Kenapa Kematian Ibu dan Anak Masih Tinggi?

Tingginya angka kematian ibu dan anak disebabkan masih jauhnya rumah sakit dengan rakyat.

oleh Liputan6 diperbarui 30 Jul 2014, 18:18 WIB
Diterbitkan 30 Jul 2014, 18:18 WIB
Ilustrasi Bayi Tidur (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi Bayi Tidur (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta Masih tingginya angka kematian ibu dan anak saat persalinan membuat Ketua Komisi IX DPR Ribka Tjiptaning angkat bicara. Menurut Ribka, tingginya angka kematian ibu dan anak disebabkan masih jauhnya rumah sakit dengan rakyat.

"Harusnya rumah sakit pratama atau rumah sakit tanpa kelas lebih banyak misalnya di tingkat kecamatan," ujar Ribka usai open house di Posko Perjuangan Rakyat (Pospera), Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/7/2014).

Menurut Ribka, pemerintah seharusnya bisa membangun rumah sakit-rumah sakit yang lebih mudah diakses warga. Sehingga pelayanan pada ibu-ibu hamil di pelosok dapat terjangkau.

"Jadi mendekatkan rumah sakit dengan rakyat. Kematian ibu dan anak tinggi karena rakyat sulit mengakses rumah sakit, puskesmas, dokter," kata politisi PDI Perjuangan ini.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka kematian ibu naik dari 228 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2007 menjadi 359 per 100 ribu pada 2012. Jumlah kematian ibu secara nasional setiap tahun terus bertambah saat kelahiran. Sebelumnya pada 2012 berjumlah 4.985 jiwa, sedangkan pada 2011 mencapai 5.118 jiwa. Sementara pada 2013 angka kematian ibu mencapai 5.019 jiwa.

Selain itu angka kematian bayi (AKB) mencapai 32 per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah kematian bayi yang meninggal pada data SDKI 2012 mencapai 160.681 jiwa. Pada data SDKI 2012 menemukan bahwa ada 40 kematian bayi di pedesaan per 1.000 kelahiran hidup, yang bila dibandingkan dengan angka kematian kota merupakan jumlah yang tinggi, yakni hanya 26 kematian per 1.000 kelahiran anak. (Oscar Ferri)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya