Liputan6.com, Gaza - Hamas membebaskan seorang lagi sandera Israel pada Sabtu (22/2/2025). Kebebasan bagi para sandera ini mengakhiri dua hari yang emosional di Israel, di mana keluarga dari sandera lainnya, Shiri Bibas, sebelumnya mengonfirmasi telah menerima jenazahnya.
Israel mengklaim militan Palestina menyandera setidaknya 250 orang dalam serangan 7 Oktober 2023, yang memicu perang di Jalur Gaza saat ini.
Advertisement
Baca Juga
Dalam sebuah upacara di Nuseirat, Gaza tengah, militan Hamas yang mengenakan masker membawa Eliya Cohen (27), Omer Shem Tov (22), dan Omer Wenkert (23), warga Israel-Argentina ke atas panggung.
Advertisement
Koresponden AFP melaporkan bahwa mereka melambai sambil memegang sertifikat pembebasan sebelum diserahkan kepada Palang Merah, yang kemudian membawa mereka dalam konvoi setelah lebih dari 16 bulan dalam penahanan.
Militer Israel kemudian mengonfirmasi mereka telah kembali ke Israel.
Sebelumnya, dalam upacara serupa di Rafah, Gaza Selatan, Hamas membebaskan Tal Shoham (40) dan Avera Mengistu (38).
"Seorang sandera keenam (yang dibebaskan pada Sabtu) ... Hisham al-Sayed, 37 tahun, juga kemudian diserahkan kepada Palang Merah," kata militer Israel seperti dikutip dari Al Arabiya.
Sayed, seorang muslim Badui dan Mengistu, seorang Yahudi Ethiopia, ditangkap di Jalur Gaza sekitar 10 tahun lalu setelah mereka masuk ke wilayah tersebut secara terpisah atas kehendak mereka sendiri.
"Keluarga kami telah mengalami penderitaan yang tak terbayangkan selama 10 tahun dan 5 bulan," ungkap keluarga Mengistu.
Sementara itu, menurut video yang dirilis oleh pemerintah Israel, keluarga Shoham menangis dan saling memeluk saat menyaksikan penyerahan dirinya.
"Kami melihat bahwa Tal tampaknya baik-baik saja mengingat keadaan yang ada. Beban besar terangkat dari kami," kata keluarga warga negara ganda Austria-Israel itu.
Pembebasan para sandera ini terjadi dalam fase pertama kesepakatan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari dan diperkirakan akan berakhir pada awal Maret.