Liputan6.com, Vientiane - Negara-negara anggota ASEAN harus Kembali berpegang teguh pada komitmennya untuk menjadikan Kawasan Asia Tenggara sebagai Kawasan Bebas Senjata Nuklir.
Hal tersebut dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri RI (Menlu RI) Retno Marsudi dalam rangkaian Pertemuan Menteri Luar Negeri (AMM/PMC) ke-57 ASEAN.
Baca Juga
Aksi Pemain Laos Foto-Foto di Stadion Manahan Solo Jadi Sorotan Sebelum Menahan Imbang Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Piala AFF 2024: Shin Tae-yong Bongkar Alasan Timnas Indonesia Kebobolan 3 Gol saat Jamu Laos
Timnas Indonesia Gagal Menang Lawan Laos di Piala AFF 2024, Netizen Malaysia Menertawakan
"Ancaman senjata nuklir semakin meningkat dan nyata. Keluarnya beberapa negara kunci pemilik senjata nuklir dari perjanjian penting internasional seperti Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Anti-Ballistic Missile Treat, dan Strategic Arms Race Reduction Treaty, semakin menjauhkan kita dari cita-cita untuk miliki dunia yang bebas dari senjata nuklir," kata Menlu Retno saat menghadiri Pertemuan Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone Commission (SEANWFZ Commission) di Vientiane, Laos, Rabu (24/7/2024).
Advertisement
Penurunan komitmen itu secara nyata akan mengakibatkan dampak negatif bagi stabilitas kawasan. Karenanya, Menlu Retno mendorong ASEAN untuk kembali meneguhkan komitmennya terkait senjata nuklir.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya ASEAN mendesak negara pemilik senjata nuklir untuk menjalankan komitmen mereka bagi upaya perlucutan senjata.
"ASEAN perlu menjalin kerja sama dengan kawasan bebas senjata nuklir lainnya," tambah Menlu Retno.
Terkait ini, Indonesia menyambut baik dilakukannya pelatihan antara ASEAN dan OPANAL untuk membahas isu reservasi pada Mei 2024 lalu.
Sebagai informasi, OPANAL adalah organisasi internasional untuk perlucutan senjata nuklir di sebagian besar Amerika Latin dan Karibia.
NATO Khawatir Rusia Bakal Dukung Program Rudal dan Nuklir Korea Utara
Sementara itu, kedekatan Rusia dan Korea Utara kemudian juga menimbulkan kekhawatiran bagi sejumlah pihak, termasuk NATO.Â
Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) khawatir mengenai dukungan yang dapat diberikan Rusia untuk program rudal dan nuklir Korea Utara. Hal tersebut diungkapkan Sekjen NATO Jens Stoltenberg pada Selasa (18/6).
Putin sendiri dalam suratnya yang dipublikasikan pada Selasa berjanji memperdalam hubungan perdagangan dan keamanan dengan Korea Utara dan mendukungnya melawan Amerika Serikat (AS). Kunjungan kenegaraan Putin ke Korea Utara terjadi di tengah tuduhan AS bahwa Korea Utara telah memasok lusinan rudal balistik dan lebih dari 11.000 kontainer amunisi ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina.
Advertisement