Liputan6.com, Tel Aviv - Israel memperluas tujuan perangnya, yaitu mencakup pemulangan warganya di utara yang dievakuasi karena serangan kelompok Hizbullah di Lebanon. Demikian menurut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kantor Netanyahu menyatakan bahwa hal itu disetujui selama pertemuan kabinet keamanan yang berlangsung pada Senin (16/9/2024) malam.
Baca Juga
Pasukan Israel telah bertukar serangan hampir setiap hari dengan Hizbullah sejak serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 memicu perang di Jalur Gaza.
Advertisement
Puluhan ribu warga Israel dievakuasi dari kota-kota di sepanjang perbatasan utara yang telah rusak parah oleh tembakan roket dan mereka belum kembali.
Sebelumnya pada hari Senin, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan bahwa kemungkinan untuk mencapai kesepakatan semakin menipis karena Hizbullah terus mengikat dirinya dengan Hamas dan menolak mengakhiri konflik.
"Oleh karena itu, satu-satunya cara yang tersisa untuk memastikan kembalinya masyarakat di utara Israel ke rumah mereka adalah melalui tindakan militer," ungkap Gallant, seperti dilansir The Guardian, Rabu (18/9).
Pejabat Hizbullah sebelumnya menekankan bahwa kelompok itu akan mundur jika gencatan senjata di Jalur Gaza tercapai, sementara Israel bersikeras tidak dapat membiarkan mereka tetap berada di daerah perbatasan di selatan Lebanon.
Kekerasan antara Israel versus Hizbullah telah menewaskan ratusan orang – sebagian besar anggota Hizbullah – di Lebanon dan puluhan warga sipil dan tentara di pihak Israel. Pertempuran juga telah memaksa puluhan ribu orang di kedua belah pihak mengungsi.
Menurut Kementerian Pertahanan Israel, Gallant pada hari Senin bertemu dengan utusan Amerika Serikat (AS) yang sedang berkunjung, Amos Hochstein, untuk membahas operasi militer terhadap Hizbullah dan kondisi warga Israel yang mengungsi akibat serangan lintas perbatasan. Sebelumnya pada hari itu, Gallant berbicara dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan mengatakan waktu "hampir habis" untuk mencapai kesepakatan yang akan mengakhiri konflik.
Meskipun putaran pembicaraan berulang yang dimediasi oleh AS, Qatar, dan Mesir telah mengupayakan gencatan senjata di Jalur Gaza, belum ada tanda-tanda kemajuan dalam diplomasi yang bertujuan menghentikan pertempuran antara Hizbullah dan Israel.
Upaya Mencapai Gencatan Senjata
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken melakukan perjalanan ke Mesir pada hari Selasa – menandai perjalanannya ke-10 ke Timur Tengah sejak perang dimulai tahun lalu. Blinken tidak memiliki rencana publik untuk pergi ke Israel dan bertemu Netanyahu dalam perjalanan ini.
Gedung Putih mengatakan bahwa sekarang mereka bekerja dengan sesama mediator Mesir dan Qatar untuk mengajukan proposal akhir yang direvisi guna mencoba setidaknya membawa Israel dan Hamas ke dalam gencatan senjata selama enam minggu.
Sementara itu dalam perkembangan lainnya, pemimpin Hamas Yahya Sinwar mengatakan pada hari Senin bahwa kelompoknya memiliki sumber daya untuk mempertahankan perjuangannya melawan Israel, dengan dukungan dari sekutu regional yang didukung Iran. Hal tersebut disampaikan Sinwar dalam suratnya kepada kelompok Houthi di Yaman.
"Kami telah mempersiapkan diri untuk berperang dalam perang yang melelahkan," tulis Sinwar, yang menjadi pemimpin Hamas pasca pembunuhan Ismail Haniyeh.
Dia menambahkan, "Upaya gabungan kami dengan Anda dan dengan kelompok-kelompok di Lebanon dan Irak akan mematahkan musuh ini dan mengalahkannya."
Advertisement