Liputan6.com, Jakarta - Isu pencemaran plastik yang terus meningkat telah mendorong upaya besar dalam mengatasinya melalui teknologi pembersihan inovatif. Namun, sering kali perkembangan ini dianggap sebagai cara pasti untuk mengatasi krisis plastik, padahal terkadang justru menyebabkan masalah yang lebih besar daripada memberikan manfaat.
Melansir dari phys.org, Senin (5/2/2024), paradoks pembersihan plastik ini dibahas dalam publikasi terbaru di jurnal Environmental Science & Technology, di mana sekelompok stakeholder mewakili sudut pandang berbeda, berkumpul untuk membahas isu mendesak ini.
Setelah berdiskusi, semua pihak sepakat bahwa teknologi-teknologi pembersihan plastik harus diatur melalui perjanjian internasional untuk memastikan bahwa mereka benar-benar berguna bagi lingkungan. Dengan kata lain, filosofi "clean it up, not mess it up" harus diadopsi.
Advertisement
Ketika kita berusaha membersihkan sampah, jelas kita akan berada di habitat yang dipenuhi dengan berbagai bentuk kehidupan. Menggunakan jaring di lautan untuk menangkap plastik dapat tak sengaja menjerat makhluk-makhluk yang sebenarnya ingin kita selamatkan, contohnya kura-kura.
Selain itu, teknologi yang efektif di satu tempat mungkin tidak praktis di tempat lain. Contohnya adalah kasus alat pembersihan yang diberikan kepada pemerintah Sri Lanka setelah tragedi Kapal X-Press Pearl, di mana plastik nurdles membanjiri lingkungan.
Teknologi ini awalnya dirancang untuk digunakan pada permukaan yang kering, tetapi nurdles telah masuk ke dalam substrat yang basah, sehingga peralatan ini tidak efektif. Kurangnya dana dan kemampuan untuk melakukan perbaikan membuat pembersihan manual lebih efisien dari segi biaya.
Hal ini menekankan pentingnya menilai efisiensi biaya sebelum memilih metode pembersihan untuk suatu area tertentu.
Fokus pada Daerah Tercemar dan Tantangan Teknis yang Diatasi
Konsentrasi sampah turut memainkan peran penting. Banyak teknologi pembersihan dirancang khusus untuk sampah di lautan, tetapi penumpukan paling padat seringkali ditemukan di garis pantai.
Biaya penerapan teknologi pembersihan juga naik seiring dengan kesulitan untuk mencapai daerah tersebut. Pembersihan dasar laut dan lautan terbuka memerlukan investasi modal yang besar.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dari biaya yang dikeluarkan, proyek-proyek yang berfokus pada area yang paling tercemar harus sepenuhnya didukung karena dapat dibersihkan dengan relatif mudah.
Kita juga tahu sedikit tentang apa yang terjadi pada sampah setelah diangkat dari lingkungan. Sampah harus disortir, diangkut, dan diolah.
Semua langkah ini bisa melibatkan kendala tak terduga. Dalam banyak kasus, sebagian besar yang terperangkap adalah bahan organik. Ini harus diangkat, dan sampah harus dibersihkan dan disortir menjadi bagian-bagian yang dapat didaur ulang.
Advertisement
Tantangan dan Strategi Penting dalam Penanganan Sampah
Membawa sampah melintasi batas wilayah negara mungkin menjadi tugas yang rumit. Tempat penyimpanan yang aman maupun fasilitas daur ulang mungkin tidak tersedia di beberapa daerah, sehingga meningkatkan risiko bahwa plastik yang telah diambil justru berakhir di tempat yang tidak seharusnya, seperti kembali ke lautan.
Telah terbukti juga bahwa plastik yang telah berada di lautan memiliki kualitas rendah, sehingga sulit untuk didaur ulang. Untuk memastikan bahwa upaya pembersihan memberikan manfaat netto, kita harus mempertimbangkan faktor-faktor ini dengan cermat.
Upaya untuk mengurangi sampah di lingkungan, termasuk penggunaan teknologi pembersihan, memiliki potensi besar. Namun, cara mengoptimalkan potensi penuhnya harus dipertimbangkan.
Pertama, memahami jenis sampah yang ditemukan memberikan informasi penting bagi para pengambil keputusan yang bertujuan untuk mencegah penumpukan sampah lebih lanjut. Pengumpulan data sangat penting.
Pentingnya Efektivitas Teknologi Pembersihan dalam Menangani Krisis Plastik
Di samping itu, cara kerja dan keefektifan teknologi pembersihan dapat memberikan masukan untuk program-program penyuluhan, mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam mengatasi masalah plastik.
Mengatur penggunaan teknologi, membangun komunikasi, serta memajukan praktik daur ulang dan penggunaan kembali sampah juga bisa menciptakan peluang ekonomi serta lapangan kerja yang bermakna.
Untuk memaksimalkan upaya ini, penerapan pedoman dan regulasi terkait teknologi pembersihan dalam perjanjian internasional tentang plastik harus diadvokasi. Langkah ini sangat penting untuk proses evaluasi yang kuat, pengimplementasian efisien teknologi pembersihan, dokumentasi yang tepat tentang nasib sampah, dan peningkatan upaya pemantauan dan penyuluhan.
Dengan melakukan ini, teknologi pembersihan dapat menjadi bagian dari solusi terhadap pencemaran plastik, memungkinkan manusia untuk membersihkan tanpa mencemari.
Â
Advertisement