Bukan Serangga, Daging Alternatif di Masa Depan Bisa Terbuat dari Limbah Kayu

Kendati demikian sejauh ini pemerintah Italia masih melarang konsumsi olahan daging yang diproduksi di laboratorium.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 27 Mar 2024, 20:40 WIB
Diterbitkan 27 Mar 2024, 20:40 WIB
Contoh ilustrasi daging merah
Kamu bisa mengganti daging merah dengan bahan alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein. (Foto: Pexels.com/mali maeder)

Liputan6.com, Roma - Seiring perkembangan zaman, kemampuan teknologi mendorong ilmu dalam teknik pangan semakin berevolusi.

Kali ini para ilmuwan menemukan alternatif baru untuk pengganti daging sebagai salah satu bahan pangan manusia. Uniknya, daging alternatif ini terbuat dari kayu, atau lebih tepatnya merupakan hasil limbah dari pembuatan kertas.

Dilansir Malay Mail, Rabu (27/3/2024), sekelompok peneliti asal Italia mengolahnya dengan mengekstraksi asam amino, komponen dasar protein, dari produk sampingan yang disebut lignin, dengan tujuan merancang bentuk baru daging tanpa bahan baku hewani.

Nama proyek meat from wood (daging dari kayu) memiliki tujuan yang jelas. Meski sekilas konsepnya terkesan futuristik, idenya adalah memproduksi daging dari pohon.

Alih-alih menggunakan lebih banyak sumber daya dari hutan untuk memenuhi kebutuhan pangan kita di masa depan, tujuannya adalah memanfaatkan limbah kayu dari industri kertas dengan lebih baik.

Proyek ini berfokus pada lignin, produk sampingan dari produksi kertas yang umumnya tidak diketahui oleh produsen apa yang harus dilakukan. Faktanya selama ini, bahan ini justru lebih sering terbakar. 

Peneliti Juga Gunakan Dedak Gandum

Preman Mencuri Jalan
Aksi Preman Mencuri Jalan Menjadikannya Ladang Gandum (Ilustrasi: Unsplash)

Selain lignin, para peneliti juga menggunakan dedak gandum, yang diperoleh saat biji-bijian "dikupas" selama produksi tepung.

"(Para ilmuwan) ingin mengembangkan sel bakteri yang mengandung semua enzim yang diperlukan untuk bertindak sebagai semacam 'pabrik' di mana vanillin yang diperoleh dari lignin atau dedak gandum diubah menjadi asam amino," kata Elena Rosini, yang juga terlibat dalam penelitian tersebut.

Industri teknologi pangan kini sedang menjajaki berbagai penelitian untuk menemukan daging alternatif, dan penelitian ini dapat menawarkan pendekatan yang baru.

Terlebih lagi, jika para ilmuwan berhasil menyempurnakannya, prosesnya bisa memberikan banyak manfaat. Dengan memulihkan dan memberi nilai tambah pada produk sampingan industri kertas dan dedak gandum, hal ini juga dapat berguna dalam pembuatan kosmetik, obat-obatan, dan bahkan obat-obatan.

Menurut Rosini, bahan tambahan dan penambah rasa baru bahkan bisa dikembangkan.

Masih Belum Diizinkan untuk Dikonsumsi

Ilustrasi Penelitian
Ilustrasi penelitian di laboratorium menggunakan microscope. (Pixabay/Herney)

Meski demikian, proyek ini tetap mengejutkan, tidak hanya karena orisinalitas bahan bakunya, tetapi juga karena penelitiannya dilakukan di Italia. Di tempat asal kuliner pasta dan pizza, pengembangan teknologi baru untuk produksi bahan makanan yang tidak melibatkan hewan ternak kurang dipandang positif.

Satu tahun lalu, pemerintah Italia tidak begitu peduli dengan penelitian daging yang dihasilkan di laboratorium.

Namun, hal ini kemudian didukung oleh salah satu anggota parlemen Italia yang memberikan suara pada November untuk mendukung undang-undang yang melarang produksi, penjualan atau impor daging hasil budidaya, meskipun UE sendiri belum mengizinkan konsumsi daging hasil laboratorium.

Infografis Bahan Pangan Lokal Alternatif yang Belum Populer
Infografis Bahan Pangan Lokal Alternatif yang Belum Populer  (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya