6 Fenomena Unik yang Terjadi saat Gerhana Matahari Total

Ada sejumlah fenomena unik yang akan mengiringi saat gerhana matahari total ini terjadi.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 09 Apr 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2024, 01:00 WIB
FOTO: Penampakan Gerhana Matahari Total di Argentina
Bulan menutupi matahari selama gerhana matahari total di Piedra del Aguila, Argentina, Senin (14/12/2020). Gerhana matahari total terlihat dari wilayah Patagonia utara Argentina dan dari Araucania di Chile. (AP Photo/Natacha Pisarenko)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena gerhana matahari total yang terjadi pada Senin (08/04/2024) dapat diamati di 13 negara bagian di Amerika Seikat. Gerhana matahari total akan dimulai di Meksiko dan membentang hingga ke Texas, Oklahoma, Arkansas, Missouri, Illinois, Indiana, Ohio, New York, Pennsylvania, Vermont, New Hampshire dan Maine sebelum akhirnya menuju Atlantik Utara di Kanada.

Dallas dan Cleveland juga menjadi beberapa lokasi yang memungkinkan untuk melihat gerhana matahari total. Ada sejumlah fenomena unik yang akan mengiringi saat gerhana matahari total ini terjadi.

Dikutip dari laman Space pada Senin (08/04/2024), berikut fenomena unik yang terjadi saat gerhana matahari total.

1. Fenomena Coriolis

Fenomena Coriolis adalah perubahan angin karena penurunan suhu secara tiba-tiba. Saat gerhana matahari terjasi, suhu muka bumi akan turun hingga lima derajad Celcius.

Dengan adanya penurunan suhu, angin yang berhembus di permukaan bumi juga turut berubah. Perbedaan panas saat gerhana matahari menyebabkan udara bergerak ke arah utara atau selatan.

Angin juga akan melambat ketika Bulan mulai menutupi matahari. Kemudian angin akan bertambah cepat ketika matahari tertutup seluruhnya.

2. Pinhole Shadows

Pinhole shadows adalah salah satu peristiwa ekliptika yang disebabkan oleh cahaya yang menembus objek, terutama dedaunan pohon. Pasalnya, cahaya yang menembus dedaunan pepohonan saat gerhana matahari bisa menghasilkan pantulan cahaya seperti sabit.

Bentuk cahaya melengkung seperti sabit ini terlihat saat bulan mulai lewat di depan matahari. Fenomena bernama pinhole shadows ini pernah terjadi di Amerika Serikat saat berlangsungnya gerhana matahari total pada 21 Agustus 2017.

Selain itu, garis bintik terang dan gelap menyerupai manik-manik di sekitar tepi bulan akan terlihat. Fenomena ini dikenal sebagai Efek Manik Baily yang diambil dari nama astronom abad ke-19, Francis Baily.

Efek cahaya ini berasal dari permukaan Bulan yang tidak rata. Selain itu, Venus dan Jupiter akan terlihat selama gerhana matahari total pada 8 April 2024.

Hal ini karena keduanya berada di area langit yang sama dengan matahari.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Mempengaruhi Gelombang Radio

3. Gerhana Matahari akan Mempengaruhi Gelombang Radio

Selain memengaruhi cahaya, bayangan, suhu, dan angin, gerhana matahari total juga dapat mengganggu gelombang radio. Melansir laman NASA pada Senin (08/04/2024), gerhana matahari total menghalangi emisi matahari.

Pada akhirnya mengganggu sinyal radio di bumi. Para peneliti belum mengetahui secara pasti bagaimana hal ini bisa terjadi.

Namun, NASA telah menerbitkan instruksi yang tepat tentang cara mengamati fluktuasi emisi radio selama gerhana matahari total yang datang pada 8 April 2024. Komunitas penggemar radio global seperti Radio Jove bahkan mengajak siapa pun yang tertarik dengan hal ini untuk terlibat, seperti mengumpulkan data dan mungkin mencari tahu bagaimana gerhana matahari total bisa merusak gelombang radio.

4. Efek Allais

Bandul (pendulum) Paraconic pertama kali ditemukan pada 1954. Saat itu, ilmuwan bernama Maurice Allais berteori bahwa gerhana matahari dapat mengubah gravitasi.

Allais membuat bandul Paraconic untuk mengetahui apakah ayunannya berubah selama gerhana matahari. Ayunan bandul Foucault yang diciptakan oleh Jean Bernard Leon Foucault pada 1858, berubah seiring rotasi bumi dan juga jika lebih dekat ke garis khatulistiwa.

Namun, Allais menemukan bahwa orientasi ayunan bandulnya terhadap waktu berubah selama gerhana matahari pada 1954. Berbagai makalah penelitian yang menyelidiki efek Allais banyak bermunculan saat gerhana matahari di masa-masa selanjutnya, seperti makalah pada 2017 di International Journal of Astronomy and Astrophysics atau makalah pada 2020 di Journal of Modern Physics.

Sayangnya, komunitas ilmiah masih ragu dan tidak memiliki konsensus mengenai hal tersebut. Paling tidak, jika gerhana matahari memang memengaruhi gravitasi, maka hal itu tidak berdampak apa pun terhadap kehidupan manusia.

 


Mempengaruhi Perilaku Hewan

5. Gerhana Matahari Mempengaruhi Perilaku Hewan

Gerhana matahari diketahui memengaruhi beberapa perilaku hewan. Penelitian yang diterbitkan oleh Animals (Basel) yang berjudul Total Eclipse of the Zoo: Animal Behavior during a Total Solar Eclipse (2020), menyimpulkan bahwa gerhana matahari total dapat memengaruhi kebiasaan dan disposisi banyak spesies.

Hal tersebutlah yang terjadi pada 13 dari 17 spesies yang dijadikan sampel untuk penelitian ini. Ternyata, terjadi perubahan abnormal di siang hari selama terjadinya gerhana matahari total.

Perubahan lingkungan sekitar saat gerhana matahari total terjadi membingungkan hewan. Hal ini terlihat jelas dari perilakunya, seperti kapan harus makan atau beristirahat.

Dalam beberapa kasus, gerhana matahari membuat hewan-hewan cemas. Beberapa hewan yang terdampak di antaranya adalah jerapah, burung lorikeet, dan komodo. Hal ini terjadi karena panas dan cahaya akan hilang sekejap selama gerhana matahari total.

6. Ledakan Plasma Matahari

Fenomena gerhana matahari total pada 8 April 2024 di prediksi akan semakin istimewa dengan semburan plasma akan meletus. Semburan ini berwarna merah muda gelap yang disebut prominences, yaitu semburan gas panas ke arah luar matahari yang nantinya akan kembali masuk.

Gerhana matahari total pada 8 April juga diperkirakan akan lebih menarik karena bertepatan dengan puncak maksimum matahari. Periode ketika bintang tersebut sangat aktif.

Fenomena yang terjadi setiap 11 tahun siklus matahari ini membuat pusat tata surya tersebut lebih sering memuntahkan coronal mass ejection (CME). Coronal mass ejection adalah ledakan plasma yang bersifat eksplosif dari atmosfer luar matahari, yang disebut korona.

CME ini akan menyebabkan lonjakan badai geomagnetik dan suar matahari serta menghasilkan aurora yang spektakuler.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya