Misteri Raja Inggris dan 2 Peti Mati Aneh

Misteri baru muncul dari lokasi ditemukannya kerangka Richard III. Yakni keberadaan peti mati di dalam peti mati.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 31 Jul 2013, 06:01 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2013, 06:01 WIB
raja-130730c.jpg
Kisah dramatis penemuan tulang belulang milik Raja Inggris terakhir dari Dinasti Plantagenet, Richard III di lapangan parkir dewan kota di Leicester, belum lagi tamat.   

Kini, misteri baru muncul, dalam rupa peti mati di dalam peti mati. Para arkeolog yang melakukan ekskavasi di situs di mana sisa jasad Richard III ditemukan, dihadapkan pada teka-teki terkait peti mati dari logam tipis tersegel yang berisi jasad seseorang yang belum teridentifikasi.

Anehnya, peti tersebut berada di dalam peti yang lebih besar dari bahan batu.  

Peti yang lebih kecil ditemukan dalam kondisi relatif utuh. "Kecuali terdapat lubang yang ditemukan di salah satu ujung peti mati di mana kami bisa melihat keberadaan kaki seseorang," kata Mathew Morris, direktur penggalian di situs tersebut, seperti dimuat CNN, 30 Juli.

Temuan peti dobel itu tentu saja menarik, juga menggelitik untuk dipecahkan oleh tim dari University Leicester.

Apalagi, di lokasi yang sama, tahun lalu, para peneliti menemukan jasad yang dikonfirmasi sebagai Richard III, raja terakhir Inggris yang tewas di medan pertempuran. Kabar tersebut menarik perhatian dunia dan memicu debat terkait reputasi sang penguasa dari Abad Pertengahan yang 'haus darah'.

Peti logam berisi jasad ditemukan minggu lalu, setelah 8 orang berhasil memindahkan tutup peti batu yang berat. Menguak siapa yang dikubur dalam peti itu adalah tugas yang menanti para ilmuwan.

"Keberadaan peti mati di dalamnya kemungkinan adalah cara penguburan seseorang yang berstatus tinggi, meski kami belum tahu siapa dia," kata Morris. "Tak ada tulisan di tutup peti itu, namun ada salib yang terpatri di sana."

Meski demikian, para ilmuwan punya 3 dugaan terkait identitas jasad dalam peti yang 'menemani' Richard III, yakni ksatria Abad Pertengahan bernama Sir William de Moton of Peckleton, atau dua pemimpin Ordo Grey Friars Inggris, Peter Swynsfeld atau William of Nottingham.
 
Gereja di Bawah Lapangan Parkir

Lokasi parkir di Leicester, tempat Richard III ditemukan dulunya berdiri gereja yang dikenal sebagai Grey Friars.

Selama berabad-abad, lokasi keberadaan biara dan gereja itu terlupakan, meski catatan sejarah menyebut, di sanalah jasad Richard III yang kalah dalam pertempuran Bosworth pada 22 Agustus 1485, dimakamkan. Dalam kondisi terhina, tanpa peti mati, bahkan kain kafan sekali pun, di kuburan yang tidak rata.

Di awal tahun 1600-an, Alderman Robert Herrick, Walikota Leicester saat itu membeli tanah bekas Grey Friars dan membangun rumah besar, lengkap dengan taman di atas situs biara itu.

Pada tahun 1612, Christopher Wren, ayah seorang arsitek terkenal mengunjungi mansion milik Herrick dan mencatat, ia melihat pilar batu indah di Taman Herrick. Di pilar itu tertulis: "Di sini terbaring jasad Richard III, yang suatu ketika pernah menjadi Raja Inggris".

Pada tahun 1711, keturunan Herrick menjual rumah dan taman itu. Setelah beberapa kali perpindah tangan, pada sekitar tahun 1870-an, mansion itu dihancurkan dan menjadi dewan kota.

Taman Herrick awalnya masih berupa taman atau tanah kosong, hingga pada tahun 1930-an hingga 1940-an dibangun menjadi tempat parkir.

Para ilmuwan menduga, jasad di dekat kubur sang raja dimakamkan sebelum abad ke-14, 100 tahun sebelum kematian Richard III.  

Tiga nama yang diduga ahli sesuai dengan perkiraan waktu itu. Swynsfeld meninggal pada 1272, William of Nottingham pada 1330, dan Sir William de Moton antara tahun 1356 hingga 1362.

Aneh

Siapa pun jasad itu, temuan peti mati dalam peti mati sudah cukup membuat para arkeolog terkagum-kagum.

"Ini yang pertama bagi kami," kata Morris. "Tak pernah sebelumnya tim mengekskavasi sebuah peti batu utuh, apalagi yang di dalamnya ada peti mati," kata dia.

Peti mati logal telah dibawa dari lokasi penggalian sehingga para ahli bisa melakukan tes untuk mengetahui cara terbaik untuk membukanya tanpa merusak isinya.

Sementara, Morris mengatakan, bagian lain dari biara tersebut sudah hancur lebur -- itu berarti sejumlah misteri di lokasi itu mungkin tak bakal terpecahkan. Selamanya. (Ein/Frd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya