Liputan6.com, Jakarta - UNDP Accelerator Labs menggelar pameran dan diskusi bertajuk Grassroots to Greatness: Reimagining Community-Driven Innovations for Sustainable Urban Development. Acara ini menjadi ajang bagi berbagai pemangku kepentingan untuk berbagi gagasan serta mendiskusikan inovasi berbasis komunitas yang dapat menjadi solusi konkret bagi tantangan pembangunan perkotaan di Indonesia.
Dengan melibatkan berbagai sektor, UNDP berharap inovasi yang muncul dari tingkat komunitas dapat diintegrasikan ke dalam kebijakan yang lebih luas dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat dalam upaya mempercepat tujuan kemajuan pembangunan kota berkelanjutan
Daniel Dyonisius, Head of Solutions Mapping di UNDP Accelerator Labs Indonesia, menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama dalam pembangunan kota berkelanjutan adalah kesenjangan antara visi teknokratis dan program dengan implementasi di lapangan. “Sering kali intervensi dirancang tanpa berbasis bukti di lapangan dan partisipasi masyarakat,” ujarnya kepada Liputan6.com, Sabtu (8/2/2025).
Advertisement
Sebagai contoh, UNDP Accelerator Labs membantu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal dalam proyek disaster risk mapping yang memetakan potensi kebencanaan, termasuk jalur evakuasi dan indeks risiko bencana. Adapun data yang dikumpulkan kemudian dikembangkan dalam platform digital untuk mempermudah akses dan mitigasi risiko bencana.
Selain itu, eksperimen pengelolaan sampah berbasis pesan keagamaan di Yogyakarta juga menunjukkan bahwa pendekatan berbasis komunitas dapat mengubah perilaku masyarakat secara signifikan. “Kami menemukan bahwa di rumah ibadah yang diberikan pesan keagamaan tentang pengelolaan sampah, tingkat partisipasi masyarakat dalam membawa sampah plastik meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan dengan rumah ibadah yang tidak menerapkan pesan tersebut,” jelas Daniel.
Dalam mengidentifikasi dan mengembangkan solusi komunitas, UNDP Accelerator Labs menerapkan metode pemetaan berbasis etnografi dan antropologi. Pendekatan ini memungkinkan tim memahami bagaimana sebuah inovasi dapat beradaptasi dengan realitas sosial masyarakat setempat. “Solusi bisa datang dari tempat yang tidak terduga, seperti pengelolaan sampah dengan pendekatan keagamaan atau akses keuangan bagi UMKM binaan pemerintah,” tambah Daniel.
Salah satu program yang mendapat dukungan UNDP adalah Pahlawan Ekonomi Nusantara (PENA). Program ini membantu masyarakat yang sebelumnya berada di bawah garis kemiskinan agar dapat mempertahankan usahanya melalui pelatihan business sustainability dan alternative credit risk assessment.
Selama tiga tahun berjalan, berbagai inovasi berbasis komunitas telah berhasil diimplementasikan. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah mengonversi aspirasi komunitas menjadi program yang dapat diadopsi dalam kebijakan skala besar.
Daniel menekankan bahwa banyak inovasi yang muncul di tingkat komunitas sulit diadopsi ke dalam kebijakan yang lebih luas. “Misalnya, dalam pelatihan sustainability untuk UMKM, bagaimana kita memastikan bahwa seluruh pelaku usaha dalam program PENA bisa mendapatkan akses keuangan? Itu membutuhkan usaha, waktu, dan dukungan dari pihak-pihak yang memiliki kekuatan dalam kebijakan,” ujarnya.
Agar inovasi komunitas dapat diterapkan dalam kebijakan nasional atau diadopsi sektor swasta, UNDP terus melakukan advokasi kepada pemerintah dan mitra pembangunan.
Ada empat hal utama yang terus didorong UNDP dalam kebijakan publik, di antaranya:
- Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perumusan kebijakan.
- Mengintegrasikan inovasi komunitas dalam kebijakan pemerintah.
- Memanfaatkan bukti dan data dalam penyusunan kebijakan.
- Mengembangkan inovasi pendanaan berbasis akar rumput.
Selain itu, UNDP menyediakan platform digital SDG Innovation Commons untuk mendokumentasikan data dan temuan inovasi komunitas di berbagai negara. “Tujuannya agar hasil riset dan inovasi yang dilakukan dapat diakses secara terbuka, baik oleh pemerintah maupun masyarakat,” ungkap Daniel.
Meskipun acara ini diadakan setiap tiga tahun sekali, Daniel berharap diskusi mengenai inovasi komunitas dapat semakin sering dilakukan. “Kami ingin membangun kesadaran tentang pentingnya inovasi akar rumput dan penelitian berbasis masyarakat. Jika semakin banyak pihak melihat manfaatnya, tentu akan lebih mudah bagi acara seperti ini untuk menjadi lebih rutin,” katanya.
Dengan adanya acara ini, UNDP Accelerator Labs berharap semakin banyak inovasi berbasis komunitas yang berkembang dan menjadi solusi nyata bagi pembangunan kota berkelanjutan di Indonesia.
Latar Belakang Acara
Sebagai informasi, Head of Solutions Mapping at UNDP Accelerator Labs Daniel Dyonisius mengatakan, acara pameran dan diskusi bertajuk Grassroots to Greatness: Reimagining Community-Driven Innovations for Sustainable Urban Development diselenggarakan pada 7-8 Februari 2025.
Acara ini akan menjadi wadah dalam merefleksikan pencapaian, mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan, dan mengeksplorasi bagaimana inovasi akar rumput dapat mengatasi tantangan perkotaan yang kompleks. Serta mendorong pertumbuhan yang inklusif dan mempercepat kemajuan menuju Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Berdasarkan keterangan pers yang diterima Liputan6.com dari UNDP Accelerator Labs pada Rabu (5/2/2025), acara ini akan menyoroti kontribusi inovasi berbasis masyarakat terhadap pembangunan berkelanjutan.
Dengan cara memamerkan temuan-temuan utama UNDP Indonesia Accelerator Labs kepada berbagai pemangku kepentingan, termasuk pejabat pemerintah, donor, akademisi, organisasi masyarakat sipil (CSO), mitra potensial dan masyarakat umum.
Dalam acara tersebut juga akan mempromosikan perangkat dan pendekatan inovatif untuk pembangunan perkotaan berkelanjutan di Indonesia serta menjelajahi peluang untuk memperluas serta meningkatkan dampak inisiatif inovasi masa lalu melalui kemitraan dan kolaborasi baru.
Advertisement
![Loading](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)