Kuburan Massal di Suriah: Tantangan Berat dalam Mencari dan Mengidentifikasi Jenazah

Sejak 2011, diperkirakan lebih dari 100.000 orang hilang di Suriah.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 18 Des 2024, 19:40 WIB
Diterbitkan 18 Des 2024, 19:40 WIB
Seorang pria menginjak gambar presiden terguling, Bashar al-Assad, saat orang-orang memasuki kediamannya di daerah Malki, Damaskus, pada Minggu (8/12/2024), setelah pemberontak menyatakan mereka telah merebut ibu kota Suriah.
Seorang pria menginjak gambar presiden terguling, Bashar al-Assad, saat orang-orang memasuki kediamannya di daerah Malki, Damaskus, pada Minggu (8/12/2024), setelah pemberontak menyatakan mereka telah merebut ibu kota Suriah dalam serangan kilat, yang menyebabkan Assad melarikan diri dan mengakhiri lima dekade kekuasaan keluarganya di Suriah. (Dok. AFP)

Liputan6.com, Damaskus - Hanya kurang dari 10 km dari pusat Kota Damaskus yang sibuk, di pinggiran Adra di arah barat laut, terdapat sebuah lahan gersang yang dipagari tembok semen.

Saat melintasi area ini, di sisi kiri, terlihat tim penyelamat dari organisasi kemanusiaan White Helmets tengah mencari kuburan massal.

Dalam beberapa hari terakhir, video-video tentang kuburan massal, tempat rezim Bashar al-Assad menguburkan orang-orang yang disiksa hingga mati di penjara-penjara Suriah, telah diunggah secara online.

Di Adra, tim White Helmets menemukan sebuah lubang kecil berisi kantong plastik putih besar yang terisi sisa-sisa jasad.

Sebuah pesan sederhana tertulis: "Tujuh jasad, kuburan kedelapan, tidak diketahui."

Tim mulai mengeluarkan sisa-sisa jasad, yang mereka kumpulkan. Sampel DNA dimasukkan terpisah dalam kantong mayat hitam untuk dokumentasi dan analisis lebih lanjut.

Ismael Abdullah, salah satu tim penyelamat, mengungkapkan beban berat yang mereka pikul.

"Ribuan orang hilang. Ini akan memakan waktu – sangat lama – untuk mendekati kebenaran tentang apa yang terjadi pada mereka," kata dia, seperti dikutip dari BBC (18/12/2024).

"Hari ini, setelah menerima panggilan tentang kemungkinan adanya kuburan massal, kami menemukan sisa-sisa tujuh warga sipil di tanah."

Dia menambahkan bahwa semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan "sehingga di masa depan kami dapat mengidentifikasi orang-orang yang dibunuh tersebut".

Tim ini termasuk sedikit orang yang telah dilatih untuk mendokumentasikan dan mengumpulkan bukti forensik.

 

Penuturan Saksi Mata

Rayakan Tumbangnya Rezim Bashar al-Assad, Warga Suriah di Berbagai Negara Turun ke Jalan
Pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis menggulingkan penguasa lama Suriah, Bashar al-Assad. Tampak dalam foto, anggota komunitas Suriah melambaikan bendera Suriah dan menyalakan suar pada tanggal 8 Desember 2024 di Berlin, Jerman, untuk merayakan berakhirnya kekuasaan rezim Bashar al-Assad. (RALF HIRSCHBERGER/AFP)

Dalam sepekan terakhir, kelompok pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) – yang berhasil menggulingkan Assad – membuka penjara dan pusat-pusat penahanan di seluruh Suriah.

Kelompok hak asasi manusia memperkirakan lebih dari 80.000 orang yang hilang telah meninggal, sementara sekitar 60.000 orang lainnya diperkirakan disiksa hingga mati, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), yang berbasis di Inggris.

Warga setempat melaporkan semakin banyaknya lokasi kuburan massal di seluruh Suriah. Syrian Emergency Task Force (SETF), sebuah LSM yang berbasis di Amerika Serikat (AS), melaporkan bahwa hampir 100.000 jasad telah ditemukan sejauh ini.

Human Rights Watch menyerukan agar kuburan massal dilindungi dan diselidiki.

Di lokasi lain di Kota Qutayfah, yang terletak lebih jauh ke barat laut Damaskus, SETF meyakini ribuan jasad terkubur di berbagai kuburan massal.

Seorang penduduk setempat yang menyaksikan penguburan jasad selama bertahun-tahun perang saudara Suriah mengungkapkan bahwa jasad-jasad tersebut dimasukkan dalam kontainer berpendingin yang dibawa oleh pasukan keamanan.

"Setelah itu, tanah akan dipenuhi jasad dan lokasi diratakan dengan buldoser," ujarnya kepada BBC.

Abdul Kadir al-Sheikha, pemimpin agama Qutayfah, menyaksikan salah satu penguburan massal tersebut. Ia diminta oleh polisi rahasia untuk mengatur penguburan itu, dan berusaha melaksanakan ritual keagamaan serta berdoa untuk yang telah meninggal.

Dia menyatakan, di area seluas 30 meter persegi, setidaknya 100 orang dikuburkan. Setelah itu, dia tidak pernah lagi dipanggil oleh polisi, tambahnya.

"Mereka menyebut mereka teroris yang tak pantas dimakamkan. Mereka tidak ingin ada yang menyaksikan apa yang mereka lakukan," ungkap al-Sheikha.

Polisi rahasia juga mencegah orang lewat di dekat kuburan massal atau bahkan melihat dari jendela mereka saat penguburan berlangsung, kata seorang saksi lain yang dipaksa ikut serta.

Menurut saksi, banyak kuburan massal seperti ini tersebar di pinggiran Damaskus.

Di lokasi lain di Husseiniyeh, yang terletak di jalan menuju bandara Damaskus, citra satelit menunjukkan perbedaan mencolok pada lanskap di area-area tempat kuburan massal ditemukan.

Butuh Keterlibatan Internasional

Rayakan Tumbangnya Rezim Bashar al-Assad, Warga Suriah di Berbagai Negara Turun ke Jalan
Kekuasaan keluarga Assad di Suriah runtuh dengan sangat cepat setelah kelompok pemberontak keluar dari wilayah yang dikuasainya. Tampak dalam foto, anggota komunitas Suriah memegang bendera oposisi Suriah saat mereka berkumpul pada tanggal 8 Desember 2024 di Sergel's Square di Stockholm, Swedia. (Jonas EKSTROMER/TT News Agency/AFP)

Saat rezim Assad runtuh akibat kemenangan cepat pemberontak, ribuan keluarga Suriah bergegas menuju penjara dan pusat-pusat penahanan untuk mencari anggota keluarga yang hilang selama konflik.

Mereka mencari kepastian dan ingin menghormati orang-orang yang telah meninggal dengan penguburan yang layak.

Di salah satu pusat penahanan, ratusan KTP milik warga Suriah yang ditahan oleh pasukan keamanan Assad berserakan di tanah.

Seorang wanita masih mencari saudara laki-lakinya yang hilang sejak 2014, sementara seorang ayah mencari anaknya yang ditahan pada 2013. Tidak ada yang siap untuk menyerah dalam pencarian ini.

Namun, menemukan dan melindungi kuburan massal, serta mengidentifikasi jasad yang terkubur di dalamnya, adalah tugas yang saat ini hanya dapat dilakukan oleh segelintir orang Suriah. Untuk itu, para ahli internasional sangat dibutuhkan agar proses ini dapat berjalan dengan baik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya