Ternyata Bumi Pernah Berwarna Ungu, Begini Teorinya

Konsep ini telah diteliti oleh ahli astrobiologi Dr. Edward Schwieterman dari California University, Riverside, dan profesor Shiladitya DasSarma dari Maryland University. Penelitian yang didukung NASA menunjukkan retinal sebagai molekul penting, yang memberikan warna ungu cerah pada mikroba ini

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 25 Feb 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2025, 01:00 WIB
Planet Bumi
Planet Bumi (Sumber: Pinterest/moris)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Teori Purple Earth atau Bumi Ungu merupakan hipotesis yang menarik perhatian banyak orang karena menawarkan pandangan yang berbeda mengenai bagaimana alam semesta dan planet kita berkembang. Berbeda dengan teori-teori ilmiah lainnya, seperti teori heliosentris, teori ini mengajukan premis bahwa bumi pada suatu masa tertentu mungkin memiliki warna yang berbeda, yaitu ungu.

Walaupun terdengar seperti spekulasi atau imajinasi belaka, teori ini mengundang perdebatan menarik dalam dunia ilmiah. Melansir laman Earth pada Senin (24/02/2025), teori Purple Earth menunjukkan bahwa organisme bersel tunggal bergantung pada molekul yang kurang kompleks daripada klorofil untuk memanfaatkan sinar matahari.

Konsep ini telah diteliti oleh ahli astrobiologi Dr. Edward Schwieterman dari California University, Riverside, dan profesor Shiladitya DasSarma dari Maryland University. Penelitian yang didukung NASA menunjukkan retinal sebagai molekul penting, yang memberikan warna ungu cerah pada mikroba ini.

Klorofil adalah pigmen hijau yang membuat tanaman, alga, dan beberapa bakteri tampak cemerlang. Zat ini membuat tanaman mampu mengubah sinar matahari menjadi energi atau melakukan fotosintesis.

Tanpa klorofil kehidupan tidak akan ada, karena klorofil adalah langkah pertama dalam menghasilkan oksigen. Molekul ini menyerap cahaya, sebagian besar dari spektrum biru dan merah, sambil memantulkan warna hijau, itulah sebabnya daun tampak hijau.

Molekul ini dikemas dalam struktur kecil di dalam sel tanaman yang disebut kloroplas, tempat keajaiban fotosintesis terjadi. Meskipun tanaman modern bergantung pada klorofil, zat ini mungkin bukan cara pertama tanaman di bumi untuk fotosintesis.

Retina lebih sederhana dan kemungkinan besar ada di Bumi saat oksigen atmosfer langka. Selama periode itu, yang dikenal dengan oksigen rendah dan langit berkabut, para ilmuwan percaya sinar matahari masih cukup melimpah untuk memberi daya pada mikroba ungu ini.

Skenario ini menunjukkanbumi yang sangat berbeda dari versi rimbun dan berdaun yang kita lihat sekarang. Banyak dari organisme purba ini berada di bawah payung archaea, kelompok yang tumbuh subur di lingkungan yang tidak bersahabat dengan sebagian besar kehidupan lainnya.

Salah satu contoh penting sering disebut halobacterium, mikroba ungu cerah yang bertahan hidup di tempat-tempat asin seperti Great Salt Lake. Meskipun namanya halobacterium, sebenarnya ia bukan bakteri, melainkan archaeon yang menggunakan fotosintesis dengan cara yang kurang umum.

Bakteri ini menyerap panjang gelombang hijau melalui retinal dan memantulkan warna merah dan biru, yang menghasilkan tampilan ungu mencolok. Seiring waktu, organisme lain mengembangkan pigmen yang lebih efisien, yakni klorofil.

Zat ini memungkinkan tanaman memanen sinar Matahari pada panjang gelombang yang lebih kuat. Pergeseran ini akhirnya membayangi pendekatan berbasis retinal dan membantu memicu "Peristiwa Oksigenasi Hebat," ketika kadar oksigen di atmosfer kita meningkat secara dramatis.

Kehidupan berbasis retinal tidak menghilang, tetapi tidak lagi menjadi kekuatan dominan yang membentuk warna permukaan planet. Organisme yang menggunakan klorofil berkembang pesat, mengubah tampilan umum Bumi dari ungu menjadi hijau.

Ahli astrobiologi menduga eksoplanet mungkin menampung makhluk yang masih bergantung pada retinal. Sinyal warna dari dunia-dunia yang jauh ini dapat mengungkapkan apakah kehidupan ungu sederhana ada di luar sana.

Fotosintesis berbasis retina awal mungkin menawarkan batu loncatan sebelum pigmen yang lebih maju berevolusi.

 

Bukti Teori Purple Earth yang Tersisa

Bukti teori Purple Earth yang tersisa berada di Laut Mati. Kawasan ini masih bersinar dengan rona ungu berkat halobacterium.

Mikroba tangguh ini tumbuh subur dalam konsentrasi garam ekstrem yang menghalangi banyak bentuk kehidupan lainnya. Dengan mempelajari tempat-tempat ini, para peneliti memperoleh wawasan tentang bagaimana kehidupan ungu dapat bertahan hidup di medan luar angkasa dengan kondisi yang sama sulitnya.

Hal ini membantu para ilmuwan menyempurnakan sinyal yang mungkin mereka cari di eksoplanet. Vegetasi saat ini memiliki tepi merah yang dapat dikenali, dengan bagian daunnya sangat menyerap cahaya merah tetapi memantulkan panjang gelombang inframerah tertentu.

Di sisi lain, retinal kemungkinan akan menciptakan jenis sidik jari spektral yang berbeda yang memuncak di wilayah hijau. Para ilmuwan menyerukan instrumen yang dapat melacak rentang panjang gelombang yang lebih luas untuk mendeteksi tanda-tanda tersebut.

Pendekatan ini memperluas pandangan kita tentang seperti apa kehidupan di planet-planet yang mengitari bintang-bintang yang jauh.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya