Hidup Frugal Ekstrem Demi Rp10 Miliar Secepat Mungkin, Pria di Jepang Rela Santap Biskuit dan Minum Minuman Energi

Perjuangan tersebut dilakukannya demi bisa segera mencapai kebebasan finansial. Hidup frugal demi bisa pensiun dini. Begini kisah selengkapnya.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Jul 2024, 20:14 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 20:14 WIB
Ilustrasi hemat, dompet, uang
Ilustrasi hemat, dompet, uang. (Photo by Aleksandrs Karevs on Unsplash)

Liputan6.com, Tokyo - Seorang pria di Jepang rela menjalani hidup yang sangat hemat selama 21 tahun karena ingin mengumpulkan uang sebanyak 100 juta yen atau sekitar Rp 10,3 miliar untuk dana pensiun. Ia bikin shock pengguna internet di China karena memiliki pola makan tak biasa.

Pria berusia 45 tahun yang tidak disebutkan namanya itu, memulai rencana tabungannya pada awal tahun 2000-an setelah mendapatkan pekerjaan yang stabil. Perusahaan tempatnya bekerja juga mengharuskan karyawannya untuk bekerja lembur.

"Hanya dengan bekerja keras dan lembur Anda dapat mencapai kebahagiaan masa depan," kata dia, seperti dilansir SCMP, Rabu (24/7/2024).

Dalam rangka mengejar impiannya untuk FIRE (financial independence, retire early) atau mandiri secara finansial dan pensiun dini, pria yang memperoleh gaji tahunan sekitar lima juta yen (sekitar Rp520 juta) itu pun segera menyusun rencana cermat untuk menabung 100 juta yen atau setara Rp10 miliar secepat mungkin.

Dia kemudian memulai dengan memberikan dirinya alias online The Man Who Will Definitely Resign (Orang yang Pasti Akan Mengundurkan Diri) sebagai motivasi.

Selama lebih dari dua dekade, ia pun memutuskan untuk tinggal di asrama perusahaan dan membayar 30.000 yen setiap bulan.

Ia juga menerapkan pola makan frugal ekstrem, sangat berhemat dalam hal makanan. Menu makan malamnya hanyalah semangkuk nasi, sayuran asin dan buah plum asam. Selain itu, terkadang ia hanya minum minuman energi dengan menggunakan poin gratis dari toko serba ada. Sementara itu, kadang ia hanya menyantap soda dan biskuit sambal menonton film bertema penjara seraya bergurau bahwa kehidupannya di perusahaan tersebut sama seperti menjalani hukuman penjara selama 20 tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Tak Punya Microwave dan AC

Pemakaian AC yang Boros
Ilustrasi Pemakaian AC yang Boros Credit: Freepik

Gaya hidup hematnya juga tercermin ketika microwavenya rusak. Alih-alih memperbaiki atau membeli yang baru, ia memilih untuk makan ubi dari musim dingin hingga musim panas dan menggunakan panas murni untuk memasaknya di kaca mobil milik temannya.

Selain itu, ia juga tidak pernah menggunakan AC atau pemanas. Ia memilih untuk mendinginkan diri di musim panas dengan kaus basah dan melakukan pemanasan di musim dingin dengan melakukan squat.

Usahanya pun membuahkan hasil pada awal tahun ini, ketika ia mengumumkan di media sosial bahwa ia akhirnya berhasil menghemat 135 juta yen setelah 20 tahun 10 bulan bekerja di perusahaan tersebut.

Selain itu, gaya hidup hematnya menginspirasinya untuk menulis buku tentang tips menabung yang menjadi sumber penghasilan lain baginya.


Kehidupannya Berangsur Membaik

Ilustrasi Yen (Foto: Jun Rong Loo/Unsplash)
Ilustrasi Yen (Foto: Jun Rong Loo/Unsplash)

Setelah mencapai kebebasan finansial, kehidupannya agak membaik.

Dia sekarang menyajikan empat butir telur rebus untuk sarapan dan membeli microwave sehingga bisa menikmati makanan hangat.

Namun, kegembiraannya tidak bertahan lama, karena baru-baru ini ia mengungkapkan tabungannya telah menyusut drastis akibat depresiasi yen sejak awal tahun ini.

"Jika yen terus terdepresiasi, saya tidak akan pernah mencapai kebebasan finansial. Apa yang telah saya kerjakan selama 21 tahun ini? Itu semua tidak ada artinya, tragis sekali," ujarnya.

Orang-orang di media sosial daratan menyatakan keterkejutan dan simpati atas penderitaan pria tersebut.

"Makanannya benar-benar mengejutkan saya. Apakah mereka bisa dimakan? Merupakan keajaiban dia tidak jatuh sakit setelah makan dengan buruk selama bertahun-tahun," kata seseorang.

"Hidupnya sungguh menyedihkan. Penghasilannya tidak rendah di Jepang. Kalau saja dia berinvestasi emas, bukan hanya menabung, dia tidak akan rugi banyak," kata yang lain.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya