Trauma Masa Kecil Buruk buat Pembuluh Darah

Kehidupan di masa kecil benar-benar harus dijaga jangan sampai anak trauma. Alasannya, trauma masa kecil bisa berdampak buruk buat kesehatan

oleh Melly Febrida diperbarui 26 Mei 2014, 12:00 WIB
Diterbitkan 26 Mei 2014, 12:00 WIB
Pelecehan anak

Liputan6.com, London Kehidupan di masa kecil benar-benar harus dijaga jangan sampai ia mengalami trauma. Alasannya, trauma masa kecil bisa berdampak di kehidupan dewasa.

Penelitian menunjukkan stres di awal kehidupan bisa meningkatkan risiko penyakit jantung di kemudian hari. Orang dewasa yang masa kecilnya memiliki trauma menunjukkan tanda-tanda fungsi pembuluh darah yang tidak sehat dibandingkan yang tanpa traumatis.

"Kami telah menterjemahkan ide yang kami peroleh dari penelitian hewan dan itu juga terjadi pada manusia," kata Jennifer Pollock peneliti dari University of Alabama, Birmingham kepada ReutersHealth, Senin (26/5/2014),.

Pollock mengatakan, trauma itu bisa berupa apa saja apakah rumah tangga yang tidak harmonis atau pelecehan dan pengabaian.

Pada penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Hypertension ini, Pollock dan rekan-rekannya menganalisa data terhadap 221 remaja yang sehat dan dewasa muda untuk penelitian faktor risiko kardiovaskular yang dimulai pada 1989.

Peneliti memperhatikan pembuluh darah, tekanan darah, atau output darah di jantung, karakteristik denyut jantung serta kadar zat yang disebut endotelin-1 yakni sebuah protein yang menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

Hasilnya, peserta yang setidaknya memiliki sau pengalaman traumatis di masa kecil memiliki plasma endotelin-1 yang rata-rata kadarnya 18 persen lebih tinggi dibanding yang tak memiliki traumatis. Mereka yang memiliki dua atau lebih peristiwa traumatis di masa kecil memiliki tingkat 24 persen lebih tinggi.

Tapi, penelitian ini tak melihat apakah orang dewasa muda itu sering mengalami serangan jantung, stroke atau penyakit lainnya. Sehingga itu tak bisa membuktikan trauma di awal kehidupan menjadi penyebab kardiovaskular.

Meski demikian, Pollock mengatakan di masa depan ia ingin menentukan apakah terapi perilaku bisa mengubah arah faktor risiko kardiovaskular pada orang yang stres di awal kehidupannya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya