Liputan6.com, Teheran - Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, pada Rabu (31/7/2024). Kematiannya telah dikonfirmasi dalam pernyataan terpisah oleh kelompok Hamas dan Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC).Â
Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Masoud Pezeshkian sebagai presiden kesembilan Iran.
Menurut kantor berita milik pemerintah Iran, IRNA, sekitar pukul 02.00 waktu setempat, sebuah proyektil berpemandu udara menargetkan tempat tinggal Haniyeh, yang juga ikut menewaskan seorang pengawalnya.
Advertisement
IRNA mengatakan penyelidikan lebih lanjut sedang dilakukan untuk menentukan rincian operasi dan posisi dari mana proyektil itu ditembakkan.
Tidak lama kemudian, Hamas mengecam apa yang disebutnya sebagai "serangan Zionis" dan "eskalasi serius" dalam konfliknya selama puluhan tahun dengan Israel.
Berikut ini sejumlah reaksi atas kematian Haniyeh seperti dilansir Al Jazeera:
Sami Abu Zuhri, pejabat senior Hamas
"Pembunuhan oleh pendudukan Israel terhadap Saudara Haniyeh adalah eskalasi serius yang bertujuan untuk menghancurkan keinginan Hamas dan keinginan rakyat kami serta mencapai tujuan palsu. Kami mengonfirmasi bahwa eskalasi ini akan gagal mencapai tujuannya," sebut Zuhri.
"Hamas adalah sebuah konsep dan lembaga, bukan orang. Hamas akan terus berada di jalur ini terlepas dari pengorbanan yang harus dilakukan dan kami yakin akan kemenangan."
Muhammad al-Hindi, wakil sekretaris jenderal Jihad Islam Palestina
"Pembunuhan ini tidak hanya ditujukan kepada perlawanan Palestina dan Hamas, khususnya, tetapi juga ditujukan kepada Iran. Israel berada di ambang kehancuran dan reaksinya mencerminkan kebingungan dan ketidakmampuan untuk mencapai tujuannya. Israel menghadapi perlawanan seperti itu untuk pertama kalinya dalam sejarahnya," ujar al-Hindi.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas
Menurut pernyataan dari kantor berita resmi Wafa, Abbas mengutuk keras pembunuhan Haniyeh dan menggambarkannya sebagai tindakan pengecut dan perkembangan yang berbahaya.
Abbas juga meminta warga Palestina untuk bersatu, bersabar, dan teguh dalam menghadapi pendudukan Israel.
Hizbullah hingga Malaysia
"Kami di Hizbullah berbagi dengan saudara-saudara kami yang terkasih dalam gerakan Hamas semua perasaan sakit atas kehilangan pemimpin besar ini, perasaan marah atas kejahatan musuh, perasaan bangga bahwa para pemimpin dalam gerakan kami memimpin rakyat mereka dan mujahidin mereka menuju kesyahidan," demikian bunyi pernyataan Hizbullah.Â
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani
"Kemartiran Haniyeh di Teheran akan memperkuat ikatan yang dalam dan tak tergoyahkan antara Teheran, Palestina, dan perlawanan," kata Kanaani, menurut media pemerintah Iran.
Malaysia
"Malaysia mendesak penyelidikan segera dan menyeluruh atas pembunuhan ini, serta mereka yang bertanggung jawab harus diadili. Malaysia juga mendesak semua pihak untuk menahan diri sementara fakta-fakta seputar pembunuhan itu sedang ditetapkan," kata Kementerian Luar Negeri Malaysia.
"Insiden itu menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk de-eskalasi dan memperkuat perlunya semua pihak untuk terlibat dalam dialog yang konstruktif dan mengejar resolusi damai."
Advertisement
Rusia hingga Turki
"Ini adalah pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima, dan akan menyebabkan eskalasi ketegangan lebih lanjut," ujar Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov.
Mohammed Ali al-Houthi, kepala Komite Revolusioner Tertinggi Houthi
"Menargetkan Ismail Haniyeh adalah kejahatan teroris yang keji dan pelanggaran hukum dan nilai-nilai ideal yang mencolok," tutur al-Houthi.
Qatar
Qatar mengutuk dengan sekeras-kerasnya pembunuhan Ismail Haniyeh menganggapnya sebagai kejahatan keji, eskalasi berbahaya, dan pelanggaran hukum internasional dan kemanusiaan yang mencolok. Kementerian Luar Negeri Qatar menegaskan bahwa pembunuhan ini dan perilaku Israel yang sembrono dengan terus-menerus menargetkan warga sipil di Jalur Gaza akan menyebabkan wilayah tersebut terjerumus ke dalam kekacauan dan merusak peluang perdamaian.
Turki
"Pembunuhan Haniyeh sekali lagi menunjukkan bahwa pemerintah Netanyahu Israel tidak memiliki niat untuk mencapai perdamaian," kata Kementerian Luar Negeri Turki.
"(Wilayah) ini akan menghadapi konflik yang jauh lebih besar jika (komunitas) internasional tidak mengambil tindakan untuk menghentikan Israel."