Mengenal Bintik Merah Besar di Permukaan Jupiter

Jupiter memerlukan 70 kali massanya saat ini, untuk memicu proses fusi nuklir dan menjadi bintang. Sama halnya dengan planet lain, Jupiter juga punya penampakan yang khas yaitu bintik merah besarnya (Great Red Spot).

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Agu 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2024, 01:00 WIB
Planet Jupiter
Planet Jupiter (Sumber: dreamstime.com)

Liputan6.com, Jakarta - Jupiter merupakan planet terbesar di tata surya kita. Para astronom menyebut Jupiter sebagai bintang yang gagal.

Sebab seperti bintang, planet ini kaya akan hidrogen dan helium. Namun massa Jupiter tidak cukup untuk memicu reaksi fusi di intinya.

Jupiter memerlukan 70 kali massanya saat ini, untuk memicu proses fusi nuklir dan menjadi bintang. Sama halnya dengan planet lain, Jupiter juga punya penampakan yang khas yaitu bintik merah besarnya (Great Red Spot).

Melansir laman Space pada Rabu (31/07/2024), bintik merah besar di Planet Jupiter adalah badai yang sangat besar. Bintik merah besar itu ternyata sudah terindentifikasi sejak 350 tahun lalu oleh astronom Italia Giovanni Cassini.

Pada abad ke-20, para astronom mulai berteori bahwa itu adalah badai yang diciptakan oleh atmosfer Jupiter. Badai tersebut bergolak dan bergerak cepat.

Sebagai perbandingan, badai terbesar dan terkuat yang pernah tercatat di Bumi adalah badai besar yang membentang sepanjang 1609 Km dengan kecepatan angin mencapai 322 Km/jam. Badai Jupiter ini mampu mencapai kecepatan maksimum hingga 644 km/jam.

Menariknya lagi, badai ini telah berlangsung di Jupiter setidaknya selama 150 tahun atau mungkin lebih. Bintik merah besar di Planet Jupiter ini adalah badai antisiklon.

Badai jenis ini berputar berlawanan arah jarum jam dan memiliki tekanan udara di pusatnya lebih tinggi daripada di sekitarnya. Bintik merah Jupiter disebabkan beberapa hal, seperti penyusun planet terbesar di tata surya ini.

Planet Jupiter berukuran sekitar 1.000 kali lebih besar dari bumi, namun sebagian besar terdiri dari gas. Tidak ada landasan kokoh seperti yang dimiliki bumi untuk melemahkan badai.

Bintik Merah Besar juga bertahan lebih lama dibandingkan badai lain di Jupiter karena terletak di antara dua aliran kuat yang bergerak berlawanan arah. Para ilmuwan mengklaim badai itu seperti roda berputar yang terjepit di antara ban berjalan yang bergerak berlawanan arah.

 

Bintik Merah Besar Terus Menyusut

Pada akhir 1800-an, Great Red Spot Jupiter berukuran sekitar empat kali ukuran Bumi. Pada 1979, ketika pesawat ruang angkasa Voyager 2 terbang melewati Jupiter, badai tersebut telah menyusut menjadi sekitar dua kali ukuran Bumi.

Meski berlangsung lama, Bintik Merah Raksasa terus menyusut. Saat ini, Bintik Merah Besar berukuran sekitar 1,3 kali ukuran Bumi.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa hal ini akan terus menyusut dan mungkin hilang. Dengan bantuan foto-foto baru dan data dari wahana antariksa Juno milik NASA, para ilmuwan terus mempelajari Jupiter dan Bintik Merah Besarnya hingga saat ini.

Beberapa ilmuwan masih mencoba mencari tahu mengapa badai Jupiter itu berwarna merah. Teori paling populer saat ini menyebut warna merah pada bintik merah besar berasal dari senyawa kimia yang kompleks.

Senyawa ini terbentuk ketika sinar matahari berinteraksi dengan atmosfer Jupiter. Warna ini bisa bervariasi dari merah terang hingga oranye tua.

 

Tentang Jupiter

Planet Jupiter tercatat memiliki kecepatan rotasi 45.300 km/jam dan hanya membutuhkan waktu sekitar 10 jam untuk menyelesaikan satu putaran penuh pada porosnya. Karena planet ini berputar sangat cepat, bentuk Jupiter sedikit memimpih di bagian kutub dan menggelembung di ekuatornya.

Rotasi Jupiter yang cepat ini juga membantunya menghasilkan medan magnet yang kuat dan berkontribusi terhadap radiasi berbahaya yang mengelilinginya. Semua awan dan badai berputar yang terlihat di Jupiter hanya setebal sekitar 50 km.

Fakta menariknya, awan Jupiter terbuat dari kristal amonia yang dipecah menjadi dua lapisan awan yang berbeda. Bahan yang lebih gelap dianggap sebagai senyawa yang dibawa dari bagian dalam Jupiter dan kemudian berubah warna saat bereaksi dengan sinar matahari.

Planet Jupiter juga memiliki cincin seperti Saturnus. Cincin Jupiter ini terdiri dari tiga segmen utama yaitu torus partikel bagian dalam yang dikenal sebagai halo, cincin utama yang relatif terang, dan cincin gossamer bagian luar.

Cincin itu diyakini berasal dari material satelit Jupiter yang ditabrak oleh meteorit. Planet ini memiliki 67 satelit yang telah dikonfirmasi dan diberi nama.

Namun, diperkirakan planet ini memiliki lebih dari 200 satelit alami yang mengorbitnya. Hampir semuanya berdiameter kurang dari 10 Km, dan baru ditemukan setelah 1975.

Di antaranya, Jupiter juga memiliki empat satelit utama yang dikenal sebagai satelit Galilea karena ditemukan Galileo Galilei. Dalam urutan jarak dari Jupiter, satelit itu adalah Io, Europa, Ganymede, dan Callisto.

Bulan-bulan Jupiter ini termasuk yang terbesar di Tata Surya, dengan Ganymede menjadi yang terbesar, dengan diameter 5.262 km.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya