Satu Lagi Penyakit yang Bikin Pemerintah Khawatir

Satu lagi penyakit yang harus diwaspadai, Brucellosis. Ini adalah penyakit infeksi yang menyebar dari hewan ke manusia (zoonosis).

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 15 Agu 2014, 17:01 WIB
Diterbitkan 15 Agu 2014, 17:01 WIB
Kemenhut Targetkan Indonesia Bebas Brucellosis pada 2020
Brucellosis merupakan infeksi bakteri yang menyebar dari hewan ke manusia (zoonosis).

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia menargetkan bebas brucellosis pada 2020. Brucellosis merupakan infeksi bakteri yang menyebar dari hewan ke manusia (zoonosis). Paling sering melalui susu yang tidak dipasteurisasi, keju, dan produk susu lainnya.  Bakteri yang menyebabkan brucellosis dapat menyebar melalui udara atau melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.

Karena itu, pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pertanian, terus berupaya melakukan pengendalian, penanggulangan, dan pembebasan empat penyakit zoonosis (rabies, flu burung, antraks, dan brucellosis), karena akan berpengaruh terhadap produksi ternak di sini.

Demikian disampaikan Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, drh Pudjiatmoko PhD di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Jumat (15/8/2014).

"Dua tahun terakhir, ada empat provinsi di Indonesia yang sudah lebih dulu bebas brucellosis pada 2011, yaitu Lampung, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Bengkulu," kata Pudjiatmoko.

Jauh sebelum empat provinsi tersebut, jelas Pudjiatmoko, Kalimantan telah dinyatakan bebas dari penyakit yang memiliki gejala seperti demam, nyeri sendi, dan kelelahan ini. "Saya berharap, wilayah lain yang dapat mengikuti jejak lima wilayah tersebut adalah Pulau Madura," kata Pudjiatmoko menambahkan.

Harapan ini bukan tanpa alasan. Sebab, di pulau yang terkenal dengan kuliner satenya ini, jumlah hewan ternak jenis sapi cukup banyak. Sapi adalah binatang yang menjadi reservoir penularan bakteri brucella.

Lebih lanjut Pudjiatmoko menerangkan, pihaknya akan mengedepankan pelaksanaan vaksinasi berkelanjutan, sampai kasus brucellosis dinilai rendah. Tak hanya kasusnya, gejala klinis dan nilai uji untuk deteksi antigennya pun rendah.

"Nantinya, setelah angkanya di bawah 2 persen, kita tekan sampai 0,2 persen. Lalu, akan terus kita lakukan survei sampai benar-benar tidak ada lagi kasus tersebut," kata dia.

"Baru, semua data surveilans akan dirangkum dan dilaporkan ke Komisi Ahli Kesehatan Hewan agar dapat ditentukan apakah wilayah tersebut dapat dinyatakan bebas brucellosis atau tidak," kata Pudjiatmoko menekankan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya