Liputan6.com, New Delhi - Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan ucapan selamat kepada Shehbaz Sharif dari Pakistan, atas kembalinya Sharif ke kursi perdana menteri. Ini merupakan pernyataan iktikad baik yang langka disampaikan oleh dua pemimpin negara yang bersaing dalam kepemilikan senjata nuklir tersebut.
Sharif telah resmi dilantik pada Senin sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya setelah pemilu yang dinodai oleh klaim terkait kecurangan suara yang meluas, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (6/3/2024).
Baca Juga
Politisi berusia 72 tahun dari partai Pakistan Muslim League-Nawaz yang didukung militer itu telah membentuk pemerintahan koalisi dengan musuh bebuyutan mereka, Partai Rakyat Pakistan (PPP) dan sejumlah faksi-faksi kecil, yang menutup jalan bagi para loyalis mantan perdana menteri Imran Khan yang dipenjara, yang memenangkan mayoritas kursi.
Advertisement
“Selamat untuk @CMShehbaz yang telah dilantik sebagai perdana menteri Pakistan,” cuit Modi dalam sebuah unggahan di platform media sosial X.
India dan Pakistan adalah musuh bebuyutan yang memiliki ketegangan politik dalam jangka panjang.
Kedua negara telah bertikai dalam tiga perang dan sejumlah pertempuran kecil sejak pemisahan anak benua itu pada 1947.
Namun Shehbaz Sharif dipandang India lebih menjanjikan perdamaian bagi New Delhi dibandingkan dengan pendahulunya, Khan.
PM Sharif Sempat ke India di Tahun 2013
Sharif telah mengunjungi India pada 2013 ketika dia menjabat sebagai kepala menteri di provinsi Punjab yang berpengaruh di Pakistan, langkah yang tidak biasa dilakukan oleh politisi senior Pakistan.
Dia mengunjungi desa asal-muasal nenek moyangnya di wilayah perbatasan India dan bertemu dengan perdana menteri India saat itu, Mahmohan Singh, di New Delhi, bersama sejumlah pejabat-pejabat lain.
Sentimen nasionalis Hindu telah meningkat di India di bawah pemerintahan Modi, seorang pemimpin populis yang sedang mengejar masa jabatan ketiganya dalam pemilu yang direncanakan pada April.
Kedua negara telah menurunkan hubngan diplomatiknya selama masa kepemimpinan perdana menteri Khan pada 2019, setelah perselisihan atas upaya India untuk memperkuat cengkeraman terhadap wilayah Khasmir yang dikuasainya.
Wilayah di pegunungan Himalaya ini, yang telah lama menjadi pusat pemberontakan maut melawan kekuasaan India, terbagi antara kedua negara dan diklaim sepenuhnya oleh keduanya.
Advertisement
Tantangan Pemerintahan Sharif
Sambil memegang potret Khan, sekutunya berdiri di depan Sharif ketika dia memulai pidatonya, meneriakkannya "pencuri suara" dan "memalukan". Sharif mengecam tindakan mereka dan mengatakan bahwa mereka menyebabkan kekacauan di parlemen. Dia juga mengatakan mereka harus menunjukkan bukti adanya kecurangan dalam pemilu kepada pihak berwenang terkait.
Sharif kemudian berbicara kepada pihak oposisi dengan mengatakan, "Saya menawarkan Anda rekonsiliasi. Mari kita duduk bersama untuk bekerja demi kemajuan Pakistan."
Namun, yang terjadi dia disambut dengan lebih banyak protes dan teriakan.
Dalam pidatonya, Sharif juga berbicara tentang memperbaiki hubungan dengan Amerika Serikat (AS). Hubungan antara kedua negara tegang setelah Khan menuduh AS, Sharif, dan militer Pakistan berkonspirasi untuk memecatnya dari jabatan perdana menteri.
Tantangan terbesarnya, menurut Sharif, adalah situasi ekonomi Pakistan yang selama ini bergantung pada pinjaman luar negeri untuk menjalankan perekonomian. Pemerintahannya menghadapi banyak masalah, termasuk bagaimana menanggapi lonjakan serangan militan, memperbaiki perekonomian yang sedang lesu, meningkatkan hubungan dengan negara tetangganya, Afghanistan yang dikuasai Taliban, memperbaiki infrastruktur yang rusak, dan menyelesaikan isu pemadaman listrik yang terjadi sepanjang tahun.
Hal lainnya yang juga tidak kalah penting adalah menjaga stabilitas politik karena partai Khan telah berjanji untuk melanjutkan protes terhadap dugaan kecurangan pemilu.
Imran Khan Surati IMF
Khan, yang saat ini menjalani hukuman penjara dalam beberapa kasus dan dilarang mencalonkan diri atau memegang jabatan, pekan lalu menulis surat kepada Dana Moneter Internasional (IMF), mendesak lembaga itu untuk menghubungkan setiap pembicaraan dengan Islamabad dengan audit pemilu Februari lalu.
Langkah Khan tersebut dilakukan beberapa hari sebelum IMF mengeluarkan sejumlah besar pinjaman bailout (dana talangan) kepada Pakistan.
Pakistan selama ini mengandalkan dana talangan untuk menopang cadangan devisanya dan menghindari gagal bayar, dengan IMF dan sekutu kaya seperti China dan Arab Saudi mendanai negara tersebut hingga miliaran dolar.
Di bawah masa jabatan sebelumnya sebagai perdana menteri, Sharif – yang menggantikan Khan setelah pemecatannya dalam mosi tidak percaya di parlemen pada April 2022 – harus berjuang selama berbulan-bulan untuk mendapatkan dana talangan sebesar USD 3 miliar dari IMF.
Advertisement