Liputan6.com, Beirut - Hizbullah mengonfirmasi kematian Hashem Safieddine, seorang pemimpin tinggi yang diyakini sebagai pilihan pertama untuk mengambil alih posisi komandannya setelah terbunuhnya Hassan Nasrallah bulan lalu.
Pengumuman ini mengakhiri spekulasi selama berminggu-minggu atas kematian Safieddine setelah serangan udara Israel di Beirut pada 3 Oktober.
Baca Juga
"Kami berduka cita atas kematian bangsa yang penuh dengan para pahlawan dan pejuang, serta bangsa yang gigih dan penuh kemenangan, atas kehilangan seorang pemimpin besar dan syahid di jalan menuju Yerusalem, yaitu Ketua Dewan Eksekutif Hezbollah, Yang Mulia ulama Sayyed Hashem Safieddine. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa meridhoi beliau," kata kelompok Lebanon itu seperti dilansir Middle East Eye, Kamis (24/10/2024).
Advertisement
Safieddine adalah tokoh penting terbaru dari Hizbullah yang dipastikan tewas oleh Israel, menyusul serangkaian pembunuhan yang menewaskan sebagian besar pimpinan senior kelompok tersebut.
Meskipun terjadi pembunuhan, kelompok tersebut tetap menjadi pasukan tempur yang efektif, yang menimbulkan banyak korban di pihak pasukan Israel yang mencoba maju ke Lebanon selatan.
Israel menargetkan Safieddine pada tanggal 3 Oktober dengan menjatuhkan 73 ton bom di pinggiran selatan Beirut, yang dikenal sebagai Dahiyeh.
Serangan tersebut mirip dengan bom penghancur bunker yang menargetkan Nasrallah sepekan sebelumnya dan bahkan dilaporkan terasa hingga daerah pegunungan Lebanon yang agak jauh dari ibu kota.
Meskipun mengalami kekalahan, Hizbullah mengatakan, "Kami berjanji kepada martir besar kami dan saudara-saudaranya yang juga martir untuk melanjutkan jalan perlawanan dan jihad hingga mencapai tujuan kebebasan dan kemenangannya."
Hizbullah saat ini terlibat dalam pertempuran dengan tentara Israel di Lebanon selatan saat Israel berupaya menginvasi negara tersebut. Kelompok ini telah bentrok dengan Israel sejak 8 Oktober 2023 dalam apa yang disebutnya sebagai "front solidaritas" dengan Jalur Gaza.
Israel meningkatkan konflik secara drastis bulan lalu dengan meledakkan ribuan pager dan walkie-talkie Lebanon dalam serangan bom massal jarak jauh dan kemudian melancarkan kampanye udara intensif di Lebanon.
Lebih dari 2.500 orang di Lebanon telah dibunuh oleh Israel sejak Oktober 2023, sebagian besar dari mereka tewas bulan lalu.