7 Negara yang Bangun Matahari Buatan untuk Hasilkan Energi Bersih

Matahari buatan juga diklaim lebih ramah lingkungan dan hanya mengeluarkan zat buangan seperti helium yang tidak berbahaya.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 16 Apr 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 16 Apr 2024, 03:00 WIB
Gerhana Matahari Cincin Api
Gerhana ini tidak membuat langit sepenuhnya gelap, tetapi temaram di delapan negara bagian AS, yaitu Oregon, California, Nevada, Utah, Colorado, Arizona, New Mexico, dan Texas. (AP Photo/Ivan Valencia)

Liputan6.com, Jakarta - Berbagai negara di dunia tengah mengembangkan matahari buatan. Matahari buatan adalah teknologi yang memanfaatkan reaksi fusi untuk menghasilkan energi bersih.

Matahari buatan dikembangkan untuk keperluan energi bersih dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Energi dari bahan bakar fusi diperkirakan lebih berlimpah daripada energi fosil.

Energi yang dihasilkan dari reaksi fusi diperkirakan empat kali lebih besar dari reaksi fisi yang dihasilkan reaktor nuklir. Matahari buatan juga diklaim lebih ramah lingkungan dan hanya mengeluarkan zat buangan seperti helium yang tidak berbahaya.

Reaksi fusi juga diklaim lebih aman dan kemungkinan bocor sangat minim. China berhasil menyalakan matahari buatan pada Desember 2020 lalu untuk kali pertama.

Melansir laman Advance Scinece News pada Senin (15/04/2024), berikut beberapa negara di dunia yang memiliki matahari buatan.

1. China

Experimental Advance Superconducting Tokamak (EAST) menghebohkan dunia saat berhasil memecahkan rekor Mei 2021. Suhu plasma EAST saat itu berhasil mencapai 120 juta derajat Celcius selama 101 detik dan 160 juta Celcius selama 20 detik.

Perangkat Tokamak terletak di Hefei Institute of Physical Science of Chinese Academy of Sciences. Eksperimen EAST adalah bagian dari fasilitas Reaktor Eksperimental Termonuklir Internasional (ITER), sebuah proyek sains besar global kedua setelah Stasiun Luar Angkasa Internasional.

proyek ini dibangun bersama oleh China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan, Rusia dan AS.

2. Korea Selatan

Sebelum ada rekor terbaru dari matahari buatan China. Matahari artifisial buatan Korea Selatan sebelumnya mencatatkan rekor menyala selama 20 detik dengan panas 100 juta derajat celcius.

Proyek ini bekerja sama dengan Seoul National University (SNU) dan Columbia University Amerika Serikat, KSTAR Research Center di Korea Institute of Fusion Energy (KFE).

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jepang

3. Jepang

Reaktor fusi nuklir eksperimental terbesar di dunia yang beroperasi, JT-60SA, diresmikan di Jepang pada Desember 2023 lalu. Mesin setinggi enam lantai itu, berada di hanggar di Naka, utara Tokyo.

Matahar buatan ini terdiri dari tempat tokamak berbentuk menyerupai donat yang berisi plasma berputar yang dipanaskan hingga 200 juta derajat Celcius. Tokamak JT-60SAI merupakan proyek gabungan antara Uni Eropa dan Jepang.

Proyek ini menjadi cikal bakal proyek matahari buatan yang lebih besar di Prancis, ITER yang sedang dibangun.

4. Prancis

Para peneliti mengirimkan bagian pertama dari magnet masif untuk reaktor tenaga nuklir fusi yang akan mereka dirikan di Saint-Paul-Lez-Durance, Prancis. Proyek ini pun menjadi proyek energi paling ambisius di dunia dan menelan anggaran mencapai Rp 342 triliun.

Diketahui, proyek ITER akan mereplikasi reaksi matahari untuk menunjukkan daya fusi yang dapat dihasilkan pada skala komersial. Proyek ini tengah digarap di Prancis Selatan dan diperkirakan akan menjadi reaktor fusi terbesar di dunia ketika mulai beroperasi pada 2035.

5. Amerika Serikat

Peneliti dari Institut Teknologi Massachusetts di AS dan perusahaan swasta mengumumkan keberhasilan mereka membuat sebuah magnet superkonduktor dengan bersuhu tinggi. Magnet tersebut diklam dapat melewati teknologi ITER untuk membuat matahari di bumi.

Matahari buatan ini dikembangkan menggunakan teknologi nuklir fusi yang berbeda dengan nuklir fisi yang banyak digunakan saat ini. Teknologi nuklir fusi disebut lebih ramah lingkungan dibanding teknologi nuklir fisi yang memproduksi sampah radioaktif.

Selain energi yang dihasilkan lebih bersih, reaktor nuklir fisi juga menawarkan pasokan energi yang hampir tak terbatas. Masalahnya, pengembangan energi ini sangat sulit.

Para peneliti sudah mencoba mengembangkannya selama lebih dari satu abad dan belum mendapat hasil signifikan.

 


Inggris

6. Inggris

Pada Oktober 2020, Mega Amp Spherical Tokamak (MAST)-Upgrade di Culham mencapai plasma pertama setelah program pembangunan tujuh tahun. Otoritas Energi Atom Inggris mengaku telah menghabiskan anggaran sebesar USD71 juta untuk mencapai titik itu.

MAST-Upgrade akan menjadi cikal bakal prototipe Inggris Spherical Tokamak for Energy Production (STEP) yang akan selesai pada tahun 2040. Inggris mengalokasikan anggaran USD294 juta untuk merancang tahap awal STEP.

7. India

India juga memiliki peran utama di ITER. Para ilmuwan dari Institute of Plasma Research di Ahmedabad, sedang memandu produksi industri komponen penting ITER seperti pelindung dinding, sistem air pendingin, dan kriogenik.

Bahkan, suprastruktur untuk peralatan utama reaktor, tempat vakum dipertahankan untuk membantu mendinginkan plasma, dibuat oleh perusahaan Larsen & Toubro asal India. Sejak membangun tokamak pertamanya yang diberi nama Aditya pada 1980-an, India telah membuat kemajuan luar biasa dalam penelitian fusi dan mengoperasikan Steady State Superconducting Tokamak (SST) canggih.

Perusahaan teknologi asal india juga mengatasi sifat 'on-off' dari tokamak konvensional dalam memanaskan plasma.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya