Serangan Brutal Israel ke Sekolah PBB di Gaza Membunuh 40 Orang, Termasuk Anak-anak

Ini adalah contoh terbaru mengenai kematian warga sipil Palestina saat mereka berusaha mencari perlindungan menyusul perluasan serangan Israel di Jalur Gaza.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 06 Jun 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2024, 18:00 WIB
Operasi Darat Israel di Jalur Gaza
Pasukan darat Israel memasuki Gaza pada akhir Oktober dan dengan cepat mengepung Kota Gaza, pemukiman utama di utara. (AP Photo/Victor R. Caivano)

Liputan6.com, Gaza - Serangan Israel pada Kamis (6/6/2024) pagi terhadap sebuah sekolah yang menampung pengungsi Palestina di Jalur Gaza tengah menewaskan sedikitnya 40 orang, termasuk wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 70 orang. Demikian menurut pejabat kesehatan setempat.

Pejabat dari kantor media pemerintah dan otoritas kesehatan Jalur Gaza seperti dilansir Al Jazeera mengonfirmasi jumlah korban tewas, termasuk di antaranya 14 anak-anak dan sembilan perempuan.

Militer Israel mengatakan bahwa militan Hamas beroperasi dari dalam sekolah.

Sehari sebelumnya, militer Israel mengumumkan serangan darat dan udara baru di Gaza tengah, mengejar militan Hamas yang mereka klaim telah bangkit kembali di sana.

Para saksi mata dan pejabat rumah sakit mengatakan serangan dini hari itu menghantam Sekolah al-Sardi, yang dijalankan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA). Menurut mereka, sekolah itu dipenuhi warga Palestina yang melarikan diri dari serangan dan pengeboman Israel di Gaza Utara.

Ayman Rashed, seorang pria pengungsi dari Kota Gaza yang berlindung di sekolah tersebut, menuturkan bahwa rudal menghantam ruang kelas di lantai dua dan tiga tempat para keluarga berlindung. Dia sendiri membantu mengangkut lima orang tewas, termasuk seorang pria tua dan dua anak, salah satunya dengan kepala hancur.

"Suasananya gelap, tidak ada listrik, dan kami berjuang untuk mengeluarkan para korban," kata Rashed, seperti dilansir kantor berita AP.

Korban tiba di Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di dekat Deir al-Balah, yang sudah dipenuhi ambulans sejak serangan di Gaza tengah dimulai 24 jam sebelumnya, kata Omar al-Derawi, seorang fotografer yang bekerja untuk rumah Sakit.

Video yang beredar secara online menunjukkan beberapa orang yang terluka dirawat di lantai rumah sakit, sebuah pemandangan umum di bangsal-bangsal medis Gaza yang kewalahan. Listrik di sebagian besar rumah sakit padam karena staf menjatah pasokan bahan bakar untuk generator.

"Anda tidak bisa berjalan di rumah sakit – ada begitu banyak orang. Perempuan dari keluarga korban berkumpul di lorong sambil menangis," ujar al-Derawi.

Sementara itu, serangan lain terhadap sebuah rumah dalam semalam menewaskan enam orang.

Kedua serangan tersebut terjadi di Nuseirat, salah satu dari beberapa kamp pengungsi yang dibangun di Jalur Gaza sejak perang tahun 1948, ketika ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka menyusul pendirian Israel.

Klaim Israel

Warga Palestina Tinggalkan Lokasi Pengungsian di Gaza Tengah
Jumlah korban akan meningkat jika serangan Israel tidak segera dihentikan. (Bashar TALEB/AFP)

Juru bicara militer Israel Letkol Peter Lerner mengatakan pihaknya tidak mengetahui adanya korban sipil dalam serangan tersebut. Dia menyebut bahwa intelijen mengindikasikan para militan telah menggunakan kompleks sekolah tersebut untuk mengatur beberapa serangan pada tanggal 7 Oktober dan bahwa setidaknya 20 militan di sana saat ini menggunakannya sebagai "lapangan" untuk melancarkan serangan terhadap tentara Israel.

Militer Israel tidak memberikan bukti atas klaimnya. Lebih lanjut mereka mengklaim telah mengambil langkah-langkah sebelum serangan tersebut untuk mengurangi risiko merugikan warga sipil yang tidak terlibat … termasuk melakukan pengawasan udara, dan informasi intelijen tambahan.

Sekolah-sekolah UNRWA di Gaza telah berfungsi sebagai tempat perlindungan sejak dimulainya perang terbaru, yang telah memaksa sebagian besar penduduk Palestina yang berjumlah 2,3 juta jiwa meninggalkan rumah mereka.

Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil karena menuding mereka beroperasi dari daerah pemukiman.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya