka diduga terlibat dalam kultus ini. Namun, polisi saat itu belum mengkonfirmasi laporan yang menyebutkan bahwa Park juga menjadi korban tewas.

Mayat-mayat ditemukan tergumpal dalam dua tumpukan besar di dalam pabrik. Terdapat 14 jenazah dalam satu tumpukan, dan 19 jenazah dalam tumpukan lainnya. Banyak korban ditemukan hanya mengenakan pakaian dalam atau piyama.

Menurut laporan KBS, korban terdiri dari 29 perempuan dan 4 laki-laki. Namun, laporan lain mengindikasikan bahwa beberapa anak juga menjadi korban. Sebagian besar korban ditemukan dengan tangan dan kaki terikat.

Sudah Lama Bersembunyi

Ilustrasi Tali Tambang. (Steve Norris/Pixabay)
Ilustrasi Tali Tambang. (Steve Norris/Pixabay)

Seorang pembantu di pabrik menginformasikan kepada polisi bahwa Park telah bersembunyi di loteng sejak Rabu, 26 Agustus di tahun tersebut.

Pembantu tersebut mengatakan, ia memberikan makanan kepada Park sekali sehari dan melihatnya untuk terakhir kalinya kemarin.

Selain itu, Park juga dikenal sebagai pendiri yayasan amal yang membantu yatim piatu, lansia tunawisma, dan kaum miskin di kota Taejon.

Berita di Korea melaporkan bahwa Park dan para ajudannya mengindoktrinasi penerima manfaat yayasan tersebut menjadi anggota kultus. 

Beberapa laporan juga mengindikasikan bahwa orang miskin dan anak-anak diduga dimanfaatkan sebagai buruh di pabrik Yongin. Pabrik tersebut memproduksi mebel tradisional Korea yang dijual kepada turis asing.

Jenazah-jenazah tersebut ditemukan tak lama setelah pukul 4 sore ketika suami Park mencari istrinya. 

Seorang reporter televisi mengungkapkan bahwa sebagian mayat memiliki tali yang terikat di leher. Selain itu, hidung dan mulut banyak korban tersumbat dengan tisu toilet, mengindikasikan bahwa korban-korban ini telah dicekik.

"Terlihat bahwa salah satu di antara mereka, yang mengenakan sarung tangan, telah meracuni dan mencekik yang lain sebelum akhirnya bunuh diri," ujarnya.

Infografis Rahasia Sukses Memulai Hubungan Baru
Infografis Rahasia Sukses Memulai Hubungan Baru. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya