Liputan6.com, Tel Aviv - Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengumumkan pada Kamis (16/1/2025) malam bahwa partai sayap kanan ekstremnya, Otzma Yehudit, akan menarik diri dari koalisi pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika kabinet menyetujui kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas di Jalur Gaza.
Seperti dikutip dari The Times of Israel, Jumat (17/1), Partai Likud pimpinan Netanyahu mengkritik ancaman tersebut dengan mengatakan, "Siapa pun yang membubarkan pemerintah sayap kanan akan dikenang sebagai aib abadi."
Advertisement
Baca Juga
Koalisi Netanyahu akan tetap memiliki mayoritas di Knesset meskipun tanpa partai Ben-Gvir, namun jika partai sayap kanan lainnya, Zionisme Agama yang dipimpin oleh Bezalel Smotrich, juga melaksanakan ancaman untuk keluar maka koalisi akan berisiko menjadi minoritas. Partai-partai oposisi dilaporkan berjanji mendukung koalisi selama kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza didorong.
Advertisement
Selain Ben-Gvir dan Smotrich, Menteri Urusan Diaspora Amichai Chikli dari Likud siap pula mengundurkan diri dari pemerintahan jika gencatan senjata menjadi permanen dan Israel menarik diri dari perbatasan Jalur Gaza dengan Mesir sebelum tujuan perang tercapai.
Ben-Gvir, yang didampingi anggota partainya, mengatakan kepada wartawan bahwa kesepakatan gencatan senjata yang mencakup pembebasan ratusan tahanan keamanan Palestina yang sedang menjalani hukuman seumur hidup akan memungkinkan rehabilitasi kelompok teroris di Jalur Gaza dan membawa kembali ancaman terhadap warga di daerah perbatasan.
"Kesepakatan yang ceroboh ini akan menyebabkan pembebasan ratusan teroris pembunuh, menghapus pencapaian perang, dan menyegel nasib para sandera yang masih ada (selain yang dibebaskan dalam fase pertama), yang memungkinkan Hamas membangun kembali dirinya," tegasnya.
Tidak Akan Melengserkan Netanyahu
Menurut salinan kesepakatan yang bocor, lebih dari 1.700 tahanan Palestina akan dibebaskan sebagai imbalan atas 33 sandera Israel dalam fase pertama kesepakatan.
"Ketika kita melihat sorak gembira dari pendukung Hamas, pemimpin Partai Hadash-Ta'al Ayman Odeh, tarian di Gaza, perayaan di desa-desa Palestina di Yudea dan Samaria, kita paham siapa yang menyerah dalam kesepakatan ini," kata Ben-Gvir. "Oleh karena itu, jika kesepakatan ceroboh ini disetujui dan dilaksanakan, Partai Otzma Yehudit tidak akan menjadi bagian dari pemerintah dan akan menarik diri."
Dia menambahkan, "Jika perang terhadap Hamas dilanjutkan dengan kekuatan untuk menyelesaikan dan mewujudkan tujuan perang yang belum tercapai, kami akan menawarkan untuk kembali ke pemerintah."
Dia juga meminta partai Smotrich dan anggota Likud untuk mengambil langkah serupa untuk mencegah implementasi kesepakatan gencatan senjata.
"Kesepakatan yang ada ini meningkatkan nafsu dan motivasi Hamas untuk melancarkan pembantaian 7 Oktober lagi," ujar Ben-Gvir, seraya meminta Netanyahu untuk 'sadar'.
"Otzma Yehudit di bawah pimpinan saya tidak akan menggulingkan Netanyahu dan tidak akan bersekutu dengan pihak kiri untuk melawan pemerintah. Namun, kami tidak akan bisa menjadi bagian dari pemerintah yang menyetujui kesepakatan yang memberikan keuntungan besar bagi Hamas."
Advertisement
Oposisi Janji Dukung Netanyahu
Sebagai tanggapan, pemimpin oposisi Yair Lapid meminta Netanyahu untuk tidak takut dengan ancaman Ben-Gvir. Dia berjanji akan memberikan "jaring pengaman" apapun yang diperlukan untuk membuat kesepakatan pembebasan sandera.
Lapid dan ketua aliansi Persatuan Nasional Benny Gantz pada Rabu menawarkan dukungan politik kepada Netanyahu untuk mengatasi keberatan dari sayap kanan ekstrem di koalisinya.
Pengumuman Ben-Gvir sendiri datang setelah pernyataan dari Partai Zionisme Agama yang dipimpin Smotrich pada Kamis sore yang memperingatkan bahwa keanggotaan mereka dalam pemerintah tergantung pada perang yang tidak berakhir tanpa kekalahan total Hamas.
Netanyahu mengadakan pertemuan keenam dalam dua hari dengan Smotrich pada Kamis malam saat dia berusaha meyakinkannya untuk tidak keluar dari pemerintah.
Channel 12 melaporkan bahwa pemerintah mungkin akan mengambil keputusan terpisah untuk menenangkan Smotrich, dengan menyatakan bahwa perang melawan Hamas tidak akan berakhir sebelum Hamas dihancurkan secara militer dan dari segi kapasitas pemerintahannya. Channel 12 juga melaporkan bahwa kabinet penuh dijadwalkan untuk menunda pemungutan suara mengenai kesepakatan gencatan senjata hingga Sabtu malam, yang berarti implementasi kesepakatan tersebut mungkin tidak dimulai sebelum Senin (20/1).
Pemerintah tetap memiliki mayoritas untuk menyetujui kesepakatan gencatan senjata meskipun Smotrich dan Ben-Gvir tidak mendukungnya di kabinet, namun Netanyahu berusaha mendapatkan dukungan seluas mungkin menyusul kekhawatiran hengkangnya dua partai dari koalisi akan menyebabkan keruntuhannya dalam waktu dekat.