Liputan6.com, Bamako - Mali mengumumkan telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Ukraina, setelah seorang pejabat militer mengakui Kyiv berperan dalam pertempuran mematikan di dekat perbatasan Aljazair bulan lalu.
Puluhan tentara Mali dan tentara bayaran dari kelompok Wagner tewas dalam bentrokan berhari-hari dengan pemberontak separatis Tuareg dan pejuang yang terkait dengan al-Qaeda.
Juru bicara intelijen militer Ukraina Andriy Yusov mengatakan pekan lalu bahwa para pemberontak telah diberi informasi yang diperlukan untuk melakukan serangan.
Advertisement
Seorang pejabat tinggi Mali, Kolonel Abdoulaye Maiga, kemudian menyatakan pemerintahnya terkejut mendengar klaim tersebut dan menuduh Ukraina melanggar kedaulatan Mali.
"Pernyataan Yusov mengakui keterlibatan Ukraina dalam serangan pengecut, berbahaya, dan biadab oleh kelompok teroris bersenjata yang telah menyebabkan kematian tentara Mali," kata pernyataan Kolonel Maiga seperti dilansir BBC, Senin (5/8/2024).
"Mali tegas memutuskan hubungan dengan segera."
Kerugian Besar
Minggu lalu, tentara Mali mengakui telah menderita kerugian "yang signifikan" selama beberapa hari pertempuran yang meletus pada tanggal 25 Juli.
Bentrokan terjadi di padang pasir dekat Tinzaouaten, sebuah kota di timur laut yang berbatasan dengan Aljazair.
Laporan menyebutkan pasukan Mali dan Wagner disergap oleh pemberontak Tuareg dan pejuang dari afiliasi al-Qaeda, Jama'at Nusrat al-Islam wal-Muslimin, saat menunggu bala bantuan, setelah mundur dari Tinzaouaten.
Baik militer Mali maupun Wagner - yang kemudian berubah menjadi kelompok yang disebut Korps Afrika - tidak memberikan angka pasti, namun perkiraan korban tewas bagi pejuang Wagner berkisar antara 20 hingga 80.
Kerugian kelompok tentara bayaran Wagner diperkirakan merupakan yang terberat yang pernah dideritanya di Mali sejak mulai membantu pemerintah militer memerangi pemberontak dua tahun lalu.
Wagner telah mengakui bahwa salah satu komandannya tewas dan sebuah helikopter Rusia jatuh dalam "pertempuran sengit". Mereka menuturkan telah diserang oleh sekitar 1.000 orang dari kelompok Jama'at Nusrat al-Islam wal-Muslimin.
Advertisement
Rumitnya Konflik Mali
Separatis yang dipimpin suku Tuareg mengklaim pada hari Kamis (1/8), mereka telah membunuh 84 tentara bayaran Wagner dan 47 tentara Mali.
Lebih dari satu dekade lalu, pemerintah pusat Mali kehilangan kendali atas sebagian besar wilayah utara setelah pemberontakan suku Tuareg, yang dipicu oleh tuntutan untuk mendirikan negara terpisah.
Keamanan negara itu kemudian semakin rumit dengan keterlibatan militan Islam dalam konflik tersebut.
Ketika merebut kekuasaan melalui kudeta pada tahun 2020 dan 2021, militer mengutip ketidakmampuan pemerintah untuk mengatasi kerusuhan ini.
Junta baru memutuskan aliansi lama Mali dengan bekas kekuatan kolonial Prancis demi Rusia, dalam upaya untuk meredakan kerusuhan.