Liputan6.com, Juba - Sudan Selatan menutup semua sekolah mulai Senin (18/3/2024) sebagai persiapan menghadapi gelombang panas ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung selama dua pekan.
Kementerian Kesehatan dan Pendidikan Sudan Selatan telah menyarankan para orang tua untuk menjaga semua anak di dalam ruangan karena suhu diperkirakan akan melonjak hingga 45 derajat Celsius.
Mereka memperingatkan bahwa sekolah mana pun yang ditemukan buka selama periode peringatan akan dicabut pendaftarannya. Namun pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu (16/3) malam tidak merinci berapa lama sekolah akan tetap ditutup.
Advertisement
Kementerian mengatakan mereka akan terus memantau situasi dan menginformasikannya kepada masyarakat. Demikian seperti dilansir The Guardian, Selasa (19/3).
Kondisi Sulit Sudan Selatan
Peter Garang, yang tinggal di ibu kota, Juba, menyambut baik keputusan tersebut. Dia mengatakan sekolah harus terhubung ke jaringan listrik untuk memungkinkan pemasangan AC.
Sudan Selatan, salah satu negara termuda di dunia, sangat rentan terhadap krisis iklim. Gelombang panas umum terjadi, namun jarang melebihi 40 derajat Celsius.
Konflik sipil juga melanda negara Afrika Timur tersebut, beserta kekeringan dan banjir, sehingga membuat kondisi kehidupan menjadi sulit.
Program Pangan Dunia (WFP) dalam laporannya mengatakan Sudan Selatan terus menghadapi krisis kemanusiaan yang mengerikan karena kekerasan, ketidakstabilan ekonomi, perubahan iklim, dan masuknya orang-orang yang melarikan diri dari konflik di negara tetangganya, Sudan. Laporan tersebut turut menyatakan bahwa 818.000 masyarakat rentan diberikan makanan dan bantuan tunai pada Januari.
Advertisement