Iran Serang Israel dengan Ratusan Rudal, Perang Besar di Depan Mata?

Serangan langsung Iran terhadap Israel pada Selasa (1/10/2024) malam tercatat sebagai yang kedua tahun ini.

oleh Khairisa FeridaTeddy Tri Setio Berty diperbarui 03 Okt 2024, 00:20 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2024, 00:20 WIB
Rudal yang diluncurkan dari Iran menuju Israel melesat di langit malam seperti yang terlihat dari Deir al-Balah, Jalur Gaza, Selasa (1/10/2024).
Rudal yang diluncurkan dari Iran menuju Israel melesat di langit malam seperti yang terlihat dari Deir al-Balah, Jalur Gaza, Selasa (1/10/2024). (Dok. AP/Abdel Kareem Hana)

Liputan6.com, Jakarta - Selasa malam, ratusan rudal Iran menghujani langit Israel. Rekaman yang disiarkan TV Israel, seperti dilaporkan BBC, memperlihatkan sejumlah rudal terbang di atas wilayah Tel Aviv sesaat sebelum pukul 19.45 waktu setempat.

"Banyak orang berada di ruang terbuka saat ini. Sebagian memutuskan mencoba melanjutkan perjalanan, sementara yang lain mencoba bersembunyi di pinggir jalan dan berlindung, entah itu di bawah jembatan atau tempat pemberhentian," tutur koresponden Sky News Alistair Bunkall yang melaporkan dari Tel Aviv saat serangan terjadi.

Kedutaan Besar (Kedubes) Iran di Jakarta dalam pesan tertulisnya yang diterima Liputan6.com, Rabu (2/10) menjelaskan bahwa serangan pada Selasa malam diluncurkan dalam rangka menggunakan hak wajar Iran untuk membela diri sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB dan sebagai respons terhadap kedaulatan dan integritas wilayah Iran serta tewasnya pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran pada 31 Juli, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan penasihat militer senior Iran Abbas Nilforoshan di Beirut pada 27 September.

Pasal 51 Piagam PBB memuat soal hak asasi pembelaan diri individu atau kolektif jika terjadi serangan bersenjata.

Iran menggarisbawahi target serangan rudalnya adalah fasilitas militer dan keamanan Israel.

"Penggunaan hak pembelaan diri oleh Republik Islam Iran, setelah menahan diri dalam waktu yang lama, menunjukkan pendekatan bertanggung jawab Iran terhadap perdamaian dan keamanan regional dan internasional pada saat tindakan ilegal dan genosida oleh rezim apartheid pendudukan zionis terhadap rakyat Palestina dan agresi militer rezim ini terhadap Lebanon dan Suriah masih berlanjut," sebut Kedubes Iran.

"Berlawanan dengan rezim zionis yang selalu menganggap warga sipil yang tidak bersalah dan infrastruktur sipil sebagai target yang sah untuk penyerangan dan pembunuhan, Republik Islam Iran berdasarkan prinsip-prinsip moral dan ajaran suci Islam serta dengan mematuhi sepenuhnya prinsip perbedaan menurut hukum humaniter internasional, hanya menargetkan sasaran dan infrastruktur militer dan keamanan rezim zionis dalam serangan rudal defensifnya."

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi seperti dikutip dari kantor berita IRNA menegaskan pihaknya akan memberikan respons keras kepada pihak ketiga mana pun yang mendukung Israel. Setiap reaksi dari Israel, tegas Araghchi, akan menghadapi tanggapan yang lebih kuat dari Iran.

Ketika ditanya pada hari Rabu apakah Iran telah memberikan peringatan langsung kepada Amerika Serikat (AS) tentang serangan ke Israel, Araghchi seperti dilansir The Guardian menuturkan, "Tidak, saya tidak mengonfirmasi hal tersebut. Namun, kami telah bertukar pesan melalui Kedutaan Swiss di Teheran, yang memberikan peringatan yang diperlukan kepada AS."

Swiss telah lama bertindak sebagai perantara diplomatik bagi AS di Teheran.

Araghchi menggarisbawahi pesan itu dikirim setelah Iran meluncurkan serangan.

Kepala Staf Angkatan Bersenjata Republik Islam Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri merinci bahwa serangan pada Selasa malam yang dijuluki "Wadeh Sadeq 2 atau Janji Sejati 2" menargetkan tiga pangkalan militer Israel, yaitu markas besar Mossad; pangkalan udara Navatim yang berisi jet tempur F35; dan pangkalan udara Hatsarim yang digunakan untuk membunuh Nasrallah, radar strategis, serta pusat pengumpulan tank, pengangkut personel Israel di daerah sekitar Jalur Gaza.

"Kami sepenuhnya siap untuk domain defensif dan ofensif. Jika rezim zionis ... tidak dikendalikan oleh AS dan Eropa serta ingin melanjutkan kejahatan atau bertindak melawan kedaulatan dan integritas teritorial kami, operasi seperti malam ini akan diulang dengan intensitas yang lebih besar dan semua infrastruktur rezim akan menjadi sasaran," kata Bagheri.

Adapun Operasi Wadeh Sadeq 1 merujuk ke serangan Iran ke Israel pada 13-14 April tahun ini, yang dilakukan sebagai balasan atas serangan Israel ke Konsulat Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April.


Bagaimana Reaksi Israel?

Benjamin Netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. (Dok. AP)

"Iran membuat kesalahan besar malam ini dan mereka akan membayarnya," ujar Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, tidak lama setelah serangan rudal Iran.

Netanyahu mengaku bahwa serangan Iran gagal.

"Serangan itu digagalkan berkat sistem pertahanan udara Israel, yang merupakan tercanggih di dunia," tutur Netanyahu, yang juga berterima kasih kepada AS atas dukungannya.

"Rezim di Iran tidak memahami tekad kami untuk membela diri dan tekad kami untuk membalas dendam terhadap musuh-musuh kami ...siapa pun yang menyerang kami — kami akan menyerang mereka."

Netanyahu menambahkan, "Israel sedang bergerak dan poros kejahatan sedang mundur. Kami akan melakukan segala yang diperlukan untuk melanjutkan tren ini, untuk mencapai semua tujuan perang ... memastikan keberadaan dan masa depan kami."

Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari dalam unggahan di platform media sosial X menggemakan pernyataan serupa, "Serangan Iran merupakan eskalasi yang serius dan berbahaya. Akan ada konsekuensinya … Kami akan menanggapi di mana pun, kapan pun, dan dengan cara apa pun yang kami pilih, sesuai dengan arahan pemerintah Israel."

IDF mengatakan serangan Iran melibatkan lebih dari 180 rudal, sementara laporan media pemerintah Iran menyebutkan bahwa sekitar 200 rudal diluncurkan. Menurut AS, serangan itu hampir dua kali lipat dari yang terjadi pada bulan April.

"Ada sejumlah kecil serangan di pusat Israel dan beberapa serangan lainnya di Israel selatan," kata Hagari. "Mayoritas rudal yang masuk dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh AS."

Kantor berita semi-resmi Iran, Tasnim, melaporkan bahwa Iran untuk pertama kalinya menggunakan rudal hipersonik Fattah yang diklaimnya tidak dapat dicegat, serta rudal balistik Emad dan Qadr.

Pihak berwenang Israel menolak mengungkap dampak serangan Iran dengan mengatakan "tidak akan memberikan informasi yang akan membantu Iran memahami efektivitas serangannya". Namun, jejak kerusakan nyata di sejumlah titik, salah satunya seperti yang dilaporkan koresponden BBC yang menemukan sejumlah mobil rusak parah dan kawah sedalam antara 8m-10m di dekat markas Mossad.

Di Hod Hasharon, sekitar 100 rumah juga disebut rusak oleh rudal.


Membaca Sikap Iran

Warga Israel berlindung saat proyektil yang diluncurkan dari Iran dicegat di langit Rosh HaAyin, Israel, Selasa (1/10/2024).
Warga Israel berlindung saat proyektil yang diluncurkan dari Iran dicegat di langit Rosh HaAyin, Israel, Selasa (1/10/2024). (Dok. AP/Maya Alleruzzo)

Menlu Iran mengonfirmasi bahwa serangan telah berakhir dan pihaknya tidak berusaha meningkatkan ketegangan dan perang, meskipun tidak takut akan hal itu. Bagaimana pengamat memaknai pernyataan tersebut?

"Tujuan Iran menyerang Israel adalah, pertama, mengimbangi kekuatan deterrence Israel. Kedua, menjaga wibawa Iran di mata proksi-proksinya di kawasan. Ketiga, merespons tekanan kaum konservatif yang merasa dipermalukan Israel setelah sebelumnya Iran tidak membalas pembunuhan Israel atas Ismail Haniyeh di Teheran. Ini menyebabkan Israel kian percaya diri, sehingga mendorong pembunuhan Pemimpin Hizbullah di Lebanon Hassan Nasrullah," tutur penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Smith Alhadar kepada Liputan6.com pada Rabu.

"Pernyataan Iran yang mengaku tidak akan melancarkan perang lebih lanjut dan tidak menginginkan eskalasi memang karena Iran menghindari perang besar regional yang melibatkan seluruh negara di kawasan dan kekuatan dunia sekutu Israel, khususnya AS dan Inggris. Perang memang juga tidak menguntungkan Iran yang sedang menghadapi tekanan ekonomi dan sosial akibat sanksi Barat dan perpecahan sosial."

Menurut Smith, bagaimanapun, Israel pasti membalas serangan Iran.

"Karena perang dengan negara mullah ini memang diinginkan PM Israel Benjamin Netanyahu, sehingga masalah perang Gaza, di mana Israel menjadi tertuduh sebagai penjahat perang bermutasi menjadi perang Israel-Iran di mana Israel menjadi korban, sehingga sekutu Israel kembali mendukungnya. Perang juga akan membuat Netanyahu bisa melanggengkan kekuasaannya, bahkan dapat mengubahnya menjadi hero Israel," ujar Smith.

"Sebenarnya, AS tidak menginginkan krisis Timur Tengah bereskalasi. Namun, karena pemerintah Joe Biden tidak dapat mengendalikan Netanyahu, sementara Israel adalah sekutu spesial AS di Timur Tengah maka Biden tidak punya pilihan lain kecuali membela Israel berapa pun ongkos politik yang akan dipikul AS dan dunia."


Bagaimana Israel Akan Membalas Serangan Iran?

Joe Biden dan Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023.
Presiden Amerika Serikat Joe Biden disambut Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv, Israel, pada 18 Oktober 2023. (Dok. Evan Vucci/AP)

Sejumlah pejabat Israel, menurut Axios, mengatakan bahwa serangan balasan signifikan dapat menargetkan fasilitas produksi minyak Iran dan lokasi strategis lainnya, termasuk fasilitas nuklir atau bahkan pembunuhan yang ditargetkan.

Respons Israel dapat mencakup serangan udara dari jet tempur dan operasi rahasia yang mirip dengan pembunuhan Haniyeh.

Kilas balik serangan rudal dan drone Iran terhadap Israel pada April dijawab Israel dengan serangan terbatas terhadap baterai sistem pertahanan udara S-300.

Kabinet keamanan Israel dilaporkan menggelar rapat pada hari Selasa di bunker pemerintah di dekat Yerusalem, tepatnya saat gelombang pertama rudal balistik Iran bergerak menuju Israel.

Dua pejabat Israel mengatakan rapat kabinet berakhir setelah beberapa jam dengan pemahaman bahwa akan ada respons militer, namun tanpa keputusan yang jelas tentang respons apa yang akan diambil.

Seorang pejabat senior Israel memberi tahu Axios bahwa salah satu alasan tidak dibuatnya keputusan pada rapat kabinet adalah karena pejabat Israel ingin berkonsultasi dengan pemerintah AS.

"Meskipun Israel akan merespons sendiri, Israel ingin mengoordinasikan rencananya dengan AS karena implikasi strategis dari situasi tersebut. Serangan Iran lainnya sebagai respons terhadap pembalasan Israel akan membutuhkan kerja sama pertahanan dengan Komando Pusat AS, lebih banyak amunisi untuk angkatan udara Israel, dan kemungkinan dukungan operasional AS lainnya," kata pejabat Israel itu.

Seorang pejabat AS menuturkan bahwa dalam pembicaraan antara pemerintahan Biden dan pemerintah Israel pada hari Selasa, AS menegaskan bahwa mereka mendukung respons Israel, namun menganggapnya perlu diukur.

Presiden Biden yang ditanya wartawan tentang respons terhadap serangan Iran mengungkapkan, "Itu sedang dalam diskusi aktif."

Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih Jake Sullivan lebih blak-blakan.

"Akan ada konsekuensi, konsekuensi yang berat atas serangan ini dan kami akan bekerja sama dengan Israel untuk mewujudkannya," ujar Sullivan tanpa merinci apa yang dimaksudnya dengan konsekuensi.

Namun, BBC mencatat bahwa Sullivan tidak mendesak Israel untuk menahan diri seperti yang dilakukan AS pasca serangan Iran pada April.

Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan bahwa AS berupaya menggunakan pencegahan dan diplomasi untuk meredakan ketegangan di kawasan. Ketika ditanya apakah pendekatan tersebut masih digunakan dalam merespons Iran, dia menjawab, "Tentu saja."

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya