Misi Pendaratan AS ke Bulan Gagal, NASA Bikin Rencana Kedua

Setelah misi pendaratan di Bulan gagal bulan lalu, NASA menggantungkan harapannya pada pesawat ruang angkasa kedua.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 14 Feb 2024, 20:10 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2024, 20:10 WIB
Bermasalah, NASA Tunda Misi Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan
Roket NASA untuk misi Artemis 1 bersiap saat matahari terbit di Launch Pad 39B, Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 29 Agustus 2022. NASA harus menunda misi Artemis 1 ke Bulan akibat masalah bahan bakar. (AP Photo/Brynn Anderson)

Liputan6.com, Washington, DC - Setelah misi pendaratan di Bulan gagal bulan lalu, NASA menggantungkan harapannya pada pesawat ruang angkasa kedua.

Pesawat kedua ini dikembangkan oleh perusahaan terpisah dengan tujuan pendaratan pertama di bulan untuk Amerika Serikat setelah dalam lebih dari lima dekade.

Pendarat Bulan dengan misi bernama Odysseus atau disingkat Odie ini akan diterbangkan di atas roket SpaceX Falcon 9 dari Cape Canaveral, Florida, dikutip dari laman CNN, Rabu (14/2/2024).

Roket tersebut akan mendorong pesawat ruang angkasa ke orbit berbentuk oval yang membentang hingga 380.000 kilometer (236.100 mil) mengelilingi Bumi.

Ini peluncuran bertenaga tinggi seperti yang dikatakan oleh CEO Intuitive Machines Stephen Altemus. Perusahaannya yang berbasis di Houston pengembang misi Odysseus.

Setelah berada di orbit Bumi, pendarat di bulan akan terpisah dari roket dan mulai menjelajah sendiri, menggunakan mesin di dalamnya untuk mendorong dirinya sendiri pada lintasan langsung menuju permukaan bulan.

Odysseus diperkirakan akan menghabiskan lebih dari seminggu terbang bebas di luar angkasa, dan upaya untuk mendarat di permukaan bulan diperkirakan akan dilakukan pada 22 Februari.

Jika berhasil, Odysseus akan menjadi pesawat ruang angkasa AS pertama yang melakukan pendaratan lunak di bulan sejak misi Apollo 17 pada tahun 1972.

 


Mengapa Misi Odysseus Penting?

Ilustrasi gerhana bulan (NASA)
Ilustrasi gerhana bulan (NASA)

Peluncuran misi ke Bulan dilakukan setelah Peregrine, kendaraan yang dikembangkan Teknologi Astrobotic dengan pendanaan NASA, gagal menjalankan misinya.

Perusahaan yang berbasis di Pittsburgh mengungkapkan kebocoran bahan bakar yang menghancurkan tujuan hanya beberapa jam setelah Peregrine diluncurkan pada 8 Januari.

Pesawat ruang angkasa itu terbakar di atmosfer saat kembali menuju Bumi 10 hari kemudian, dikutip dari laman CNN, Selasa (13/2/2024).

Namun NASA telah mensponsori pembuatan armada kecil pendarat bulan yang dikembangkan secara pribadi sebagai bagian dari program badan antariksa CLPS, atau Layanan Muatan Bulan Komersial.

“Di CLPS, perusahaan-perusahaan AS menggunakan praktik teknik dan manufaktur mereka sendiri alih-alih mematuhi prosedur formal dan tradisional NASA serta pengawasan NASA,” jelas Joel Kearns, wakil administrator asosiasi badan antariksa untuk eksplorasi di Direktorat Misi Sains NASA.

 


Tujuan Program AS

Bermasalah, NASA Tunda Misi Peluncuran Roket Artemis 1 ke Bulan
Roket NASA untuk misi Artemis 1 berada pada Launch Pad 39B sebelum diluncurkan di Kennedy Space Center, Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, 29 Agustus 2022. NASA menghadapi serangkaian kebocoran bahan bakar dan kesulitan mendinginkan mesin booster pada suhu yang tepat untuk peluncuran. (AP Photo/Chris O'Meara)

Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan pendarat dengan harga yang relatif murah dan diharapkan dapat menunjukan kehadiran AS.

Tiongkok, India, dan Jepang adalah satu-satunya negara yang memiliki kendaraan lunak yang mendarat di bulan pada abad ke-21.

Meskipun NASA tetap yakin AS akan menjadi negara pertama yang mengembalikan manusia ke permukaan bulan, setelah tahun lamanya.

Infografis Efek Samping Vaksin Covid-19 untuk Bayi 6 Bulan hingga Anak Usia 11 Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Efek Samping Vaksin Covid-19 untuk Bayi 6 Bulan hingga Anak Usia 11 Tahun. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya