Liputan6.com, Moskow - Rusia mengungkapkan pada Minggu (5/1/2025) bahwa Ukraina telah melancarkan "serangan balasan" di wilayah Kursk.
Serangan ini terjadi pada titik kritis dalam konflik yang sudah berlangsung hampir tiga tahun, dengan kedua pihak berusaha memperkuat posisi tawar mereka menjelang kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih pada 20 Januari.
Baca Juga
"Kira-kira pukul 9 pagi waktu Moskow, untuk menghentikan kemajuan pasukan Rusia di arah Kursk, musuh melancarkan serangan balasan," ungkap Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dikutip dari CNA, Senin (6/1).
Advertisement
"Ukraina menggunakan dua tank, selusin kendaraan lapis baja, dan unit penghancur dalam serangan tersebut, yang ditujukan ke arah Desa Berdin - sekitar 15 km sebelah timur laut Sudzha. Operasi untuk menghancurkan formasi tentara Ukraina terus berlanjut."
Blogger militer pro-Kremlin mengakui bahwa tentara Rusia mendapat tekanan, namun menurut mereka Rusia sedang melawan balik.
"Upaya serangan berikutnya oleh tentara Ukraina jelas masih akan terjadi di masa depan," sebut saluran Telegram pro-Rusia yang berpengaruh, Rybar.
Gambar yang diduga menunjukkan kolom kendaraan lapis baja Ukraina yang melintasi salju dibagikan oleh blogger militer pro-Rusia Dva Mayora di Telegram.
Di tempat lain di garis depan, otoritas Ukraina di wilayah Donetsk timur melaporkan pada Minggu bahwa lima orang terluka akibat serangan Rusia.
Kendali Ukraina Atas Kursk Menyusut
Pejabat Ukraina memberikan sedikit rincian mengenai serangan baru ini. Namun, seorang legislator terkemuka mendesak agar mereka tetap diam.
"Saya tidak mengerti mengapa perlu melaporkan secara resmi mengenai wilayah Kursk. Mungkin lebih baik melakukannya setelah operasi selesai?" kata anggota parlemen Ukraina Oleksiy Goncharenko.
Pejabat lainnya menyatakan kegembiraannya atas perlawanan ini, yang terjadi hampir tiga tahun setelah Rusia melancarkan serangan militer skala penuh ke Ukraina.
"Rusia mendapat apa yang pantas mereka terima," kata Kepala Staf Kepresidenan Ukraina Andriy Yermak.
Kepala Pusat Disinformasi Ukraina Andriy Kovalenko menuturkan via Telegram bahwa pasukan pertahanan "bekerja" di area tersebut, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
"Di wilayah Kursk, Rusia sangat khawatir karena mereka diserang dari beberapa arah dan itu adalah kejutan bagi mereka," ujarnya.
Ukraina merebut puluhan desa di wilayah Kursk segera setelah invasi dimulai pada 6 Agustus 2024, namun kemajuan mereka terhenti setelah Rusia mengirimkan bala bantuan ke daerah tersebut, termasuk ribuan tentara dari sekutunya, Korea Utara.
Sumber tentara Ukraina mengatakan kepada AFP pada November lalu bahwa Ukraina masih mengendalikan 800 km persegi wilayah perbatasan Rusia, turun dari klaim sebelumnya yang menyebutkan hampir 1.400 km persegi.
Sementara itu, analisis AFP berdasarkan data dari Institute for the Study of War menunjukkan bahwa sejauh ini Ukraina belum mampu menghentikan kemajuan Rusia di Ukraina, yang tujuh kali lebih tinggi pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.
Baik Rusia maupun Ukraina telah saling menyerang secara teratur sejak awal tahun ini.
Rusia mengungkapkan pada Minggu bahwa mereka berhasil menjatuhkan puluhan drone Ukraina semalam dalam serangan yang merusak rumah dan memicu peringatan udara, sementara Ukraina mengatakan Moskow menembakkan 103 drone ke wilayah mereka.
Menurut juru bicara otoritas penerbangan sipil Rusia, Rosaviatsia, empat bandara Rusia sempat menangguhkan operasi pada Minggu pagi untuk alasan "keamanan", memaksa setidaknya delapan pesawat mengubah arah.
Advertisement