Mengenal Vanguard 1 Satelit Buatan Tertua yang Masih di Orbit Bumi

Meski saat ini Vanguard 1 telah berhenti mengirimkan sinyal sejak 1964 karena sel suryanya tak lagi mampu menyuplai daya, satelit ini tetap mengorbit dan masih dapat dilacak dengan data orbital yang tersedia secara publik.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 11 Apr 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2025, 01:00 WIB
Asteroid yang Dekat Bumi
Asteroid Apophis yang lintasannya amat dekat dengan Bumi (kuning) akan melewati planet ini pada tahun 2029 dalam jarak yang setara dengan beberapa satelit (biru). Garis ungu mewakili orbit Stasiun Angkasa Luar Internasional. (NASA)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Vanguard 1 merupakan satelit buatan manusia tertua yang masih mengorbit bumi hingga saat ini. Diluncurkan pada 17 Maret 1958 dari Cape Canaveral, Florida, oleh Angkatan Laut Amerika Serikat (melalui Naval Research Laboratory atau NRL), satelit mungil ini telah menghabiskan lebih dari 67 tahun di luar angkasa, menjadikannya sebagai saksi bisu perkembangan eksplorasi antariksa manusia sejak era awal Perang Dingin.

Melansir laman NASA pada Kamis (10/04/2025), satelit ini hanya berbobot hanya 1,46 kilogram dan berbentuk bola aluminium dengan diameter 15,2 cm serta dilengkapi antena sepanjang 91 cm. Vanguard 1 adalah pionir dalam berbagai hal, salah satu pencapaian pentingnya adalah menjadi satelit pertama yang menggunakan sel surya sebagai sumber energi, membuka jalan bagi penggunaan energi terbarukan di luar angkasa.

Meski saat ini Vanguard 1 telah berhenti mengirimkan sinyal sejak 1964 karena sel suryanya tak lagi mampu menyuplai daya, satelit ini tetap mengorbit dan masih dapat dilacak dengan data orbital yang tersedia secara publik. Informasi ini memungkinkan ilmuwan memantau posisinya dan bahkan menganalisis kondisi fisiknya menggunakan sensor beresolusi tinggi, guna mengetahui sejauh mana ia telah mengalami kerusakan akibat paparan radiasi, tumbukan mikrometeorit, dan serpihan antariksa selama puluhan tahun.

Kini, sekelompok ilmuwan, insinyur dirgantara, hingga sejarawan tengah mengusulkan rencana ambisius yakni memulangkan Vanguard 1 ke bumi. Jika berhasil, ini akan menjadi momen penting dalam sejarah arkeologi astronautika modern.

Dikutip dari laman Space pada Kamis (10/04/2025), ada beberapa skenario yang diajukan, termasuk menggeser Vanguard ke orbit lebih rendah untuk kemudian diambil menggunakan wahana antariksa, atau membawanya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) agar dapat dikemas dan dibawa kembali ke bumi. Dengan membawa Vanguard 1 kembali, para peneliti bisa mempelajari dampak jangka panjang lingkungan luar angkasa terhadap perangkat keras awal antariksa, seperti sel surya, baterai, struktur logam, serta melihat efek abrasi mikrometeorit.

Penelitian ini bisa memberikan wawasan berharga untuk pengembangan teknologi satelit masa depan, khususnya untuk misi jangka panjang. Setelah dianalisis, Vanguard 1 juga berpotensi untuk dipamerkan sebagai artefak sejarah, misalnya di Museum Udara dan Luar Angkasa Nasional Smithsonian di Washington, D.C., sebagai simbol tonggak sejarah eksplorasi ruang angkasa.

Menurut NASA, satelit ini telah menempuh jarak lebih dari 6 miliar mil (9,6 miliar km) sepanjang keberadaannya di orbit. Jika digambarkan, ini setara dengan perjalanan dari bumi ke Pluto dan kembali separuh jalan.

Perjalanan ini menunjukkan betapa luar biasanya keandalan rancangan teknisnya. Desain Vanguard 1 sendiri mengadopsi teknologi dari roket V-2 Jerman dan Viking, yang sebelumnya digunakan dalam eksperimen atmosfer atas.

Meskipun hanya salah satu dari sekian banyak satelit yang pernah diluncurkan, kontribusinya terhadap pengembangan sistem pemantauan luar angkasa modern sangatlah besar. Sistem pelacakan yang dikembangkan dari proyek Vanguard kemudian melahirkan Sistem Pengawasan Luar Angkasa (Space Surveillance System) milik AS yang kini mampu mendeteksi satelit asing yang tidak terdaftar dan bahkan satelit senyap.

(Tifani)

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya