Jalur Gaza Krisis Air Bersih, Presiden WWC: Tak Seorang Pun Boleh Kekurangan Air Selama Perang

World Water Council mendesak PBB dan pihak-pihak berwenang lainnya untuk menyelesaikan krisis air di Jalur Gaza.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Mei 2024, 14:37 WIB
Diterbitkan 21 Mei 2024, 17:11 WIB
Presiden World Water Council (WWC) Lois Fachon dalam konferensi pers terkait World Water Forum ke-10 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)
Presiden World Water Council (WWC) Lois Fachon dalam konferensi pers terkait World Water Forum ke-10 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024). (Liputan6/Benedikta Miranti)

Liputan6.com, Denpasar - Presiden World Water Council (WWC) Loic Fauchon menegaskan bahwa tidak ada seorang pun di dunia, termasuk para pengungsi di wilayah konflik, yang boleh mengalami kesulitan akses terhadap air bersih.

"Tidak seorang pun boleh merasakan kekurangan air selama perang, baik perang saudara maupun perang internasional. Tidak satu pun," ungkap Loic dalam pernyataan pers bersama media di sela-sela World Water Forum ke-10 di Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024).

"Konvensi Jenewa tidak dihormati di banyak konflik. Kalau Anda bicara soal apa yang terjadi di Jalur Gaza, ini juga terjadi di Ukraina."

Sementara WWC tidak memiliki kewenangan, Loic mendesak badan yang bertanggung jawab seperti PBB, organisasi dunia lainnya dan negara-negara untuk segera mendorong upaya konkret dalam menyelesaikan krisis air di Jalur Gaza.

"Pihak-pihak terkait harus segera mengambil inisiatif yang jelas, tidak hanya melalui pidato, tapi benar-benar merealisasikannya," tutur Loic.

Loic sendiri mengaku pernah mengunjungi Jalur Gaza pada tahun 1997 untuk mempelajari pasokan air di wilayah tersebut.

"Itu sudah lama sekali bersama dengan Presiden Yasser Arafat dan saya berjanji untuk melanjutkan diskusi antara menteri Israel dan Palestina," ujarnya.

Israel 'Sandera' Air Gaza

Warga Gaza Krisis Air dan Makanan
Warga Palestina mengantre untuk mengisi tabung air di Kota Gaza, pada 16 Oktober 2023. (Dawood NEMER/AFP)

Pasca perang Israel Vs Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, para pengungsi di Jalur Gaza mengalami krisis pangan dan air bersih. 

Pengeboman membabi buta Israel di Jalur Gaza telah menewaskan sedikitnya 35.000 orang dan membuat lebih dari 1 juta warga Palestina mengungsi. Kondisi tersebut sontak menjadikan mereka secara kolektif tidak memiliki akses terhadap air bersih dan fasilitas kebersihan penting lainnya.

Bahkan sebelum perang terbaru Hamas Vs Israel pecah pada 7 Oktober, lebih dari 96 persen pasokan air di Jalur Gaza dianggap tidak layak dikonsumsi manusia akibat blokade Israel terhadap wilayah kantong itu sejak tahun 2007.

Situasinya diperparah setelah keputusan pemerintah Israel memutus pasokan air ke Jalur Gaza atas perintah Menteri Energi Israel Katz pada 9 Oktober. Citra satelit dari Planet Labs PBC menunjukkan militer Israel menyita sebagian besar pabrik desalinasi air di Gaza Utara pada 30 Oktober dan di bagian selatan Kota Gaza pada 1 November. Demikian seperti dilansir Middle East Eye.

Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan
Infografis Keprihatinan Serangan Militer Israel di Gaza Selatan (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya